"udah siap rul?"
" ok yuk berangkat. "
sebenarnya Arul agak males2an ikutan Seminar kaya gituan. mendingan dia menyendiri di kamar Hotel sambil membayangkan Risya,mengingat kenangan indah yang sudah dilaluinya bersama Risya.
Arul dan Irvan memasuki Ballroom Hotel Ibis. nggak disangka ternyata ramai sekali. banyak orang yang antusias mengikuti Seminar ini, Arul dan Irvan kebagian duduk di kursi paling Belakang. karena memang kursi depan sudah penuh. Arul masih saja konsentrasi dengan hpnya. dia masih menghubungi detektif kenalannya yang disuruh mencari Risya. sebelum acara dimulai seperti biasa sambutan demi sambutan terlebih dahulu dilaksanakan. itu membuat Arul bosan, dan memilih keluar dari ruang seminar. baru saja kakinya sampai di pintu keluar. Terdengar
"Assalamualaikum." suara pembawa seminar membuatnya menoleh ke belakang. suara yang begitu dikenalnya, begitu dirindukannya,dan sedang dicarinya selama ini. mengalun lembut di microfon yang ia dengar. Arul seperti terhipnotis dan berbalik kembali ke ruang seminar. Dilihatnya wanita berparas ayu dengan penuh percaya diri sedang membawakan materi seminar. ya dia adalah Risya. Arul semakin dekat ke arah panggung tempat Risya membawakan seminar. hampir saja dia berjalan ke arah panggung mendekat dan memeluk wanitanya andai sebuah tangan besar tidak menyentuhnya.
" Arul..." suara Irvan mengagetkannya
" kamu kenapa ? "
" Van, dia ...dia....dia istriku."
" Apa? Dia Risya ? Adlina adalah Risya?
" Ya namanya Risya Adlina Putri."
" ya ampun...akhirnya kamu bisa menemukannya. "
tanpa sadar setetes air bening meluncur dari sudut mata Arul. Dia menemukan hartanya, mutiara yg hilang akhirnya dia temukan. Arul melangkah maju. namun segera ditarik ke belakang oleh Ryan.
" Tenang rul. jangan sekarang. dia akan lari jika sekarang kamu memaksanya mendekat. aku punya cara agar ia tidak lari." Irvan lalu membisikan rencananya pada Arul.
Arul mengangguk dan diam ditempatnya seperti patung. ternyata benar, ke datangannya ke Bandung tidaklah sia2. Arul mendengarkan dengan seksama pemaparan yg dijelaskan Risya.
" kamu masih pintar dan mempesona seperti dulu RIS. saat kamu presentasi seperti itu. " batin Arul.
" Nah itu tadi pemaparan mba Adlina yang sangat menarik ya. buat kamu para pengusaha muda. bisa bertanya jika ingin bekerjasama dengan si cantik Adlina ini Lo. " sapa Moderator acara.
Adlina hanya tersenyum lembut. Rona diwajahnya nampak tersipu oleh pujian dari Eric sang moderator sekaligus manager Adlina saat ini.
" Saya boleh bertanya. " sebuah suara bariton dari arah belakang ingin bertanya.
" Oh ya...silahkan bapak " sapa moderator lalu menyuruh orang dibelakang memberikan mic
" silahkan dengan bapak siapa ?
" kenalkan saya Ivan dari perusahaanya Arisca dari Kota C. "
Mendadak hati Risya tersentak. mendengar kota C kota kelahirannya disebut. Ada perasaan rindu dalam hatinya. kota C adalah kota yang begitu banyak menyimpan kenangan buat Risya. mendadak ingatannya kembali pada Arul. Arul yg masih dia cintai hingga saat ini. yang membuatnya memilih kota Bandung dan pergi dari Arul. andai Arul belum menikah. Risya akan sangat bahagia, tapi Arul sudah mengorbankan anaknya untuk menolong Caca.
" Gimana mba Risya. " sapa Moderator yang kini mencoba mengingatkan Risya tentang pertanyaan Bapak Irvan.
" Oh...maaf bapak, bisa diulang pertanyannya? tadi saya agak kurang konsentrasi. " jawab Risya gugup.
Arul tersenyum melihat ekspresi gugup Risya. Arul yakin Risyapun sama merindunya seperti dia. Dia bisa melihat bagaimana ekspresi Risya berubah ketika Irvan menyebut kota C
" begini mba Adlina, perusahaan kami bergerak di bidang keamanan. apa bisa menggunakan teknologi yg sedang dikembangkan perusahaan mba?"
" oh tentu saja pak. memang teknologi perusahaan kami sangat cocok untuk perusahaan keamanan pak. jadi bapak bisa meningkatkan pelayanan perusahaan bapak pada custemer dengan menggunakan teknologi kami. "
" Apa bisa setelah ini kita bicarakan kontraknya? "
" oh tentu saja pak. Tim marketing kami nanti akan segera memfollow up semuanya pak. "
" apa boleh saya meminta mba Adlina sendiri yang menjelaskan detailnya pada kami?" tanya Irvan yang membuat Adlina dan Eric menjadi curiga.
" Mohon maaf bapak, Adlina disini hanya menjelaskan teknis dari teknologi yang kami kembangkan. untuk detailnya biar tim kami yang menjelaskan. "
" tidak saya maunya mba Adlina yang menjelaskan. apa bisa. kita bisa langsung membicarakan kontrak kerjasama mungkin?"
"Eric berusaha ingin mengatakan sesuatu tapi dicegah oleh Adlina. bagaimanapun ini proyek besar. dan Adlina harus profesional.
" Baik pak, setelah selesai acara ini. kita bisa berbicara mengenai kontrak kerjasama kita.
" terima kasih mba Adlina. "
Setelah acara seminar Irvan dan Arul sudah menunggu di ruang VIP. untuk membicarakan kontrak kerjasama perusahaan mereka dengan perusahaan Adlina.
Arul mondar mandir saja di ruangan. antara bahagia,gugup,rindu bercampur menjadi satu. sebentar lagi dia akan bertemu dengan wanita yang begitu dia cintai.
" Rul, duduk dong. pusing gue liatin Lo mondar-mandir melulu. "
" Gue gugup Van. Lo ga tau nih badan gue rasanya panas dingin. "
" Yaelah, kaya mau Ketemu siapa aja. "
pintu ruangan terbuka. menampilkan Adlina dengan senyuman manisnya.
"Maaf pak Irvan, membuat anda menunggu." Arul masih menghadap ke arah jendela. berusaha mematuhi perintah Irvan. agar Adlina tidak kabur.
" ah....tidak apa2 mba Adlina, menunggu orang secantik anda adalah keberuntungan buat saya. " jawab Irvan yg membuat Arul ingin sekali menutup mulut Irvan dengan lakban karena mencoba menggoda Risya.
" pak Irvan bisa saja. gimana kalo kita langsung saja membahas kontrak kerja kita. "
" oh bisa mba. kalo begitu kenalkan ini atasan saya. Bapak Arul."
mendengar nama Arul, seketika Adlina yang sedang menunduk untuk membaca kembali kontrak yg harus ditanda tangani. bergetar hingga membuat bolpoint yg dipegangnya terjatuh. Risya menengadahkan kepalanya perlahan berharap bukan Arul mantan suaminya yg berdiri di hadapannya.
" apa kabar,Risya..?"
mendengar nama Risya disebut. Adlina semakin pucat, seketika otak cerdasnya tidak dapat berpikir jernih. dengan cepat Adlina bangkit dari duduknya dan bermaksud meninggalkan ruangan. namun dicegah oleh Arul. secepat kilat Arul meraih tangan Adlina yg akan berlari meninggalkan ruangan. Adlina berusaha memberontak, namun Arul langsung mendekap tubuh Adlina kepelukannya.
" aku merindukanmu. sangat merindukanmu." lirih Arul. Adlina membeku, ingin sekali membalas pelukan Arul yg juga dirindukannya. namun dia harus menyadari Arul sudah beristri, dan dia bukan pelakor. seketika Adlina meronta melepas pelukan Arul dan secara Spontan melayangkan pukulan ke pipi Arul yang putih .....ya Adlina menampar Arul dengan keras.
" Plaaaak."
Adlina sendiri tidak menyadari tindakannya, mulutnya bergetar tangannya gemetar. dia tidak menyangka mampu menampar Arul lelaki yang begitu dicintainya.
" Risyaaa..." Arul tercengang dengan tindakan Adlina terhadapnya, rindu yg dipendamnya, harapan pertemuan yg begitu mengharukan berharap kerinduannya terbalas indah. ternyata salah. rasa rindunya justru di balas tamparan oleh Risya.
"apa salahnya?" apa salah jika dia merindukan sosok Risya?. haruskah dibalas dengan tamparan yang menyakitkan. rasa perih dan sakit di pipinya, tak sebanding dengan goresan rasa sakit di dadanya. dadanya tiba-tiba merasa sesak. matanya merah menahan amarah. Arul memilih pergi dari ruangan itu daripada dia bertindak menyakiti hati Adlina nantinya. Arul berlari meninggalkan ruangan menuju atap hotel.
Adlina masih terpaku ditempatnya, Dia sangat syok dan tidak percaya pada dirinya sendiri. karena sanggup menampar Arul. ingin Dia berlari mengejar Arul, dan bicara Dia tidak bermaksud menyakiti hatinya. tapi Adlina nggak mampu. mungkin ini jalan terbaik agar Arul berhenti mendekatinya. Namun kenapa hatinya terasa perih. Adlina merasa dadanya sesak. dia nggkak sanggup menahan gejolak dihatinya, Adlina terduduk dilantai ruangan dan menangis tersedu-sedu.
" kenapa Anda menampar Arul? Apa Anda tau betapa rindunya Arul pada Anda? dia mencari Anda kemana-mana bagai orang gila, bahkan sampai menyewa detektif untuk menemukan Anda. Tapi lihat apa yg Anda lakukan. Anda benar-benar nggak punya hati. " Seru Irvan pada Risya yg masih terduduk sambil menangis.