1 Chapter 1 - Portal

Kicauan burung membangunkannya, yang ia lihat hanyalah pepohonan yang begitu tinggi dan rumput liar yang lebat, ia menatap ke sekelilingnya, kalimat yang pertama ia ucapkan adalah "Tempat apa ini?"

***

*Kriiing*

Suara alarm yang begitu nyaring membangunkannya. Ia pun mematikan alarmya lalu berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajahnya lalu kembali lagi ke kamarnya untuk berpakaian, saat membuka lemari, ia melihat seragam yang terlihat rapih dengan paduan warna hijau, hitam dan coklat tua. Ia hanya memalingkan pandangan dari seragam itu lalu mengambil kemeja dan celana jeans nya. Tiba-tiba handphone-nya berbunyi karena panggilan, ia pun mengambil handphonenya dan mengangkat panggilan itu.

"Ada apa?" tanya orang itu

*Ah baguslah kamu angkat, aku ingin bertemu denganmu.*

"Ada apa?"

*Yah, hari ini aku senggang, bagaimana kalau malam ini kita … ya kamu tau.*

"Saya sudah berhenti minum, Letnan."

*Apa yang Kau bicarakan? Jika bukan diriku, kau akan ditahan bicara seperti itu loh.*

"A-Ah maafkan Saya, Saya hanya bercanda."

*Umurmu masih muda, jangan sampai meminum itu. Aku berniat mengajakmu makan di luar, bagaimana? Kau pasti bosan di rumah kan?*

Teo terdiam sesaat sampai ia meregangkan tubuhnya "Engh… Baiklah, Saya terima, dimana?"

*Alun-alun kota.*

"Baiklah."

Lalu ia pun menutupnya. Ia hanya menghela nafas setelah mendapat panggilan itu, di dalam pikirannya, ia tidak ingin datang. Namun tentu saja ia tidak bisa menolak tawaran Letnannya itu.

Malam pun tiba, sesuai apa yang di bilang Letnan, ia menunggu di alun-alun kota "Ramai sekali."

"Ah Teo, kamu sudah disini. Kalau begitu, ikuti aku."

Teo menoleh ke arah Suara itu, ia melihay seorang pria dengan jaket hitam mendekatinya. Dia adalah pelatihnya saat masih di kesatuan, Letnan Arya. Letnan Arya membawa Teo ke sebuah warung makan, saat sampai, pelayan di rumah makan itu langsung menunjukan meja yang sudah di pesan oleh Letnan Arya. Teo sedikit terkejut karena mantan pelatihnya ini benar-benar niat untuk makan di tempat ini.

"Anda sudah memesan tempat ini?"

"Ya begitulah. kamu lihat sendiri, tempat ini selalu ramai, susah untuk mendapat tempat di rumah makan ini. Ayo duduk lah."

Teo hanya menurutinya, pelayan itu pun memberi mereka daftar menu, Letnan berkata "Pesan saja apapun, hari ini aku yang bayar."

"Ah, maaf merepotkan. Tapi, samakan saja dengan Letnan."

"Eh, jangan begitu. Pesan saja tidak apa-apa, yang mahal pun tidak apa-apa, ayo."

"Ah, tidak apa-apa. Makanan disini terasa asing, jadi saya tidak tahu mau memesan apa."

"Hah, kamu keseringan makanan kaleng sih. Ah tolong ini 2 ya, lalu tehnya juga 2."

Pelayan itu mengambil daftar menu nya kembali lalu pergi. Letnan Arya terus menatapi Teo sambil menghisap rokoknya "Kamu masih terlihat tidak punya semangat hidup ya."

"Maafkan saya. Saya memang kurang tidur akhir-akhir ini. Karena pekerjaan baru Saya juga sih."

"Oh begitu, apa kamu masih memikirkan regu mu itu, Teo?."

Teo sedikit terkejut mendengarnya dan membuatnya ingat kembali, ia merasa kesal saat mendengar perkataan Letnan nya itu "Kenapa anda bertanya tentang itu?" tanya Teo

"Tidak apa-apa, hanya saja melihat kondisimu yang sekarang. Aku berfikir kalau kamu tidak bisa melupakan itu, maaf bila itu membuatmu ingat kembali. Itu bukan salahmu."

Teo hanya terdiam, ia terlihat murung ketika Letnan Arya membicarakan itu. Letnan Arya menghela nafas berat saat melihat wajah murungnya itu "Aku mengerti, jangan sampai rasa bersalahmu itu menghantuimu terus. Kamu ini masih muda, carilah pasangan yang bisa kamu nikahi."

Teo tertawa kecil mendengarnya "Saya tidak menerima saran dari orang yang sendirinya belum menikah."

Letnan Arya terlihat kesal mendengarnya, ia tidak membalas perkataan Teo dengan kasar, ia hanya tertawa kecil dan membenarkan perkataan Teo itu "Yah mungkin kamu benar."

Lalu, makanan mereka tiba. Mereka pun menyudahi pembicaraan mereka lalu menyantap makanan itu. Di tengah mereka menyantap makanan, Letnan Arya berbicara "Oh iya, Teo. Kamu sering pulang malam kan? Dari pekerjaan mu sekarang?"

"Iya? Memang kenapa?"

"Apa kamu pernah melihat sesuatu yang aneh di jalan kamu pulang?"

Teo mengerutkan keningnya "Tidak ada, semuanya terlihat normal saja. Memangnya ada apa?"

"Begitu ya. Tidak, hanya saja akhir-akhir ini aku mendengar kalau beberapa orang hilang setelah melihat sesuatu yang aneh…"

"Hilang? Sungguh?"

"Ya, aku mendengar dari teman ku, dia seorang kepala polisi, dia bilang dia mendapat laporan orang hilang. Dia bilang saksi melihat kalau temannya hilang setelah melihat… semacam portal."

"Heee, itu aneh. Mungkin mereka mabuk atau semacamnya. Mereka menjadi berhalusinasi." ucap Teo lalu memakan makanannya kembali.

"Lalu bagaimana tentang laporan orang hilang itu?"

Teo terdiam sebentar, ia pun memejamkan matanya lalu menelan makanannya itu "Mungkin saja hanya prank." ucapnya lalu meminum tehnya.

"Jangan bercanda, Teo. Saya sedang serius."

Gaya bicara Letnannya berubah, Teo langsung menegakan tubuhnya dan meminta maaf kepadanya.

"Teman saya mendapat laporan minggu lalu, sekitar 50 orang menghilang di waktu yang sama, namun tempatnya berbeda."

Teo langsung mengerutkan keningnya karena tidak percaya apa yang atasannya bilan "50? Anda serius?"

"Ya, beberapa saksi berkata yang sama… tentang portal itu. Karena itu aku khawatir kalau terjadi sesuatu denganmu."

"Anda baik sekali, terima kasih. Tapi, itu terlalu aneh. Apa ada kehilangan lain setelah itu?"

Letnan Arya menggelenkan kepalanya, ia berkata "Tidak ada, hanya itu."

"Itu aneh." ucap Teo sambil mengerutkan keningnya.

"Karena itu, Teo. Ambil ini." Letnan Arya pun mengambil sebuah kotak di balik jaket hitamnya itu "Pemerintah meminta kepada kita untuk membantu kepolisian, Jendral juga sudah setuju. Karena itu…"

"Beri saya alasan yang kuat."

Letnan Arya menghela nafas berat "Prajurit terbaik, mempunyai keahlian mencari informasi yang luar biasa, mampu mengalahkan musuh walau hanya sendiri, ditambah salah satu kejadian itu dekat dengan rumahmu dan tempat kerja sampingan mu itu. Karena bisa saja akan terjadi lagi di tempat yang sama, karena itu… apa alasannya sudah kuat."

"Jangan menyebutnya tempat kerja sampingan, Aku hanya membantu bibi di restorannya," Ucap Teo, lalu Teo menjadi sedikit kesal dengan alasannya itu, namun disisi lain dia juga kagum karena mereka menemukan alasan yang kuat untuk kasus ini "Menyebalkan sekali," Gerutunya

"Itulah kenyataanya. Mereka ingin menugaskan mu kembali, Teo."

"Mereka yang memintaku untuk istirahat, sekarang mereka memintaku bekerja. Rasanya ini sedikit memuakan," Gerutu Teo lagi, ia mengerutkan keningnya dan menatap Letnan-nya dengan tatapan heran. Ia mengerti kalau ia hanya di istirahatkan dari kesatuannya, hanya saja ia tidak mengerti kenapa harus dirinya, ia pun menanyakan itu kepada Letnan Arya. Ia bertanya "Apa polisi sudah tidak bisa mengatasinya?"

"Tidak juga. Mereka juga sedang berusaha untuk mengungkap kasus ini. Hanya saja atasan-atasan kita menduga kalau ini perbuatan… Teroris. Ya mereka berkata kalau ini adalah rencana teroris dengan menyandra beberapa warga sipil agar tuntutan-nya terpenuhi."

Teo langsung menghembuskan nafas berat lalu berkata "Saya tidak bisa menolaknya?"

Letnan Arya hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya "Merepotkan saja." ucap Teo lalu mengambil tas kecil itu.

"Ayolah jangan begitu, kamu itu seorang pasukan khusus. Dengan begini, kamu di tugaskan kembali sebagai pasukan khusus. Kami mengandalkan mu, Teo. Karena kamu adalah salah satu yang terbaik yang kami miliki."

"Setalah menjadi pasukan khusus, sekarang menjadi agen, luar biasa sekali. Baiklah, Saya akan mencari tahu siapa mereka. Kalau begitu, karena sekarang sudah malam juga, saya pergi." ucap Teo lalu berdiri dari tempat duduknya. Saat ingin pergi, Letnan Arya memegang lengan Teo lalu berkata "Jangan gegabah. Cukup awasi dan laporkan pada kami."

"Dimengerti."

Teo pun keluar dari rumah makan itu. Letnan Arya terus memandangi Teo yang keluar sampai ia tidak terlihat "Anak itu. Aku harap dia akan baik-baik saja."

***

Di gang sempit. Teo membuka tas kecil itu, tas itu berisi sebuah pistol, peredam suara, dan 2 buah magazine "Kenapa mereka menyuruh seorang yang pernah gagal di garis depan untuk menjadi seorang agen? Merepotkan." ucapnya sambil memasangkan peredam suada pada pistolnya dan mengambil dua buah magazine itu.

Saat persiapannya sudah selesai, ia pun mulai berkeliling, dimulai dari gang yang sering di lewati orang-orang. Saat sampai, ia melihat beberapa orang yang sedang meminum-minuman keras di gang sempit itu.

"Payah, sepertinya percuma saja aku bertanya kepada mereka," ucapnya lalu mengabaikan orang-orang itu. Tadinya ia ingin seperti itu, tapi ia berhenti lalu mengambil teleponnya "Halo polisi ...," Beberapa saat kemudian, polisi datang dan Teo pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan orang-orang itu yang sedang diamankan.

Pencariannya terus berlanjut sampai tengah malam, dan belum ada hasil "Sudah tengah malam dan aku belum menemukan apapun. Apa aku pulang saja? Tapi ini sudah jauh dari rumah. Yah aku berkeliling sekali lagi, sekalian pulang." ucapnya lalu kembali berjalan.

Ia pun kembali ke tempat yang ramai "Meskipun sudah tengah malam, tempat ini tetap ramai ya. Yah akhir pekan sih." ucapnya. Ia pun melihat gang sempit lagi yang belum ia periksa. Saat pergi kesana, ia melihat seseorang menggunakan jubah berlari masuk ke dalam gang itu. Teo langsung menarik pistolnya dan mengokangnya, lalu ia pun mengejar orang itu. Ia masih bisa melihat orang itu, ia berlari kecil terus ke gang paling dalam hingga tidak ada siapapun di dalam gang itu kecuali mereka berdua, lalu ia pun berbelok. Teo pun mengintip untuk melihat apa yang ia lakukan, Teo sangat terkejut dengan apa yang ia lihat, tangannya bergetar ketika melihatnya. Yang ia lihat, sebuah lingkarang dengan cahaya biru di tengahnya, lalu seseorang dengan jubah itu mengarahkan tangannya seakan dan portal itu semakin besar sampai orang itu bisa saja masuk kedalamnya. Teo memberanikan diri, ia keluar sambil mengarahkan pistolnya dan berteriak "Hentikan! Taruh kedua tanganmu di kepala dan berbalik."

Oramg itu hanya menoleh kebelakang, Teo pun menggertaknya dengan berkata "Kalau kau tidam berbalik, akan aku tembak!"

Orang itu hanya tersenyum. Lalu ia mengambil sebuah tongkat kecil dan mengarahkannya kepada Teo. Sebuah api berbentuk bola pun muncul di depan tongkat itu, Bola api itu pun melesat ke arah Teo. Beruntungnya Teo mempunyai reflek yang bagus, ia berhasil menghindar dari bola api itu. Lalu orang itupun masuk kedalam portal itu, karena ingin menangkap orang itu, Teo pun berlari dan ikut masuk kedalam portal itu.

Saat didalam, tubuhnya melayang seolah tidak ada gravitasi di dalamnya. Karena panik, Teo terus berputar-putar sampai menbuatnya pusing, ia pun melihat cahaya yang sangat menyilaukan membuat ia menyipitkan matanya.

"Apa… itu…"

Samar-samar Teo melihat sesuatu, dengan cepat benda itu mendekat ke arah Teo dan menembus tubuhnya. Seketika, tubuhnya terasa lemas, ia tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya lagi dan kesadarannya pun menghilang

***

2 minggu kemudian.

Jakarta, Indonesia.

Kabar hilangnya 50 orang sudah mulai tersebar, penduduk mulai mengajukan protes kepada kepolisian karena dinilai lambat dalam menuntaskan kasus tersebut. Meski penduduk terus mengajukan protes, namun polisi tidak berkata apa-apa. Bukan tanpa alasan, karena mereka sendiri tidak mengetahui apa yang terjadi dan tidak bisa memberikan penjelasan yang mereka terima dari saksi kepada penduduk kota.

Di ruangan kepala polisi kota, Letnan Arya dan kepala polisi tengah mencari titik terang dalam kasus ini, kepala polisi menyuruh seluruh bawahannya untuk melakukan pencarian bersekala luas.

"Ini bukan penculikan biasa. Kita sudah meminta bantuan kepada pemerintah untuk memperketat area keluar masuk negara, namun tidak ada satupun yang mencurigakan. Lalu, Sersan Teo juga ikut menghilang. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana menurut anda? Letnan?" ucap kepala polisi

"Saya sendiri tidak tahu. Ini adalah masalah yang baru terjadi, berkaitan dengan hal mistis, kita tidak tahu apa-apa tentang 'Portal' itu. Beberapa jam lalu kami menerima rekaman kamera pengawas di salah satu gang kecil di pertokoan, disana juga mereka menemukan tas yang kuberikan kepada Teo dan smartphone-nya."

"Apa!? Sungguh?"

"Ya, kami belum menyampaikan kepada siapapun, kecuali pemerintah. Masih kami analisa apa yang terjadi sebenarnya, hasilnya, 'Portal' yang di bicarakan saksi, itu benar-benar ada."

Letnan Arya pun memberikan ponselnya kepada Kepala polisi dan menunjukan rekaman kamera pengawas yang di ambil oleh Letnan. Ia tidak bisa berkata apa-apa, ketika melihat orang asing dalam rekaman itu mengeluarkan bola api dari tongkatnya.

"Sersan Teo mengejar orang itu dan masuk ke dalam 'portal' itu. Untuk saat ini, kita hanya bisa bergantung kepada dia. Karena dialah satu-satunya orang yang sadar saat masuk kedalam portal dan sepertinya, itu mungkin menjadi kabar baik untuk saat ini."

Kepala polisi terduduk lemas, ia tidak tahu apa yang sedang dihadapi oleh mereka. Letnan Arya memegang pundak kepala polisi itu, lalu ia bertanya "Apa kamu ingin memberitahu istrimu?"

"A-Aku tidak tahu. Arya, kita tidak tahu apakah dia selamat atau tidak, dunia apa yang Sersan Teo hadapi. Aku tidak bisa memberitahu istri ku untuk sesuatu hal yang belum jelas."

"Tapi mungkin saja ini bisa menenangkan istrimu yang kehilangan putri mu satu-satunya atas insiden 'portal' itu."

Kepala polisi terdiam, ia menarik nafas lalu berterima kasih kepada Letnan Arya atas sarannya. Letnan Arya pun berjalan keluar sambil berkata "Untuk saat ini, mungkin kita hanya bisa berdoa, dan berharap agar mereka kembali."

***

"Uhh… Apa… Yang terjadi?"

Teo terbangun setelah tidak sadarkan diri saat masuk kedalam portal itu, ia menatap kesekelilingnya, hanya pohon yang tinggi yang bisa ia lihat.

"Pistol ku…"

Ia pun mengambil pistol yang terlempar tidak jauh dari tempat ia pingsan "Sepertinya ini baik-baik saja." ucapnya saat memeriksa kondisi pistol nya itu.

"Jadi… Sekarang aku berada dimana?"

Ia melihat ke sekeliling lagi dan mencari jalan keluar dari hutan itu, sampai akhirnya ia menemukan akhir dari hutan yang lebat itu. Ia berakhir di sebuah padang rumput yang sangat luas yang belum pernah ia lihat di negaranya "Seriusan, aku ini berada dimana?" ucapnya.

*Whooosh*

Sebuah bayangan besar tiba-tiba melewatinya, ia langsung menoleh ke atas dan melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat seumur hidupnya.

*Groaaaarg*

Suara mahkluk itu membuatnya gemetar dan ketakutan, ia pun terduduk dan terus menatap ke arah makhluk yang semakin terbang menjauh darinya, mahkluk berwarna merah dengan sayap yang lebar, seekor mahkluk yang dianggap mitos, bisa ia lihat dengan jelas di tempatnya sekarang. "Serius! Aku ini ada dimana!?"

Bersambung

avataravatar
Next chapter