2 Pisang Halal 01

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA KISAH SAMUDRA DAN AUDREY.

SELAMAT MENIKMATI CERITA MEREKA BERDUA!

#NB : Jangan lupa memberikan bintang, komentar, review, dan dukungan untuk cerita ini ya.

_____

BAB 01 - About Dominic

*

11 Januari 2017

"Audrey!!!"

"Grace!!!"

Audrey hendak berlari ke arah sahabatnya yang baru pulang dari Paris. Tapi, sang kekasih buru-buru menahan Audrey.

"Jangan lari, nanti kamu jatuh lagi."

Audrey tersenyum, mengucapkan terimakasih kepada kekasihnya. Dominic Regal, pria berambut cepak yang memilliki pesona maut.

Gadis itu memang bar-bar, tidak bisa sebentar saja bersikap anggun. Audrey selalu bersikap menyebalkan bahkan banyak orang tak suka karena Audrey gadis yang bodo amat dan tidak peduli sekitar. Tetapi, Dominic tidak pernah mengeluh akan sikap Audrey. Dominic selalu bertahan di sisi Audrey bahkan selalu memberi semangat untuk gadis itu.

Audrey semaunya sebab ia percaya bahwa Dominic tidak akan pernah meninggalkannya. Bahwa Dominic akan selalu ada. Audrey seperti itu sebagai bentuk ia menunjukkan bahwa ia telah memiliki laki-laki itu di sampingnya selamanya.

Dominic pria yang pengertian. Ketika Audrey merajuk, pria itu akan menawarkan pisang dan juga matcha latte yang akan membua mood gadis itu berubah menjadi baik seketika. Dominic pria yang baik. Semenyebalkan dan seegois apa Audrey, pria itu tidak pernah marah, membentak, atau apa pun. Pria itu sangat-sangat mencintai Audrey.

Intinya, Audrey benar-benar beruntung memiliki kekasih yang pengertian, penyayang, dan mampu menerima Audrey sepenuhnya. Dominic seperti Malaikat yang turun dari langit untuk menjadi pasangan baginya.

"Mana oleh-oleh buat gue, Grace?" Audrey mendongkan tangan melihat Grace membawa paper bag warna pink.

"Tara...!" Grace menunjukkan paper bag, Audrey tersenyum gembira. Membuka oleh-oleh dari Grace berupa bola lampu dengan Eiffel Tower dan salju-salju di dalam bolanya.

"Ucul banget! Makasih ya, Grace!!" Mata Audrey berbinar-binar menatap bola salju tersebut. Terlebih ketika Audrey menekan tombolnya, bola salju tersebut bergerak. Sepasang kekasih dalam bola itu menari, lampunya berkelap-kelip, dan ada suara musik yang berasal dari bola tersebut.

"Sama-sama, Au!"

Grace duduk di bangku Caffe Halilintar, meminum minuman yang telah dipesan oleh Audrey--Dominic tadi sebelum Grace tiba. Membasahi kerongkongan yang terasa kering.

Sebenarnya, Grace cukup mampu membelikan baju mahal yang sama dengannya di Pranciss, negri fashion terbaik yang pernah Grace tahu. Tetapi, Audrey dan sifat kekanakannya tak akan suka. Audrey lebih menyukai cindera mata yang sebenarnya tidak begitu penting dan berguna.

Dan seperti dugaannya, bahkan dengan tega Audrey memilih mengabaikan Dominic demi menikmati bola salju darinya. Uh, oh... Sahabatnya yang satu itu benar-benar luar biasa!

Grace berdecak tak nyaman.

"Kuliah lo, gimana Au? Masih sering bolos?" Grace memulai percakapan di antara mereka. tentu hal itu membuat Audrey menolehkan kepala. Gadis itu sangat-sangat membenci kuliah karena jurusan yang ia ambil merupakan pilihan orang tuanya.

"Masih, apalagi sekarang Dominic bakal tinggal lama di Jakarta lagi." Ujar Audre--datar. Grace benar-benar dibuat tidak paham oleh jalan pikir Audrey. Rela membolos demi pacaran dengan sang pacar.

Grace beralih pandang, memelototi Dominic, dasar pria bajingan! Mentang-mentang punya uang banyak dan bisa membelikan apa saja yang Audrey mau, pria itu mengajak Audrey membolos sesuka hati. Benar-benar pacar tak tahu diuntung.

"Sebagai pacar yang baik lo tu harusnya ngajarin Audrey belajar yang bener biar cepet wisuda, dapat kerja, nikah. Eh ini diajak bolos. Kerja apa nanti Audrey?"

Audrey terkekeh, menyenggol bahu Dominic yang tetap memasang wajah datar selagi memotong daging stick dengan pisau dan garpu. Pria itu tidak terpengaruh meski sahabat pacarnya itu marah-marah tak jelas.

"Tuh, dengerin saran Grace. Nikahin Audrey!"

Grace mengernyit. Gila! Siapa yang meminta Dominic menikahi Audrey? Grace meminta Dominic agar tidak keseringan mengajak Audrey membolos. Grace menepuk jidatnya.

"Gue nyuruh Dominic biar nggak ajak lo bolos, Au!"

"Iya, Grace, paham." Audrey bergelanyut manja pada Dominic, membuat Grace mengernyit jijik.

Dasar pasangan edan! Yang satu sok imut, yang satu batu.

"Gini, Grace. Lo tahu 'kan kalau uang gue itu banyak banget? Gue bisa bayar Dosen untuk memanipulasi nilai Audrey agar mendapatkan A semua."

"Lo bisa bayar, Dominic. Tapi apa lo bisa bikin otak Audrey jadi cerdas? Lo mau tanggung jawab jika Audrey bodoh? Audrey pewaris tunggal Mr. Sean Justin National. Itu perusahaan televisi paling besar di Indonesia. Tanggung jawab Audrey itu gedhe, Dominic."

"Gue gak sebodoh itu untuk membiarkan Audrey sendirian. Gue akan mencarikan dua atau lima CEO yang bisa memimpin perusahaan Audrey kelak. Audrey perempuan, dia akan di rumah menjadi Owner sementara uang akan mengalir ke rekening Audrey."

Dasar keras kepala!

*

Aish... Audrey masih mengingat jelas saat-saat itu. Dimana tidak seharusnya Audrey masih memikirkan janji-janji palsu Dominic yang akan selalu ada dan menolongnya.

Bahkan, sekarang Audrey tidak tahu dimana keberadaan laki-laki itu ketika Audrey benar-benar membutuhkan pertolongan.

Audrey tidak seharusnya masih--ah, tapi sejauh ini. Dominic satu-satunya. Wajar bukan jika kepergian Dominic justru membuat Audrey terpuruk sepi di sini?

Jujur saja, Audrey benar-benar masih mencintai Dominic. Sangat-sangat mencintai.

===============================================

First, suka tak?

Aku kasih bonus kisah Audrey dan Dominic sebelum pahama susahnya Audrey untuk melupakan.

Jangan lupa tambahkan ke collection, review, bintang, dan komentar guys....

I love you :)

avataravatar
Next chapter