12 Chapter 11 : Kazo VS Glara

Kazo kembali menatap kedua telapak tangannya yang kosong dengan tatapan tidak percaya. Lalu pandangannya beralih pada air laut dan ombak yang sesaat tadi masih bergejolak, kini benar-benar telah membeku menjadi hamparan lapisan es berwarna putih.

Dinding air yang dibuat gadis Noa untuk menutup jalan masuk menuju Verittam kini juga ikut membeku, membentuk lingkaran dinding utuh yang mengelilingi tempat itu. Hawa dingin terasa begitu menusuk, tapi entah kenapa itu justru memulihkan tenaganya dengan cepat. Bahkan luka bakar di lengan kanannya kini sudah mulai terlihat mengering.

"Kazo! Di belakangmu!"

Teriakan Arga membuat Kazo tersentak dan sontak langsung meloncat ke samping. Hembusan angin tajam menghancurkan lapisan es tepat di tempat Kazo berdiri tadi. Gadis itu benar-benar tidak memberi waktu untuknya bernafas.

Kazo mengambil posisi waspada sambil menatap pada sosok Glara yang masih berdiri di atas jalan. Gadis itu menatap Kazo dengan tajam sambil menggengam Daggernya dengan erat.

"Kekuatan yang mengagumkan. Kau benar-benar mempermudah medan tempur ini untuk para pelindungmu," ucap Glara sambil meloncat ke bawah dengan cepat. Kini gadis itu sudah berdiri di atas lapisan es, dengan jarak sekitar seratus meter dari tempat Kazo berada.

Memang benar, sebelumnya Kazo dan yang lainnya cukup kesulitan dengan medan tempur yang terlalu sempit. Dan tempat ini benar-benar menjadi keuntungan bagi gadis Noa itu.

Tapi sekarang, setidaknya mereka punya kesempatan untuk membalikkan keadaan. Dan Kazo berusaha untuk tetap menjaga energinya agar lapisan es ini tidak segera mencair.

Kazo merobek ujung kaus hitamnya dan menggunakan robekannya untuk membalut luka di lengan kanannya agar tidak bertambah melebar. Ia lalu menatap tajam pada gadis itu dan mengambil langkah bersiap.

Kazo bukannya ingin menyombongkan diri tentang kekuatannya yang sudah muncul kembali. Tapi setidaknya kekuatan mereka sekarang menjadi seimbang. Dan sedikit demi sedikit Kazo sudah mulai memahami cara menguasai kekuatan yang dimilikinya.

"Wah... kau sudah mulai percaya diri ya? Baguslah, jadi sekarang aku juga bisa serius," seru Glara sambil mengangkat Daggernya lebih tinggi.

Kazo masih terdiam, berusaha memahami pergerakan dan juga kekuatan senjata milik gadis itu. Dagger itu bisa menebas dan mengeluarkan angin tajam dalam jarak lebih dari tiga ratus meter.

Yang artinya, dia bisa melakukan serangan dari jarak jauh. Tapi untuk bisa melukai lawan dengan senjata itu, dia tetap harus melakukan pertarungan dengan jarak dekat.

"Kau tidak mau mengatakan apapun?" seru Glara sambil mengibaskan rambutnya.

"Aku ingin tahu, apa yang kau percayai dari Rajamu itu. Apa kau tahu tentang semua rencananya untuk membuka kembali gerbang Hiroki?" tanya Kazo.

Selama ini dia selalu penasaran, kenapa para Arya terus mengejarnya jika pada akhirnya itu bisa membawa kehancuran untuk negeri mereka sendiri. Mereka tidak mungkin tidak mengetahui tujuan Raja mereka untuk mengejarnya.

"Tentu saja," jawab gadis itu santai dan tentu langsung membuat Kazo tersentak. "Perintah Raja adalah mutlak. Dan kami bangsa Arya memberi kepercayaan penuh kepadanya. Karena bagi kami, lebih baik mati daripada Bangsawan Hiroki kembali memimpin Porta Loka."

Glara terlihat begitu marah. Sebuah tatapan dendam tersirat jelas dari mata gadis itu, membuat Kazo berpikir tentang apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu.

"Apa kau sebenci itu pada kami?"

"Jika kau bertanya begitu, maka jawabannya adalah Iya. Dan itu termasuk kau!" Glara lalu mengayunkan Daggernya. Kazo tersentak dan langsung meloncat mundur.

DUARR

Tebasan pisau itu kembali meledakkan lapisan es yang berada di depan Kazo. Gadis itu kembali mengayunkan Daggernya, kali ini dengan gerakan kasar dan lebih kuat dari sebelumnya. Sangat terasa jika pembicaraan yang baru saja mereka lakukan cukup mempengaruhi suasana hatinya.

"Berhenti menghindar dan tunjukkan kekuatanmu!" teriak Glara sambil terus berlari mengejar langkah Kazo. Suara ledakan terdengar beruntun dari arah belakang.

Kazo tiba-tiba mengerem laju larinya dan langsung berbalik mengarah pada gadis itu. Kazo menginjak lapisan es di bawahnya hingga tercipta sebuah retakan yang cukup besar.

DUAAAR

Retakan itu membuat lapisan es di depannya hancur menjadi bongkahan besar. Dia lalu menyentuh satu bongkahan yang melayang tepat di depan matanya dan langsung memadatkan menjadi sebuah tongkat sepanjang delapan puluh senti.

Air laut di bawah tampak bergejolak dan langsung menyembur ke atas. Kazo tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menyentuh air itu dengan tongkatnya. Ia bisa menyalurkan energi tubuhnya melalui tongkat es itu dan memadatkan air yang tersentuh menjadi lapisan es.

Gejolak air yang menyembur itu memadat dan membentuk dinding setinggi tiga meter. Membuat Glara yang sejak tadi mengejar langsung menghentikan langkahnya.

Gadis itu terbelalak marah karena langkahnya yang tertahan oleh lapisan es di depannya. Tapi belum sempat ia berucap, gadis itu kembali tersentak saat melihat ujung lapisan es itu tiba-tiba memecah dan membentuk ribuan jarum kecil dan tajam terarah padanya.

"Sial!"

Glara tidak punya pilihan selain melompat ke dalam retakan es yang masih tersisa. Air sedingin es itu menyambut tubuhnya, tepat saat ribuan jarum milik Kazo menghujam dan meledakkan tempat di mana ia tadi berdiri. Bongkahan es besar kembali terbentuk dan membuat air laut di bawahnya kembali menyembur dan bergejolak.

Kazo masih berdiri di tempat dengan nafas tersengal-sengal. Ia menatap waspada ke arah dinding es di depannya yang ikut hancur karena ribuan jarum miliknya. Dan ternyata apa yang baru dia lakukan cukup menguras energi. Hal itu membuat beberapa lapisan es dibeberapa titik mulai mencair secara perlahan dan membuat air laut kembali menyembur dan menggenang di sekitarnya.

Glara kembali muncul ke permukaan setelah hampir dua menit dia menahan diri untuk tetap di bawah air. Gadis itu berdiri dengan basah kuyup dan tubuh sempoyongan. Ia menancapkan senjatanya pada bongkahan es di depannya yang langsung menimbulkan uap dan lama kelamaan bongkahan itu muncul gelembung dan langsung menghitam membentuk benda padat seperti batu.

Glara menatap pada Kazo sambil menyeringai. Terlebih saat ia melihat Kazo dalam kondisi hampir kehabisan energi.

"Itu tadi mengerikan sekali. Kalau aku tidak cepat, mungkin aku sudah mati tercabik-cabik oleh jarummu. Bagaimana kau melakukan itu? Tingkat kekuatanmu meningkat pesat padahal kau tidak menggunakan pedangmu." Glara terlihat bergetar karena rasa dingin yang seperti mencekik tubuhnya.

Kazo masih berdiri dengan nafas memburu, mencoba mengatur dan memulihkan energinya kembali agar lapisan es itu terus bertahan. Karena Arga dan yang lainnya masih bertarung di sana.

"Kekuatanku adalah harapan. Aku mulai menyadari karena dia muncul saat aku membutuhkannya. Dan itu terjadi setelah aku mengatakan semua harapan yang ingin kuwujudkan. Aku masih memiliki orang yang ingin kulindungi, dan juga takdir yang kumiliki."

avataravatar
Next chapter