3 Menjengkelkan

"Pak, jadwal hari ini, jam 1 siang, makan bersama dengan Pak Surya dari PT. Hana Grup, jam 2 siang, seminar dengan PT. Jasa Grand sampai jam 3 sore, Jam 4.30 sore, Ibu Friska meminta untuk

di restoran Sunda," ucap Helen memberitahukan jadwal untuk hari ini di buku agendanya.

"Baiklah, untuk jam 4.30 dibatalkan saja. Saya ada janji dengan seseorang," kata Bryan tanpa menoleh.

"Tapi, Pak?" Helen ingin membantah, tapi, Bryan sudah menatapnya bagai ular siap mematoknya.

"Baik, Pak." Helen mencoret jadwal

dari Ibu Friska.

"Ada lagi, Pak?" tanya Helen sebelum ia kembali ke meja kerjanya.

"Tidak, kamu boleh kembali bekerja," jawabnya tanpa menoleh.

"Jika begitu, permisi, Pak." Berlalu Helen keluar dari ruangannya.

Helen meletakkan buku agenda di atas mejanya, ia benar-benar sangat kesal dengan Pak Bos-nya. Dengan seenak jidatnya membatalkan

dengan Ibu Friska. Helen kehabisan akal untuk mencari alasan agar Ibu Friska bisa percaya lagi kalau Bryan sedang sibuk. Helen terus berpikir, ini benar-benar merepotkan baginya.

- umpatannya bertubi-tubi.

Friska Aurora Sakina Putri adalah tunangan Bryan yang baru saja diselenggarakan bulan kemarin. Friska adalah anak tunggal dari PT. Angkasa Cup. Yang paling besar di provinsi Kalimantan Barat.

Perjodohan ini hanya kaitan dengan bisnis PT. Bryant Group. Desakan dari para orang tua tidak pernah memberi kesempatan untuk memilih yang terbaik. Bryan yang tegas dan keras, sulit jika kemauannya tidak diinginkan malah dapat makian adalah Helen.

Selain itu Bryan, Pria penuh

. Helen lebih memilih jauh - jauh darinya. Kalau kenyataan Bos-nya itu tipe posesif banget. Terlanjur bekerja tidak mudah untuk keluar kalau tidak ingin disuruh bayar 100 Miliar Rupiah.

(

..

'

' - Batin Helen dalam hati.

Telegram berbunyi menyadarkan lamunan Helen.

"Ya, Pak," jawab Helen menyalin apa yang dipesan oleh Bryan saat ini.

Ditutup kembali, Helen menghela napasnya panjang. Beranjak dari duduknya kemudian meminta data keuangan pada Karyawan lainnya. Sebenarnya Helen sangat benci dengan pekerjaan ini. Suatu saat nanti dia akan mengakhiri semua permainan dari

itu.

"Cin, Pak Bryan minta data keuangan untuk bulan ini," ucap Helen seperti mengatur karyawan saja.

Cindy menyerahkan berkas pada Helen dengan

tidak senang. Helen menerima dengan senyuman manisnya. Padahal banyak gosip beredar, ada yang gosip Helen adalah simpanan Bos, ada yang gosip sudah Helen tidak suci, ada yang gosip Helen sok cantik, makanya disayang sama Bos.

Helen sudah terbiasa dengan gosip yang tidak jelas dengan faktanya. Walau mereka semua tidak suka kalau Helen di posisi sebagai sekretaris. Itu awal ia lamar di sini juga tidak ingin sebagai sekretaris, kalau bukan yang pilih itu si Bryan sendiri. Helen kembali masuk ke ruangan Bryan tanpa mengetuk.

"Ini Pak, laporan keuangan bulan ini." Helen meletakkan berkas di atas meja Bryan. Bryan langsung memeriksa dan secara teliti satu kerutan di alisnya melipatkan ganda. Menatap Helen sekali kemudian melihat angka di sana.

Helen kaget saat Bryan menggebrak meja itu.

"Panggil Cindy!" pinta Bryan dingin. Helen langsung menelepon Cindy.

"Cin, Bos memanggilmu," ucap Helen memberitahukan pada Cindy. Cindy menutup kembali dan tersenyum pada yang lain.

Cindy masuk ke dalam setelah mengetuk pintu. Menghadap Bryan di sana. Tentu Helen masih berada di ruangan Bryan.

"Kamu tahu kenapa saya memanggilmu ke sini??" tanya Bryan dengan nada

tidak baik.

"Tidak Pak," jawab Cindy tenang.

"Laporan apa ini?! Apa kamu memakannya?! Kamu korupsi?! JAWAB?!!" bentak Bryan membuat Cindy semakin berkerut kening.

"Ko-korupsi, tidak Pak. Saya tidak pernah korupsi. Saya sudah memeriksanya kembali dan dan tidak ada yang salah," jawab Cindy gugup.

"Masih mengelak lagi, sudah jelas saya lihat angka di dalam laporanmu itu. Berapa miliar rupiah, bisa kamu tulis sejuta rupiah?? Korupsi uang puluhan juta kamu diam, tapi kalau soal gosip mengosip nomor satu. Mulai sejak kapan kamu kerja sebagai bahan gosip, heh?!" Bryan mulai bertanya pada Cindy. Cindy terdiam tanpa bisa berkata-kata. Helen sendiri juga tidak tahu gosip apa dari teman kerjanya.

"Mulai sekarang kamu tidak perlu bekerja lagi. Dan singkirkan semua barang-barang yang ada di mejamu. Jangan sampai saya melihatnya lagi!" titahnya, Bryan tega memecat Cindy.

"Tapi, Pak." Cindy ingin membantah.

"Tidak ada gaji pesangon," potongnya.

Membuat Cindy semakin lemas pada kedua kakinya. Saat akan keluar Cindy melirik tajam mengarah pada Helen.

- batin Cindy merasa sangat benci pada Helen.

Setelah Cindy keluar dari ruangan Bryan, Helen pun mencoba menegur Bos Sintingnya. "Pak, keterlaluan banget sih, jadi manusia...." Ia sudah kehabisan akal. Kalau pun disuruh pecat, pecat saja, Helen tidak peduli dengan situasi sekarang ini.

"Kamu juga mau saya pecat?" tanya Bryan menatapnya tajam.

"Silakan, saya tidak peduli. Saya sudah lelah kerja di sini. Tingkah sikap bapak tidak pernah menghargai orang bekerja!" jawabnya menantang. Helen tidak takut dengan tatapan mata iblis dari Bryan. Bryan menatap Helen cukup lama.

"Keluarlah," ucap Bryan lembut dan pelan.

Helen pun keluar dan mencoba meminta Cindy untuk tidak pergi. Tapi di sana semua mengolok-olok Helen. Katai dia pelacurlah, iblislah, rubahlah, dan sebagainya. Helen benar-benar lelah ia mencoba membujuk sekali lagi tetap nihil teman kerjanya beranjak meninggalkan tempat kantor biadab ini.

- batin Helen kesal.

avataravatar
Next chapter