16 Chapter 15 : Serangan Alto & Kekalahan Saiga

Lana membelalakan mata saat menatap pada kedua kakinya yang kini terkunci oleh air laut yang sudah membeku menjadi lapisan es. Terlebih saat ia menatap pada hamparan air laut yang menjadi sumber kekuatannya tidak tersisa sedikitpun dan berubah menjadi lautan es.

"A-apa ini.." serunya dengan suara terbata-bata.

"Sudah kubilang bukan?" sahut Kyuron dengan ekspresi wajah penuh kemenangan. Karena elemen air itu sudah membeku semua, energi yang mengalir dari tubuh Lana juga tidak dapat disalurkan lagi.

Gadis berambut sebahu itu masih menatap bingung sambil berteriak karena kakinya terkunci dan tidak bisa lepas dari lapisan es itu. Dia mencoba menggerakkan tangannya, memanggil kekuatan air miliknya namun itu semua sia-sia. Lana masih mencoba melepaskan diri saat suara gemuruh dan guncangan tiba-tiba terasa begitu kuat di sekitarnya.

"Apa itu? Gempa bumi?" teriaknya dengan wajah panik. Belum sempat gadis itu berucap, tiba-tiba sesuatu yang kuat dan keras menghantam tempatnya berpijak hingga membuat tubuhnya terpental ke udara.

"Aargghhh.."

Lana terpekik kesakitan saat tubuhnya terhempas dengan kasar di atas lapisan es yang keras.

Sial!

Gadis itu segera bangkit dan menatap waspada, namun lagi-lagi dirinya lengah. Bongkahan tanah kasar tiba-tiba beterbangan menghujam ke arahnya dengan cepat. Gadis itu mencoba menghindar sebisa mungkin, tapi sebuah dinding tanah tiba-tiba mengepung pelariannya. Dinding kokoh setebal tiga puluh senti itu menyudutkan langkah dan langsung memenjarakan tubuhnya.

"Tidak! Kenapa kekuatanku tidak bekerja sama sekali, sialan bocah itu! Kenapa dia harus membekukan semua air disini," umpat Lana sambil menatap dinding tanah setinggi lima meter di sekeliling yang semakin menghimpit tubuhnya.

"Bagaimana rasanya terpenjara di sana Nona?" tanya Kyuron dari balik dinding dengan tawa khasnya yang terdengar mengejek.

"Dasar orang tua, singkirkan dinding ini dari hadapanku!"

Kyuron tertawa pelan. "Kaupikir aku mau menurutimu? Kau masih beruntung karena aku tidak memasang tombak tanah di sekitar kepalamu. Jadi nikmati saja pestamu di dalam situ." Kyuron lalu kembali tertawa dan duduk bersandar pada dinding tanah itu sambil menyalakan pipa rokoknya.

"Sial! Keluarkan aku dari sini! Hei, orang tua."

Lana memukul- mukul dinding tanah keras itu dengan frustasi. Namun karena itu menyakiti tangannya, akhirnya Lana menyerah dan terduduk lesu dengan wajah kesal.

-

Di sisi lain.

Saiga dan Alto masih bergumul dengan serangan anginnya. Keduanya sama-sama kuat dan mendominasi dengan tehnik andalan masing-masing. Lapisan es yang membeku karena kekuatan Kazo membuat mereka menjadi lebih leluasa bertarung. Serangan angin itu bahkan kini juga sudah memporak-porandakan lapisan es di sekeliling mereka.

"Kekuatanmu tidak berubah Saiga, padahal kau sudah lama menetap di Bumi," Seru Alto dengan nafas memburu, begitu pula dengan Saiga yang tampak langsung menyangga diri dengan tongkatnya.

"Jangan meremehkanku Alto. Aku memang sudah lama tidak bertarung, tapi bukan berarti aku lupa dengan asalku."

"Benar. Tapi kau tidak akan mungkin bisa menangkis Yajirushi milikku." Alto kemudian mengambil posisi seperti seorang pertapa dan membuat angin besar tampak berpusat di sekitarnya.

Saiga mulai bersiap ditempatnya. Dia tau Yajirushi milik Alto adalah salah satu yang terbaik di antara para Pengendali angin. Terlebih sekarang dia adalah seorang penjelajah, dan para penjelajah terpilih karena kehebatannya dalam medan pertarungan.

"Aku tidak akan kalah," bisik Saiga pada dirinya sendiri.

Selama tinggal di Bumi, ia tidak pernah melatih dirinya sendiri. Saiga dan Arga hampir menjadi seperti manusia Bumi lainnya yang bekerja mengandalkan tenaga dan pikiran mereka secara manual.

Dia tidak bisa menggunakan dan melatih kekuatannya karena memang tidak mungkin, atau para manusia Bumi itu akan menganggapnya aneh dan mungkin saja akan mencari tahu tentang dirinya.

Ditambah lagi Saiga, Arga dan Kazo adalah pelarian dari Porta Loka. Jika mereka menggunakan kekuatan mereka di Bumi, itu akan membuat Arkala dengan mudah mengetahui keberadaan mereka.

Saiga menatap tajam pada pusaran angin milik Alto yang semakin besar dan kuat. Pria paruh baya itu lalu melebarkan langkah sambil mengangkat tongkat hitamnya. Langit gelap di atas tiba-tiba saja berubah semakin menghitam, mengumpulkan sejumlah awan mendung gelap yang berpusat menjadi satu.

Lalu sebuah angin tornado tiba-tiba berpusar di bawah mendung itu dan langsung menyambar tongkat milik Saiga. Tornado angin itu adalah Yajirushi miliknya. Karena energi dan juga tingkatannya yang tidak sempurna, membuat pusaran dan kekuatannya tidak sedahsyat tornado pada umumnya. Namun setidaknya dia harus mencoba, setelah dua belas tahun lamanya dia tidak pernah menyentuh kekuatannya.

Dua pusaran angin besar yang terbentuk membuat badai angin menyapu tempat itu. Dua belas jalan yang menghubungkan menuju Verittam hancur tertarik badai angin yang dibuat Alto dan Saiga. Arga yang saat itu sedang membopong Kazo hampir terpental jika Kyuron tidak segera membuat tembok tanah di sekitarnya.

Glara yang juga berdiri di sana langsung meloncat menjauh dari jangkauan angin itu. Matanya masih mengawasi waspada pergerakan Arga dan Kazo, tapi dia lebih memilih untuk menghindari pertempuran yang sudah menghancurkan setengah lautan es disana.

Alto masih terduduk dengan posisi bertapanya, pusaran angin yang mengelilinginya semakin lama semakin besar dan menghitam. Membawa partikel kasar dari benda-benda di sekitar yang baru saja dilahapnya. Pria itu lalu menatap dengan tajam pada Saiga yang berjarak dua ratus meter darinya.

"Leo!"

Pusaran angin itu lalu merubah wujud yang tadi hanya terlihat seperti pusaran berbentuk bulat kini berputar-putar dan membentuk bayangan seekor Singa.

Bayangan itu langsung melesat dengan kecepatan tinggi menuju Saiga yang sudah siap dengan tornadonya. Yajirushi Leo itu mengaum dengan suara nyaring dan langsung menghantam Saiga yang melemparkan pusaran angin tornado padanya.

Suara ledakan dan hembusan angin kuat terdengar menggaung dan menghancurkan setengah lapisan es di sana dan membuat air laut di bawahnya tersembur ke atas.

Bahkan tembok tanah yang dibuat Kyuron hancur terhempas badai angin itu dan membuat Kyuron, Arga dan Kazo terpental hingga ke sisi seberang. Serangan itu juga menghancurkan dinding penjara yang mengurung Lana. Gadis itu berteriak saat tiba-tiba badai angin menerbangkan tubuhnya.

Ledakan itu masih terus menggaung, menghanyutkan bongkahan es di sekitarnya. Arga dan Kazo menatap dengan wajah khawatir dan mencoba mencari keberadaan sang ayah dibalik asap dan bongkahan es yang hancur berhamburan. Arga tersentak saat melihat Alto masih berdiri tegap di atas bongkahan es tanpa luka apapun di tubuhnya.

"Ayah.."

Wajahnya kembali terkejut saat ia melihat sang ayah terkapar di atas bongkahan es yang mengambang dengan mulut penuh darah. Baju yang dikenakannya hangus dan terbakar di bagian dadanya. Serangan milik Alto sepertinya tepat mengenai bagian vital tubuh Saiga.

avataravatar
Next chapter