1 1. Pandangan Pertama

"Salshaa!"

Seorang gadis cantik dengan kacamata yang bertengger di matanya, menghentikan langkahnya, berbalik dan tersenyum melihat sahabat dekatnya sedang berlari ke arahnya.

"Lo gue panggilin dari tadi gak nyahut-nyahut, mikirin apa sih?" tanya seorang gadis dengan rambut di gerai yang bernama Felly.

"Sorry Fel, habisnya gue lagi bayangin gimana ending dari cerita yang gue buat," sahut Salsha.

Felly menghendikkan bahunya acuh kemudian duduk di kursi panjang yang ada di depan kelas mereka. "Lo itu ya, suka banget bikin cerita-cerita gitu tapi nggak pernah ada niat buat ngepublikasiin cerita lo gitu. Sal, cerita lo itu bagus-bagus harusnya lo kasih ke penerbit. Kan lumayan bisa ngehasilin duit."

"Gue gak PD kali, Fel. Cerita gue itu kalah banding sama cerita cerita penulis lainnya kayak misalnya kak Asma Nadia, Raditya Dika atau mungkin Kak Eriska yang baru aja jadiin novel nya jadi sebuah film."

Felly menghembuskan nafasnya. Karya Salsha memang tak sebagus karya-karya orang yang disebutkan Salsha tadi. Tetapi kan pemikiran orang berbeda. Dan cerita yang Salsha buat juga tidak kalah menarik.

"Lo kan belum coba Sal. Cerita lo bagus kok." Felly mencoba menyemangati Salsha.

"Yang baru baca karya gue kan cuma lo doang. Yang bilang bagus kan cuma lo doang. Sedangkan kalo gue bukuin itu cerita nggak bisa cuma 1 orang aja yang suka. Gimana kalo cerita gue nggak disukai sama orang?" Salsha tertunduk lesu.

Felly terdiam, mengiyakan apa yang baru saja Salsha utarakan. Sekarang yang ada di pikiran Felly adalah bagaimana caranya agar cerita Salsha bisa di baca sama semua orang.

"Gue punya ide." Tiba tiba saja lampu hijau di otak Felly menyala.

"Apa?"

"Gimana kalo lo buat cerita di mading, kayak cerita bersambung gitu. Nanti setiap hari senin lo tempelin cerita lo disitu. Jadi kan nanti bakalan ada yang baca," usul Felly.

Salsha mendadak diam mendengar usul Felly. Menurutnya usul Felly sama sekali tidak bisa membantu. "Adul Fel, masa gue harus buat cerita gue di mading sih. Sementara lo kan tau peminat mading itu gak ada. Gak ada yang mau baca mading. Tuh liat, udah dua hari mading berisi tentang pendaftaran ikut lomba puisi dan sampai sekarang gak ada mau daftar kan?" sungut Salsha.

Felly lagi lagi membenarkan. Ia pun tahu bahkan orang orang jaman sekarang itu tidak suka membaca. Mereka hanya suka ke mall, shopping atau sekedar hangout dengan teman nya.

"Aduuuhhh, nanti deh mikirin itunya. Sekarang mending lo temanin gue ke kantin gue lapar." Dan tanpa mendengar jawaban dari Salsha, Felly menarik tangan Salsha membawanya ke kantin

*****

"Kita putus!"

Suasana kantin yang tadi begitu ramai dan bising berubah menjadi hening hanya karna dua kata yang baru saja di ucapkan dengan santai dan lantang oleh seorang cowok yang bernama Aldi, tepatnya Teuku Aldi kusuma. Laki laki yang terkenal dengan aura kegantengannya yang mampu membuat semua wanita terpikat kepadanya. Dan jangan lewatkan kalau Aldi terkenal dengan julukan Playboy kelas kakap. Sudah hampir sepertiga siswi di sekolah nya pernah menjadi pacarnya.

Seperti saat ia, di depan semua orang dengan lantangnya Aldi mengucapkan kata terlaknat dalam sebuah hubungan itu. Di temani Iqbaal sahabatnya dan duduk dengan tersenyum penuh makna menatap wanita yang kini sedang gemetar mendengar ucapan Aldi barusan.

"Apa? Maksud kamu?" tanya Bella, pacar Aldi yang baru saja berubah jadi mantan.

Aldi memasukkan tangan nya ke dalam saku celana putih abu abunya, menghendikkan bahunya, bersikap seolah biasa saja. Padahal ia tahu bahwa sekarang ia tengah menjadi pusat perhatian.

Sedangkan Iqbaal malah geleng geleng kepala melihat kelakukan Aldi. Dalam waktu kurang lebih sebulan, Aldi sudah memutuskan 5 wanita di depan semua orang tanpa rasa malu sedikit pun.

"Ya kita putus. Masih belum jelas, Bel? Kita putus!" ucap Aldi menekankan kata putus.

Semua orang yang ada disana memandang Aldi geli. Ini bukan lagi pertunjukan yang pertama tapi tetap saja mereka merasa antusias menyaksikannya.

Bella yang sama sekali tidak terima di putuskan seperti ini mencoba memegang tangan Aldi. "Aku gak mau putus. Kamu kenapa sih? Kita nggak punya masalah tapi kenapa kamu malah mutusin aku kayak gini? Kamu jahat ya."

Aldi menepis tangan Bella dengan lembut. "Maaf Bel, tapi aku udah bosan sama kamu. Kamu itu terlalu over, dan aku nggak suka," ucap Aldi dengan tenang.

Bella merasa dunia runtuh kepadanya. Bella tak pernah berfikir bahwa nasib cintanya dan Aldi akan seperti ini. Walaupun hubungan mereka baru seminggu tetapi Bella sudah sangat mencintai Aldi. Namun, ia harus di hadapkan pada kenyataan bahwa Aldi memutuskannya.

Setetes air bening jatuh dari mata Bella. Bella tak peduli bila ia di katakan wanita lemah atau apapun itu yang terpenting ia harus bisa memiliki Aldi lagi.

"Aku nggak mau putus!" Keukeuh Bella.

"Tapi aku gak cinta sama kamu, Bel," jawab Aldi tenang. Tak ada rasa kasihan yang timbul di benak nya melihat air mata Bella tersebut.

"Tapi aku cinta sama kamu Ald, aku sayang sama kamu." Air mata Bella makin keluar dengan deras saat Aldi mengatakan tak cinta kepadanya.

"Whatever! Gue gak peduli Bel!" terang Aldi mulai jengah.

Iqbaal yang sudah mulai muak melihat drama ini pun berdiri dan menghampiri Bella. Iqbaal memegang kedua pundak Bella. "Udah la Bel, kalo Aldi nggak mau sama lo, masih ada gue kok. Gue nggak akan nyia nyiain lo, gue bakal selalu setia sama lo."

Bella menatap Iqbaal tajam. "Diam lo!" Kemudian beralih menatap Aldi. Bella menghembuskan nafasnya perlahan. Bella sebenarnya merasa malu di putuskan di hadapan semua orang seperti ini.

"Lo emang mau putus sama gue?"

Aldi mengangguk sebagai jawaban.

Plak!!

Tepat pada saat Aldi mengangguk, sebuah tamparan keras mendarat di pipi bagian kanannya. Ya, Bella menampar pipi Aldi karna tidak terima tentang perlakuan Aldi kepada nya.

Suasana kantin pun berubah riuh lagi, semua orang yang ada disana memandang tak percaya kepada Bella yang mampu melakukan itu kepada seorang Aldi.

"Gilaa,, Bella berani banget nampar Aldi."

"Malu kali ya, makanya Bella sampe segitunya."

"Aldi jahat banget sih! Gak bisa ngehargain cewek."

"Yang jahat itu Bella. Ngapain dia nampar Aldi kayak gitu."

Suara desas desus para siswi pun mulai terdengar. Ada yang pro ke Bella dan ada yang pro ke Aldi.

Aldi yang merasa sedikit sakit di bagian pipinya hanya bisa tersenyum kecut. Aldi sudah bisa di tampar oleh cewek. Toh, korban Aldi bukan cuma Bella dan yang melakukan seperti ini pun bukan hanya Bella.

Bella menutup matanya sekejap seolah mengambil kekuatan ntah darimana itu dan membuka matanya kembali. Air matanya masih saja deras keluar. "Sekarang lo nyia nyian dan campakin gue. Tapi nanti gue yang akan nyampakin dan balas perbuatan lo. Ingat karma ! Siapa yang nyakitin seseorang, suatu saat akan di sakitin juga! Tunggu karma Ald," Kata Bella lantang sembari menunjuk wajah Aldi dengan jarinya.

"Ya, gue akan tunggu karma itu!" balas Aldi tanpa beban sedikitpun.

avataravatar
Next chapter