5 Kembali ke Rumah

Putra memarkirkan kendaraannya di halaman rumah Naya yang terbilang cukup luas, ada sederet mobil mewah yang terparkir rapi di salah satu sudut rumah.

Pilar-pilar besar penyangga rumah yang nampak kokoh tidak pernah berubah semenjak kepergian Naya ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan, hanya cat dinding yang sudah berganti. Sudah cukup lama Naya tidak pulang ke rumah, lagi pula ia memang malas untuk kembali ke rumah ini. Naya merasa lebih nyaman tinggal di luar negeri jauh dari saudaranya. Ya Naya memang tidak pernah akur dengan kakak perempuannya, kakak Naya seorang model sebuah majalah terkenal bahkan beberapa kali menjadi model iklan di televisi.

Mamanya selalu membandingkan dirinya dengan kakaknya. Dimana-mana anak bungsu selalu lebih disayang tapi tidak untuk Naya, sejak kecil kakaknya lah yang lebih diperhatikan oleh mama. Mungkin karena mereka berdua berbeda, sejak kecil kakak sudah terlahir cantik, pintar bersosialisasi dan berprestasi di dunia model, walau selalu mendapat nilai jeblok dalam pelajaran.

Sementara Naya yang rajin belajar, mendapat nilai akademis bagus dan berprestasi dianggap biasa oleh mamanya. Ya karena penampilan Naya mungkin dan juga karena Naya kurang pintar mengambil hati mamanya.

Mama dan kakak memang cocok, untung masih ada papa yang selalu mendukung dan memperhatikannya, walau tidak banyak waktu papa untuk dirinya, karena papanya sangat sibuk dengan urusan bisnis.

Itulah mengapa Naya lebih suka tinggal di luar negeri sambil melanjutkan studinya. Terlebih lagi setelah kisah asmaranya yang tidak terbalas oleh Abi sewaktu remaja dulu.

"Nay, bangun. Kita sudah sampai di rumahmu" kata Putra lirih, membangunkan Naya yang tertidur.

"Uhmmm uwagh ... iya, emmm" Naya menggeliat menarik otot-ototnya yang terasa kaku. "Ayo masuk" kata Naya mengusap matanya sambil keluar dari mobil Putra.

Putra mengikuti langkah kaki Naya sambil membawakan kopernya. Naya terus mengemati keadaan sekelilingnya.

"Hemm sudah lama aku tidak pulang, aku penasaran dengan reaksi isi rumah ini dengan kepulanganku. bagaimana menurutmu?" Naya meminta pendapat Putra.

"Mereka pasti akan senang dengan kepulanganmu, lagi pula kamu sudah lama tidak pulang ke rumah" Putra mengemukakan pendapatnya.

"Hemm entahlah, kita lihat saja nanti. Tapi kau jangan terkejut ya? Ya walau pun kau sudah hafal dengan sifat mama tapi tidak ada salahnya aku mengingatkan, siapa tau kau akan terkejut nanti karena lama tidak bertemu denhannya. Jangan sampai nanti kau pingsan karena sikap mama ya?" kata Naya meyakinkan.

"Siap majikan cantik" gaya Putra sengaja di buat semirip asisten rumah tangga.

"Hahaha dasar kocak" Naya menyambit tepi kepala Putra. "Oo sekarang kau tidak memanggilku gadis gosong lagi?" sindir Naya.

"Oh my God, mana mungkin aku menyebut gadis cantik nan seksi sepertimu dengan sebutan gadis gosong. Bisa jadi aku kena teguran keras dari para fansmu"

"Hahaha, kau ini paling bisa memuji dan menjatuhkan lawan bicaramu" kata Naya tidak tahan mendengar kata-kata manis Putra.

"Entahlah aku harus senang atau sedih dengan penilaianmu itu, menurutmu bagaimana?" Putra malah bertanya.

"Nggak tau ah, bodo amat dengan pertanyaanmu itu" kata Naya tak mau meladeni sikap Putra yang jahil.

Rumah yang begitu besar namun terasa sunyi sepi seperti tanpa penghuni. Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu setelah Naya menekan bel beberapa kali.

"Sabar nona cantik, mungkin yang punya rumah sedang sibuk. Kau ini sudah tidak sabar saja, sudah rindu berat dengan nenek sihir ya?" sindir Putra.

"Hush jangan bicara seperti itu, aku pun kurang menyukainya karena beliau berlaku tidak adil tapi aku pun akan marah jika kamu menghina mama. Bagaimana pun juga ia adalah ibu yang telah melahirkanku" Naya berubah serius.

"Hahaha sorry, jangan marah" Putra segera minta ampun.

Pikiran Naya segera teralihkan dengan seseorang yang membukakan pintu.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang asisten rumah tangga yang tidak Naya kenal, 'Pasti asisten ini baru' gumam Naya, sebab ia sama sekali tidak mengenal Naya.

'Argh apa benar aku ini putri dari keluarga ini, aku sering merasa seperti orang asing di rumahku sendiri. Bagaimana tidak seperti itu, setiap kali aku pulang pasti aku di tanyakan hal yang sama oleh para asisten rumah tangga. Kesal rasanya!' keluh Naya.

Meski kesal tapi Naya menjawabnya juga, kalau saja Naya seperti kebanyakan putri bangsawan di luar sana, pastilah asisten rumah tangga tersebut sudah di caci maki habis-habisan lalu dipecat.

"Namaku Kanaya Putri Luwin" jawab Naya sengaja menyebutkan nama panjangnya.

"Hah!" ART tersebut langsung melongo setelah mendengar nama belakang Naya. Ia buru-buru membekap mulutnya. "Berarti anda putri dari tuan Luwin?" tanya ART tersebut memastikan.

"Iya, boleh aku masuk?" tanya Naya masih tetap ramah meski gayannya seperti gadis angkuh.

"I-ya tentu sa-saja, si-silakan masuk" kata ART tersebut dengan susah payah. Ditambah lagi si ART malah menabrak pintu ketika ia membalikkan badan karena melangkah dengan cepat dan kurang konsentrasi. Rupanya ART yang terbilang masih muda tersebut kagum dengan kecantikan natural Naya serta sikapnya yang elegan.

Spontan Putra menahan tawa, melihat gelagat asisten rumah tangga tersebut, yang tiba-tiba menjadi ramah setelah mendengar nama lengkap Naya.

"Pppfffftt ... hahaha" akhirnya tawa Putra pecah juga.

'Gadis lain saja sampai seperti itu karena kagum melihat Naya, apalagi aku yang memang sudah menyukainya secara diam-diam sejak lama. Argh ... sebenarnya aku pun sudah menahan diri sejak bertemu dengannya di bandara tadi' pikir Putra dalam hati.

avataravatar
Next chapter