6 Panggilan

Aisyah tersenyum mendengar pujian dari kedua orang itu, rasanya ia seperti sukses melaksanakan pekerjaan pertamanya.

"Terima kasih mba, dan hm.. itu.." balas Aisyah ragu saat akan memanggil Rafka.

Latifah yang menyadari hal itu pun langsung menjawabnya, dengan senyum semangat.

"Panggil aja mas Rafka" titah Latifah pada Aisyah.

Aisyah dan Rafka sama-sama menatap Latifah heran, mana mungkin Aisyah memanggilnya begitu. Mereka tidak begitu dekat, bahkan baru mengenal.

"Sepertinya panggilan itu sangat tidak sopan untukku" balas Aisyah dengan lembut.

Latifah tersenyum, ia pun kembali membalasnya dengan kata-kata yang tidak bisa di tolak lagi.

"Tentu tidak Aisyah, kan aku sendiri yang memintanya di depan mas Rafka juga." Jawab Latifah dengan yakin.

Rafka menatap Latifah heran, ia tidak mengerti dengan jalan pikiran istrinya itu. Bukan kah itu panggilan itu terlalu dekat jika di pakai orang yang baru kenal?

"Kau yakin tidak masalah mengatakan hal itu?" Tanya Rafka pada istrinya.

Latifah mengangguk pasti, sepertinya ia memang sudah final pada keputusannya itu.

"Jadi Aisyah, jangan sungkan ya? Panggil saja mas Rafka, kan kamu juga memanggilku mba." Titah Latifah pada Aisyah.

Aisyah hanya mengangguk pelan, ia tidak berani mengangkat wajahnya dan melirik Rafka saat ini.

"Terima kasih pujiannya mba, mas." Ucap Aisyah kembali dengan ragu.

Latifah tersenyum puas, sedangkan Rafka hanya bersikap biasa saja. Tidak ada yang tau, apa lagi yang akan terjadi selanjutnya.

Mereka melanjutkan sarapan mereka, hingga akhirnya sarapan itu habis. Lalu Aisyah segera membereskan perlengkapan makan yang kotor, dan membersihkannya.

"Aisyah, kami tinggal dulu ya." Pamit Latifah pada Aisyah.

"Iya mba" jawab Aisyah dengan senyumnya.

Aisyah pun mulai membersihkan piring-piring kotor itu, dan merapikannya kembali. Sedangkan kedua pasangan itu kembali masuk ke kamarnya, sekilas Aisyah tersenyum melihat keharmonisan rumah tangga teman barunya itu. Dalam hati ia berharap, jika rumah tangganya nanti akan bahagia dan harmonis seperti Latifah dan Rafka.

'jika tuhan berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin di dunia yang luas ini.'

.

.

.

Selesai dengan semua pekerjaan di rumah itu, Aisyah berpindah tempat ke taman belakang. Ia tersenyum, dan memilih untuk menyirami tanaman yang ada di sana.

Aisyah mengambil pot siram yang ada di sana, lalu mengisinya dengan air dari keran yang ada di sana. Setelah pot itu penuh, Aisyah mulai menyirami tanaman hias di sana dengan perlahan sampai semua tanaman terkena air.

"Masya Allah, indahnya kalian. Tumbuh dengan cantik yah, agar taman ini semakin indah." Puji Aisyah pada tanaman hias itu.

Aisyah melanjutkan aktivitas menyiramnya sampai tidak terasa tiba adzan dzuhur, Aisyah menaruh pot itu dan ia duduk sejenak sambil memejamkan matanya dan mendengarkan adzan itu dengan khidmat.

Saking seriusnya Aisyah bahkan tidak sadar, jika sejak tadi ia sedang di perhatikan oleh seseorang dari balkon kamarnya.

"Sepertinya dia memang baik, aku tidak perlu curiga lagi padanya." Gumam orang itu percaya, lalu ia masuk ke dalam kamarnya.

Setelah suara adzan itu hilang, Aisyah kembali membuka matanya dan tersenyum.

"Alhamdulillah, sudah adzan dzuhur." Ucap Aisyah bersyukur.

Aisyah pun kembali masuk ke dalam rumah itu, lalu ia mencari di mana letak tempat sholatnya. Tapi Aisyah tidak juga menemukan tempat itu, ia pun terpaksa bertanya lebih dulu pada pemilik rumah itu yaitu Latifah.

Dengan langkah ragu, Aisyah mengetuk pintu kamar Latifah. Sebenarnya ia tidak nyaman mengganggu seperti ini, tapi demi kewajibannya Aisyah harus mau melakukan hal itu. Ia pun mengetuk kembali pintu itu, sampai akhirnya pintu itu terbuka dan nampaklah suami latifah yang sudah rapi dengan kokoh dan pecinya.

Aisyah melihat itu langsung menunduk itu, dan menggeser posisinya agar tidak terlalu berhadapan dengan suami Latifah itu. Sedangkan Rafka malah bersikap santai, dan mencoba untuk tidak terlalu dekat.

"Ada perlu apa?" Tanya Rafka.

"Maaf hm itu" jawab Aisyah terpotong karna bingung mau memanggil Rafka dengan sebutan apa.

Rafka yang paham dengan kebingungan Aisyah pun membuka suaranya, ia mengizinkan Aisyah untuk memanggilnya seperti perintah Latifah sebelumnya.

"Panggil saja seperti yang istriku katakan, dan biasakan mulai saat ini." Tukas Rafka.

Aisyah menunduk semakin dalam, ia benar-benar merasa tidak nyaman dengan itu. Tapi tidak ada pilihan lain, jika ia menolak maka obrolan itu akan semakin lama.

"I-iya mas, saya hanya ingin bertanya. Dimana saya bisa melaksanakan sholat dzuhur?" Jelas Aisyah bertanya.

Rafka yang mengerti pun langsung memberitahunya, dan menunjuk satu ruangan yang tidak jauh dari posisinya saat ini.

"Kamu bisa sholat di kamar tamu, di sana." Jawab Rafka sambil menunjuk ke salah satu kamar.

Aisyah mengangguk paham, lalu ia mengucapkan terima kasih pada Rafka.

"Ah iya baik, terima kasih." Ucap Aisyah.

Rafka mengangguk, ia pun menjawabnya dengan santai.

"Iya, sama-sama" balas Rafka.

Aisyah langsung meninggalkan tempat itu tanpa menengok lagi pada Rafka, lalu ia masuk ke kamar tamu dan bersiap untuk sholat dzuhur.

Sedangkan Rafka ia hanya tersenyum tipis melihat Aisyah yang melangkah dengan cepat meninggalkannya, terlihat sekali jika ia jarang bertemu pria sebelumnya.

"Ada apa mas?" Tanya Latifah tiba-tiba setelah Rafka baru saja menutup pintu kamar mereka.

"Itu teman baru kamu bertanya tempat sholat, jadi aku bilang saja dia bisa sholat di kamar tamu." Jawab Rafka dengan jujur.

Latifah langsung menepuk jidatnya karna melupakan hal itu, Rafka hanya tersenyum saja melihat tingkah istrinya.

"Astagfirullah mas, aku lupa memberitahu Aisyah tentang itu." Ingat Latifah pada kesalahannya.

"Sudah tidak apa, aku sudah memberitahunya." Balas Rafka menenangkan.

"Iya, terima kasih mas." Ucap Latifah dengan senyumnya.

"Sama-sama, ya sudah yuk kita sholat berjamaah?" Balas Rafka.

Latifah mengangguk, mereka pun melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Bersamaan dengan Aisyah yang juga melaksanakan sholat di sisi yang berbeda, sungguh indah.

Selesai sholat dzuhur, Aisyah langsung keluar dari kamar tamu dan melangkah menuju dapur. Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang, itu berarti jika makan siangnya akan selesai sekitar pukul setengah dua atau bahkan jam dua.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, Aisyah langsung mencari bahan di lemari es. Dan ada beberapa bahan yang bisa Aisyah masak untuk makan siang kali ini, ia pun langsung bergegas menyiapkan bahan dan bumbu untuk masakannya.

Aisyah mulai memotong sayuran, dan membersihkannya. Lalu ia mengambil beberapa bahan untuk di tambahkan dalam masakan sederhananya itu, Aisyah pun mulai menyatukan semua bahan untuk menjadi satu menu yang mengunggah selera.

Asik berkutat di dapur, tanpa terasa kini sudah pukul 1 lebih 15 menit. Makanan pun sudah siap semua, Aisyah langsung memanggil tuan rumah untuk makan siang.

avataravatar
Next chapter