Lepas siang hari itu setelah aku sholat jumat dimasjid yang gak jauh dari rumah.
"POS, SURAT!" [Suara agak keras dari depan rumahku.]
Aku yang sedang didepan televisi bersama ibu diruang keluarga langsung meloncat ketika mendengar suara lantang "POS SURAT" dari luar rumah memberi tanda kedatangannya. Ibu kaget melihatku yang langsung berdiri mendengar suara laki-laki dari luar itu , tapi hanya melihatku.
"januar rivaldo? " tanya pak pos seraya melihat padaku yang sudah didepannya.
" iya pak saya! " jawab ku, pak pos langsung memberikan amplop yang dipegangnya ." makasih pak! " balasku.
" sama sama " ucapnya sambil menganggukan kepala dan sesaat Pak Pos meninggalkanku yang sedang membolak balik amplop yang baru saja keterima itu.
Lalu bergegas ke kamar melewati ibu yang masih duduk menonton acara televisi hanya melihatku seraya tersenyum.
" dari sapa? " tanya ibu kemudian . Aku tak menjawab, cuma melirik dan terus melangkahkan kaki menuju kamar.
" kamu itu ditanya kok diam aja sih al, hemm! " gerutu ibu, aku cuma tersenyum dan terus melangkah.
Menarik kursi, duduk dan memperhatikan nama didepan amplop surat itu. Tak sabar kusobek samping amplop warna biru muda dengan motif bunga.
Sambil bersandar dikursi meja belajar mulai kucermati setiap katanya.
____________________________
Aldo, Apa kabarmu? Semoga kamu baik-baik saja ya.
Kapan main kesini, udah rindu... Hehehehe..
Kalau ada waktu kamu balas ya suratku.
Salam buat Elisa sama Dodik ya al.. Ku tunggu balasan suratmu.
Aku sayang kamu!
Nita- Tuban
Ttd
____________________________
Aku tersenyum sendiri setelah membaca surat Nita. Tersenyum bahagia. Amat bahagia.
Kulipat kututup selembar surat itu namun kubuka lagi mungkin 1oo1 kali.hahaha
Dan aku tak ingin beranjak dari perasaan saat itu yang sepertinya begitu hangat menyelimuti relung hati yang begitu merindukan kata katanya. Enam hari yang panjang sejak kepindahan Nita ke Tuban. Dan Ini surat pertamanya.
Yahh...,setiap gelayut rindu ini menyergapku memaksa tubuh ini untuk membaca lagi isi surat itu yang sepertinya aku sampai hafal pada setiap huruf yang ditulisnya itu.
Hari itu benar-benar spesial , aku membaca surat pertama Nita yang kini berada jauh dariku, terpuaskan rasanya dahaga hati ini. Tak sabar tangan ini ingin segera membalas suratnya. Tapi hanya lewat surat, hanya perkataan, namun mata ini tak lagi bisa melihat wajah ayu dengan senyuman tipis dilesung pipi itu. Tak bisa lagi kunikmati canda ria saat bersama dibatasi sepeda angin milikku. Atau saat makan rujak mangga muda dirumah Elisa.
Tak kutemui lagi wajah dengan rambut sebahu yang sedikit mengombak seperti menari nari dipelupuk mataku.
Ya, banyak hal yang kini hilang sejak kepindahannya itu. Dan aku harus memaksakan diri untuk mulai terbiasa hidup dan menjalani hari tanpa Nita dan semua hal yang kupuja darinya.
Hari hariku dan Nita berikutnya kami lewati dengan saling berkirim surat. Seminggu sekali, atau kurang. Dan itu cukuplah sebagai pengobat sementara rasa rindu sebelum nanti diijinkan Tuan bertemu lagi.
_____________________
PAK POS TITIP SURAT!
AWAS JANGAN HILANG YA PAK .. DOKUMEN PENTING! ISINYA CUMA KANGEN TAPI SEGUNUNG SEMERU.
DAN CUMA KANGEN NITA!
_____________________
Dan kegiatan menunggu pakpos datang membawa pesan dari Nita menjadi sebuah rutinitas yang menyenangkan sejak saat itu.
Tombol ON tape compo diatas meja belajar kutekan, kaset pita dengan cover Lagu KANGEN- milik DEWA 19 favoritku kuputar.
Suara Ari Laso yang khas seperti mewakilkan semua KANGEN hati ini padanya.
".. KUTERIMA SURATMU DAN KUBACA DAN AKU MENGERTI, BETAPA MERINDUNYA DIRIMU AKAN HADIRNYA DIRIKU..... "
Beranjak ke kasur dgn merebahkan tubuhku yang baru saja disenangkan oleh datangnya surat dari Nita hari itu. Membayangkan wajahnya dengan rambut yang dihembus angin ketika berdiri dikantin menunggu antri beli jajanan.
Melihatnya kembali dalam ingatanku kala itu aku pernah membuatnya malu saat dikelas waktu pelajaran bahasa inggris, Pak wahyudi. Pipi di wajahnya yang memerah saat menahan malu dan kesal pastinya oleh ulahku , membuatku tersenyum sendiri.
"Ahhh, kamu duniaku, aku lebih merindukanmu saat tak disisiku Nita! " gumamku sendiri.
---------
Hari sabtu dikelas, jam istirahat. Aku hampir selesai mengerjakan tugas menyalin dipapan ketika aku sedikit dikejutkan oleh kehadiran Iga, adik kelas yang rumahnya tepat dibelakang rumahku tiba-tiba sudah ada didepan mejaku.
"al.. Ada titipan buat kamu! "
Aku melihat keatas,"buat siapa Ga?? " tanya ku tanpa berdedip.
Iga meletakkan sebuah amplop warna pink motif bunga diatas meja didepanku tanpa tulisan dibagian depannya.
"ya buat kamu! " jawab Iga sedikit melebarkan matanya.
" dari sapa? " tanya ku mengejar.
" Kristin, temanku, udah ya al! " Iga tersenyum melambaikan tangan, membalikkan badan lalu berlalu dari hadapanku yang masih melihatnya sampai hilang dipintu kelas.
Aku memegang amplop dari Iga, membolak baliknya." Siapa juga Kristin? " diotakku saat itu," perasaan kalo adik kelas sih banyak, yang mana dia? " Kan kelasnya juga banyak?, ahhh sudahlah!" jawabku sendiri dalam hati, dan aku gak mau ambil pusing dengan amplop itu.
Surat titipan dari Iga ku masukkan tas. Aku melanjutkan tugasku dipapan.
"siapa al..?" tanya Elisa yang tadi sepertinya duduk didepan kelas sama Tamik. Mungkin dia melihat Iga keluar dari kelas dan ke mejaku.
"tetangga ku, belakang rumah "
" ngapain dia.. Ngasih apa tadi?? " tanya Elisa sambil mengunyah kacang goreng kesukaannya. sepertinya Elisa ingin tau apa yang barusan terjadi.
Ya, Wajar saja menurutku , kan Elisa teman baik Nita. Dia pasti gak mau melihatku dengan cewek lain yang dia gak kenal karena dia tahu aku pacar Nita. Elisa seperti "mata mata" bagi hubunganku dan Nita.
"gak papa kok Lis.." pungkasku sambil menata buku. Aku lagi gak ingin berdebat sekarang. Ras kering ditenggorokan karena menunda istirahat sudah tak tertahan lagi.
"aku ke kantin dulu ya lis.. " imbuhku sambil beranjak dari kursi dan meninggalkan Elisa yang masih memperhatikanku.
Siapa Kristin? , adik kelas?, apa isi surat titipan Iga dari Kristin?, beberapa pertanyaan sempat terlontar lagi dikepalaku saat aku sedang berjalan menyusuri lorong kelas. Tapi kemudian bermacam pertanyaan itu tak kuhiraukan lagi saat Hadi menegurku dengan menepuk bahuku dari belakang.
"kemana?" Hadi senyum melihat ku sekilas dan berkutat lagi dengan rambutnya.
"toilet! Knapa had, ikut? "
" hahahaha bisa aja! " balas Hadi mendengar jawbanku. Aku senyum melihatnya.
Aku masuk ke toilet, Hadi menunggu didepan. Sebentar kemudian aku keluar.
" al, gimana ya kabar Nita disana? Kamu gak kangen? " tanya Hadi sambil melanjutkan langkah bersamaku ke arah kantin.
" aneh kamu had! Ya kangenlah! " jawab ku melirik Hadi.
" sebentar lagi kan mau ebtanas al,.. "
" iya knapa? " tanya ku memotong ucapan Hadi.
" ya sebagai teman aku cuma mau ngingetin al, soalnya aku liat kamu sejak kepindahan Nita jadi lain, gak seperti biasanya, kamu gak kayak dulu. Sekarang sering sendiri kesana kemari " Hadi mencoba memberi masukan, aku sedikit menunduk.
" ya aku tau kamu pasti merasakan kehilangan al, ya aku juga sebagai temanmu gak pengen kamu gagal disekolah gara gara hal itu , gitu aja! " Hadi melihatku lagi dan merapikan rambutnya lagi.
" iya had, aku ngerti, makasi ya! " kutepuk bahu Hadi sambil melihatnya dan saat itu kami pun sampai kantin dan membeli jajanan.
Aku masih bisa menerima perhatian Hadi kepadaku sebagai sahabat, dan itu kuanggap wajar. Dan aku juga memahami bahwa dia tidak sedang berada diposisiku, sehingga Hadi mengatakan hal itu padaku. Aku menerima ucapan Hadi sebagai teman yang berniat baik padaku. Memberi saran tanpa mau menyinggung perasaanku, dan itu tidak salah. Aku tetap menghargainya.
Namun yang tidak dipahami Hadi adalah saat itu aku masih seorang anak remaja yang sedang berada " DIATAS AWAN DAN KEMUDIAN DIHEMPASAKN BADAI ". Maka jangan salahkan aku saat itu jika tak ada yang lebih kupedulikan lagi selain nama Nita yang ada dikepalaku dan semua hal yang melekat padanya!!! TITIK
________________________
131120