1 Abi, Naya, Putra

"Hei gadis gosong, baca apaan nih?" Putra menarik buku yang sedang dibaca oleh Naya.

"Kembalikan, jangan usil deh.." Naya protes.

" Kembalikan, jangan ganggu orang yang serius belajar" Abi membela Naya.

"Owh..sang pahlawan sudah hadir".

"Bisa nggak sih kamu tidak mengganggu orang lain!" Naya mulai kesal.

"Tidak, tanganku sangat gatal ingin mengacau jika melihat sepasang kutu buku di depanku ini" Putra malah tertawa.

"Ya, lebih baik kutu buku dari pada kutu yang tidak tau arah hidupnya!", kembalikan nggak?" Naya mencubiti pinggang Putra, ya itu yang gampang di jangkau menurutnya karena Putra lumayan tinggi, kurang lebih sama dengan Abi.

"Hahaha...geli, sudah..cukup..hahaha"

"Biarin, biar kapok kamu!" Naya semakin gemas.

"Hentikan!" Putra mengunci tangan Naya, memandangnya dengan tajam.

Wajah Naya seketika memerah karena jarak wajah mereka begitu dekat.

"Hahaha...gadis gosong baper ya? aku tidak mau tertular kulit gosongmu itu jika menciummu" Putra menggoda.

"Dasar...kutu kupreeetz...sini kau..jagan lari, biar ku jambak rambut kebanggaanmu itu sampai botak..."

Naya berlari mengejar Putra yang memang suka jahil kepadanya, Abi hanya bisa tertawa melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu dari bangku taman yang dia duduki sekarang.

Abi menjegal kaki Putra saat berlari di depannya.

//Bbruuuk..sroook..//

"Aduh..."

"Hahaha...rasain, kena karma kan karena menjahiliku?" Naya bahagia melihat sahabatnya itu kesakitan.

"Awas ya kau Abi, selalu saja membela gadis gosong ini".

"Aaarrggh...masih saja kamu panggil aku gadis gosong?" Naya mengacak - acak rambut Putra hingga tidak beraturan.

"Hentikan..ok aku menyerah, maafkan aku tapi jangan rusak mahkota rambutku".

"Sebaiknya kau traktir kita makan, perutku sudah lapar" ucap Abi.

"Iya..iya.. aku traktir, ayo kita pergi sekarang" Putra mengajak kedua sahabatnya menuju parkiran.

"Nay, bisa tolong ambilkan kunci mobilku?".

"Dimana?.

"Nih di saku celanaku yang depan" Putra menyodorkan kantongnya lebih dekat ke arah Naya.

"Ambillah sendiri, kenapa harus aku?" Naya tidak mahu dijahilin lagi.

"Tapikan lebih seru kalau kau yang mengambilkan, dan pasti geli saat kau mengaduk isi kantongku" Putra tertawa kegirangan.

"Dasar cowok mesum! nih mau?" Naya menunjukkan kepalan tangannya dan sambil melotot.

"Sini biar aku saja yang ambilkan?" gaya bicara Abi di buat kemayu.

"Buset dah... kalau kau yang ambil rasanya akan jadi geli ingin mati, bisa putus urat malu ku" Putra ngomel sambil bergidik ngeri membayangkan Abi yang mengobok - obok isi kantongnya.

"Hahaha, sakit perutku membayangkan dua cowok gay di depanku" Naya tertawa keras sampai keluar air mata.

"Amit amit, jangan sampai" Abi dan Putra berucap bebarengan sambil memukul kepala mereka sendiri.

Gadis tersebut bernama lengkap Kanaya putri Luwin, gadis dengan kulit agak kecoklatan seperti terbakar sinar matahari, rambut lurus di atas pundak dan memakai kaca mata, penglihatan Naya sudah minus sebab dia suka membaca sejak kecil dan juga rajin belajar namun dia selalu di peringkat kedua setelah Abi.

Abimanyu pratama seorang murid teladan yang banyak disukai guru dan para siswa lainnya bukan hanya karena pandai namun juga sopan, tampan, baik hati. Tipe pria kalem yang rajin belajar dan berprestasi untuk membahagiakan kedua orang tuannya.

Naya tidak hanya berteman akrab dengan Abi tapi ada satu lagi sahabatnya yaitu Putra tunggal Hermawan. pemuda pembuat onar yang suka melanggar peraturan, bertindak sesuka hati, prestasi standar, anak dari pemilik sekolah tempat dia belajar dan korban perpisahan kedua orang tuanya, pemuda banyak mines namun sangat setia kawan, dia selalu memperjuangkan apa yang dia inginkan, Putra yang jahil diam - diam menyukai Naya. Soal ketampanan dia tidak kalah dengan Abi, boleh dibilang kalo Abi itu pangeran berjubah putih dan Putra adalah pangeran berjubah merah.

avataravatar
Next chapter