16 Menolong Seseorang

Setelah selesai menyuapi Azam, Isabel segera membereskan bekas sisa makan Azam. Isabel begitu telaten saat melakukannya. Isabel sudah terlatih dalam hal semacam ini, bisa dikatakan Isabel adalah seorang ibu rumah tangga yang handal.

Seperti biasa Azam selalu merasa kagum dengan apapun yang dilakukan oleh Isabel. Azam memperhatikan Isabel dari atas sampai bawah. Seolah Azam tidak pernah melihat wanita cantik sebelumnya.

"Isabel," panggil Azam terdengar begitu lembut.

"Iya?" sahut Isabel.

"Jangan terlalu kecapean," pinta Azam.

"Udah? Mas Azam cuma mau ngomong itu?" tanya Isabel yang merasa permintaan Azam tidak masuk akal. Padahal Azam hanya tidak ingin Isabel sakit karena kelelahan saat merawat dirinya.

"He'em, hanya itu," ucap Azam.

"Ga penting banget," tutur Isabel.

Isabel kembali melanjutkan pekerjaannya.

Isabel keluar kamar, entah apa yang akan dia lakukan diluaran sana. Saat Azam hendak bertanya, dia tidak mendapat kesempatan karena Isabel telah terlanjur pergi.

Satu jam sudah Azam menunggu Isabel, namun yang ditunggu tak kunjung datang juga. Azam berniat menyusul Isabel keluar, tapi Azam tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Kepalanya masih pusing, kakinya juga sangat sakit. Akhirnya Azam urungkan niatnya kembali, dia akan menunggu Isabel sebentar lagi.

Tak lama kemudian Isabel pun kembali, dengan membawa sebuah kantong kresek kecil. Tidak tahu ada apa isi didalamnya.

Dalam hati Azam bertanya-tanya, apa yang Isabel bawa.

"Isabel, apa yang kamu bawa itu?" tanya Azam. Tidak ingin menduga-duga, akhirnya Azam langsung saja bertanya.

"Ini obat," jawab Isabel.

"Obat? Obat apa? Kamu sakit?" tanya Azam panik.

"Kok aku? Ya, Mas lah. Ini obat untuk Mas Azam. Biar cepat sembuh," tutur Isabel.

Azam kembali dibuat senang dengan pengakuan Isabel. Azam merasa Isabel memperhatikannya.

"Cepat Mas, minum obatnya," ucap Isabel.

"Baik," turut Azam.

Isabel memberikan obat pada Azam dan membantunya meminum obat tersebut.

"Jadi tadi kamu pergi keluar untuk beli obat?" tanya Azam penasaran.

"Iya," jawab Isabel seadanya.

"Oh, segitu perhatiaannya kamu sama Mas, Isabel. Bela-belain beli obat buat, Mas," goda Azam.

"Mulai dah, ga tau diri," ucap Isabel.

"Hehe, gapapa kali-kali," terang Azam.

Isabel tidak ingin menanggapi Azam lagi. Sekarang dia kelelahan dan ingin istirahat saja. Setidaknya dia bisa istirahat sebentar dulu, setelah itu dia kembali merawat Azam kembali.

Isabel merebahkan tubuhnya diatas ranjang, mencoba untuk memejamkan matanya.

Baru saja Isabel akan tertidur, tiba-tiba saja suara benda terjatuh mengusik ketenangannya.

Sebuah pot bunga yang terbuat dari kaca pecah, dan berserakan diatas lantai.

Isabel terkejut, dia langsung saja terjaga dari tidurnya. Isabel lebih terkejut saat Azam tidak lagi berbaring ditempat tidur, melainkan sedang berdiri didekat meja. Dan Azam lah yang telah membuat pot bunga tersebut pecah.

"Mas Azam," ucap Isabel. Isabel langsung panik dan berdiri. Dia segera menghampiri Azam.

"Mmm ... maafkan Mas, Isabel. Mas tidak sengaja melakukannya," ucap Azam takut kalau Isabel akan marah padanya.

"Sshhh, Mas minggir dulu, biar aku bersihkan pecahan kaca yang berserakan," ucap Isabel.

"Tidak, tidak Isabel, biar Mas yang bereskan," ucap Azam.

"Ga usah, biar aku saja. Mas Azam minggir," titah Isabel.

"Baik lah," ucap Azam nurut saja.

Isabel membersihkan sisa-sisa pecahan kaca yang berserakan dilantai.

"Nah, sekarang sudah bersih. Memang Mas Azam mau apa?" tanya Isabel.

"Mas ingin kekamar mandi, badan Mas lengket semua. Terus, Mas juga ingin buang air," terang Azam.

"Oh, ya sudah, aku bantuin," tawar Isabel.

"Eh, emang gapapa?" tanya Azam ragu.

"Untuk kali ini, gapapa," sahut Isabel.

Saat Isabel ingin membantu Azam masuk kedalam kamar mandi, Isabel tidak sengaja melihat kaki Azam yang terluka dan membengkak.

"Ya ampun, Mas, kaki kamu kenapa?" tanya Isabel sembari menutup mulutnya kaget.

"Ini ... ini cuman luka biasa," ucap Azam.

"Luka biasa apa? Itu membengkak, kayaknya kamu perlu diobatin Mas, kenapa kamu ga bilang dari tadi? Sekarang ayo kita kerumah sakit aja, sepertinya luka kamu infeksi," tutur Isabel.

"Tidak usah Isabel, ini tidak kenapa-napa," tolak Azam.

"Keras kepala banget, pokoknya ikut aku!" paksa Isabel.

"Iya deh iya, tapi Mas ingin kekamar mandi dulu. Tunggu sebentar," ucap Azam.

"Hem, ayo aku bantuin," ucap Isabel.

Isabel menunggu Azam didepan pintu kamar mandi, tidak mungkin kalau Isabel harus ikut masuk kedalam.

Beberapa saat kemudian, Azam keluar dari dalam kamar mandi.

"Isabel, Mas akan ganti pakaian dulu," ucap Azam.

"Ya sudah, cepat."

"Kamu mau lihat Mas ganti baju?"

"Apa? Ya engga lah. Aku akan keluar. Nanti kalau Mas udah beres, panggil aku saja," ucap Isabel yang segera pergi keluar kamar.

Tidak lama kemudian Azam selesai mengganti pakaiannya dan segera keluar dari kamar untuk menemui Isabel.

"Mas, kenapa ga panggil aku?" tanya Isabel.

"Mas bisa sendiri kok," ucap Azam.

"Ya sudah, terserah. Tunggu di sini, aku akan ambil tas dan kunci mobil dulu didalam."

"Iya."

Kini mereka berada didalam mobil yang sama. Isabel yang akan mengemudikan mobilnya, karena Azam sangat tidak mungkin untuk mengemudi.

"Isabel, menurut Mas, kita tidak perlu pergi kerumah sakit. Mas sudah sembuh."

"Mas, untuk kali ini nurut sama aku. Mas Azam tidak pernah mendengarkan kata-kataku," ucap Isabel.

"Bukan begitu Isabel, tapi Mas emang sudah sembuh," terang Azam.

"Mas jangan buat aku marah, nurut!" kesal Isabel.

"Baik," pasrah Azam.

Isabel mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Mas, rumah sakitnya jauh ga, ya? Aku ga tau daerah sini," tanya Isabel.

"Mas juga sama," jawab Azam.

"Terus? Kita mau ke mana?" tanya Isabel kembali yang sudah mulai kebingungan.

"Ya sudah lah, jalan saja. Siapa tahu ada rumah sakit terdekat," ucap Azam. Azam tidak masalah jika harus berlama-lama dengan Isabel didalam mobil.

"Hm, ok deh," ucap Isabel pada akhirnya.

Isabel kembali fokus mengemudikan mobilnya.

Azam selalu saja curi-curi pandang pada Isabel, namun Isabel tidak menyadari akan hal tersebut.

Saat diperjalanan, tiba-tiba saja Isabel melihat seseorang dijalan kesusahan. Sepertinya orang tersebut membutuhkan bantuan.

Isabel segera mengerem mobilnya secara tiba-tiba, sampai kepala Azam terbentur kebagian depan mobil. Azam kaget kenapa tiba-tiba Isabel mengerem mendadak.

"Aduh," lirih Azam.

"Uh, maaf ... maaf, Mas. Hehe," ucap Isabel.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Azam.

"Itu," tunjuk Isabel pada seseorang. "Kita harus menolongnya," lanjutnya.

"Apa? Siapa?" tanya Azam yang belum melihat siapa pun.

"Itu loh, tuh," ucap Isabel kembali menunjuk seseorang.

"Oh, ya ampun. Iya bener. Kita harus menolongnya. Kasihan banget," tutur Azam.

"Nah kan, kasihan. Ayo kita tolong saja Mas," jelas Isabel.

Isabel tidak ingin membuang waktu lagi, dia segera turun dari mobil untuk menolong seseorang tersebut.

avataravatar
Next chapter