Arul mengantarkan Risya sampe ke ruang perawatan. tak pernah dia lepaskan genggaman tangan Risya selama menuju ruang perawatan.
" kak..."
" hm.." jawab Arul yang sedang menyuapi Risya bubur rumah sakit.
" kamu terlihat sangat kacau ka. apa kamu blm mandi dari kemarin?" tanya Risya. sambil menutup hidungnya menggoda Arul.
" Jangankan mandi sayang. makan aja aku belum." jawab Arul sambil menyuapkan bubur ke mulutnya sendiri.
" yang, kamu harus makan dong ka. nanti kalo kamu sakit gimana?" udah habisin makananku. "
" Apa kamu sudah kenyang? kamu kan harus banyak makan biar cepat pulih. " kata Arul sambil menyuapkan bubur ke mulut Risya lagi.
" Udah...udah...aku kenyang ka."
" beneran kenyang? " tanya Arul
" iyaa.. kamu habisin aja.."
" ok deh kalo begitu daripada mubadzir." kata Arul sambil memakan bubur itu dengan lahap. Risya aja sampe geleng2 kepala melihat kekasihnya makan seperti itu.
Ya Arul mungkin sangat lapar sekarang. karena sudah 3 hari ini Dia belum makan sedikitpun.
" kak... kamu belum makan apa dari kemarin?" tanya Risya sambil membelai pipi Arul mesra.
Arul hanya tersenyum sambil meneruskan makannya.
" makasih ya kak. kamu selalu ada untukku. "
ucap Risya manja sambil menatap Arul penuh cinta.
" Jangan menggodaku dengan tatapan seperti itu sayang. kamu akan membuatku hilang kendali nanti." kata Arul sambil mencubit hidung Risya mesra. Istirahatlah.
Risya merebahkan dirinya diranjang dibantu oleh Arul.
" Aach..."
" kenapa sayang? "
" ga..papa...kok kak cuma sedikit sakit."
" dimana yang terasa sakit? " tanya Arul lembut sambil memegang pinggang Risya lembut. meniupnya agar Risya merasa nyaman.
" Tidurlah...huf...huf...huf..."
Risya tersenyum bahagia melihat perhatian Arul padanya.
Tidak lama Risya terlelap dalam tidurnya. Dia merasa damai saat Arul disisinya.
Arul lalu melangkah pergi dan pulang ke mess dengan bahagia. Senyumannya tak pernah lepas dibibirnya. setiap bertemu dengan orang yang dikenalnya dia selalu menyapa dan mengucapkan salam padanya. Auranya memancarkan pesona seolah dia terlahir kembali.
Tiba-tiba Dia menghentikan langkahnya. raut bahagia diwajahnya seketika hilang. wajah Arul berubah gelap. binar dan matanya berubah menjadi sayu ketika dia melihat sosok wanita di hadapannya. Belinda dengan senyum jahatnya menghampiri Arul.
" Hai sayang. kenapa wajahmu jadi jelek begitu? harusnya seneng dong kalo ketemu calon istri. " sindir Risya
Arul terdiam. tak ingin menghiraukan ocehan Bela. Dia terus melangkah menuju kamarnya tanpa sepatah katapun. Namun langkahnya terhenti mendengar kata-kata Bela.
" Kau harus penuhi janjimu yang ke 2. karena dari kemarin Darma sudah melaporkanku ke Polisi. sebentar lagi Polisi akan menanyakan padamu sebagai saksi utama. Dan Risya pasti juga akan ditanya oleh mereka. lakukan secepatnya. atau kamu tau apa yang bisa aku lakukan padanya."
Arul tidak menjawab perkataan Bela. Dia hanya melanjutkan langkah menuju kamarnya. membersihkan diri dan makan siang. selesai makan , Dia merebahkan diri di ranjang mencoba memejamkan mata walau sebentar. tapi rasa sakit di bibir dan pelipisnya serta ditubuhnya mulai terasa.
" Aduh badanku terasa sangat remuk." kata Arul sambil mengeliatkan badannya.
Dia pikir : " apa yang harus aku lakukan kalo polisi menanyaiku? kalo aku berkata ini kecelakaan Risya pasti akan marah besar padaku. tapi kalo aku tidak melakukan itu Bela akan membuat Risya dalam bahaya. pusing...." gerutu Arul sambil mengacak rambutnya.
" aku harus cari akal menghadapi wanita ular itu. aku tidak boleh terjebak dan membuat Risya menderita...oh...Risya aku bisa gila memikirkanmu. baru sebentar berpisah denganmu saja aku sudah sangat Rindu." ucap Arul sambil memeluk guling dan membayangkan wajah kekasihnya.
"Bagaimana aku mampu berpisah denganmu. " pikir Arul. wajahnya kini berubah sedih membayangkan Dia harus putus dengan Risya demi janjinya pada Bela. Apa layak semua ini dia lakukan. cara terbaik melindunginya adalah dengan terus berasa disisinya. tapi Bela adalah wanita sakit jiwa yang akan sangat mampu menyakiti Risya dengan cara apapun. Apa yang harus aku lakukan?? " Aah...sudahlah aku pasrah padaMu ya Allah. yang harus terjadi, terjadilah. Aku hanya ingin menikmati saat ini...masih ada 1 minggu untuk bersama Risya. " Akhirnya Arul terlelap
" Pergi....pergi... jangan dekati aku lagi.Kangan sentuh aku lagi...pergi...pergi. aku sudah kotor...aku sudah kotor. pergi...jangan dekati aku lagi" teriak Risya histeris ketika Arul mendekat.
Bajunya berantakan dan biru-biru terlihat di seluruh tubuhnya bekas kekerasan. banyak tanda kissmark dimana-mana. Hati Arul pedih melihat Risya seperti itu. Arul menangis menyaksikan kondisi Risya yang setengah telanjang.
" Siapa yang melakukan ini Ris? " tanya Arul dengan geram. mukanya merah padam menandakan emosinya sudah memuncak.
keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Dia menggigil sambil menggemeretakkan giginya. tangannya mengepal dan ingin menghajar orang yang melakukan tindakan keji pada kekasihnya.
Di ujung Ruangan Arul melihat Belinda tersenyum jahat di balik kaca. Arul berniat mengejar Bela. tapi Dia mengurungkan niatnya karena melihat kondisi Risya saat ini.
Arul menyadari semua adalah ulah Belinda. Amarahnya terbakar, ingin sekali dia membunuh Belinda karena membuat Risya seperti ini. membuat Risya diperkosa dan itu lebih menyakitkan daripada kematian.
"Tega kamu Bel, aku akan membuatmu membusuk di penjara. "batin Arul. tapi yang terpenting adalah menolong Risya saat ini. Dia pasti sangat trauma dengan kejadian itu. dan aku harus membantunya. pikir Arul.
Arul mendekati Risya yg sedang meringkuk membentuk bola dengan memeluk kedua lututnya. Arul meraih tangan Risya, namun Risya menepis tangannya dengan kasar dan langsung berlari dengan cepat dan loncat dari loteng Mess di lantai 5.
" Risyaaaa..."
*******