8 Cerita 8

"lepaskan aku nick.. kau tak perlu menyeretku.. aku bisa jalan sendiri.." kata dewa dan berusaha melepaskan pegangan tangan nick ketika mereka telah keluar dari ruangan tempat dewa dan juwita tadi, dengan pasrah nick mengikuti dewa dari belakangnya sampai kedalam kantor nick.

"Wha.. Kau Tahu Apa Yang Baru Saja Kau Lakukan? Hah.." geram nick karena kelakuan dewa.

 "aku tahu.. dan aku hanya ingin dekat nami.." kata dewa masih mabuk

"oooh... jadi kau masih ingat kau punya istri namanya nami? Gadis itu bukan nami wha.." kata nick

 "Nami... Nami Itu Jahat Nick.. Dia Membiarkan Aku Menderita Disini.. Harusnya Dia Itu Sagera Sadar Dan Pulang Kesini.. Tapi Dia Malah Menentangku..Dan Dia Tak Pernah Merindukanku.. Dia Tak Pernah Menelponku..Bahkan Dia Tak Pernah Titip Salam Buat Aku... Aku Benci Nami.. Dia Itu Jahat..Dia Menyakitiku Nick.." karena mabuk dewa mencurahkan seluruh isi hatinya pada nick, dari isi kata-katanya dia marah tapi yang terlihat dia sangat sedih. Nick jadi terharu dan kasihan melihat keadaan dewa. Nick orang yang paling tahu apa yang terjadi pada hubungan dewa dan nami. dewa yang memberikan hukuman pada nami, tapi ternyata yang merasa terhukum adalah dewa, dewa yang menyuruh nami tinggal dengan paman dan bibinya jauh dikampung, tapi ternyata nami kerasan tinggal disana. dewa yang mengambil semua fasilitas yang dipunyai nami, tapi ternyata dewa yang marah karena nami tak pernah menelponnya, nick hanya bisa diam mendengar keluhan dewa itu.

"seorang istri itu harusnya mendampingi suaminya bukan jauh disana.." kata dewa lagi

"tapi bukankah kamu yang membawa dia kesana?" tanya nick pelan takut dewa marah.

"Iya Benar..Tapi Aku Melakukan Itu Supaya Dia Sadar.. Harusnya Dalam Hubungan Suami Istri Itu Tak Ada Rahasia.. Tapi Dia Tak Menganggapku Seperti Itu.. Dia Bahkan Tak Ingin Punya Anak Dariku.." kata dewa sedikit berteriak karena geram.

"jadi itu sebabnya kau mulai membuka dirimu dengan gadis itu?"

"gadis itu nami.. dia mirip nami dalam versi yang kusuka.. aku suka cara dia bermanja-manja padaku, aku suka cara dia melirik nakal.."

"tapi dia tetap bukan nami wha.."

"Dia Nami Nick!!.. Mata Mereka Sama!!.. mata nami yang begitu indah dan selalu menatapku terpesona.. aku suka itu nick.. aku suka cara dia mencuri pandang padaku.. ach sialan..kenapa itu membuatku sakit.... nami brengsek.. kau tahu, betapa aku sangat merindukanmu..." kata dewa sangat sedih, dan dengan kasar dia menghapus air matanya yang hampir menetes. Nick menepuk-nepuk pelan pundak dewa untuk menghiburnya.

Sudah seminggu setelah peristiwa dewa mabuk berat itu nick belum mendapat kabar lagi. pada pagi harinya setelah dewa sadar dari mabuknya, nick tak menemukan dewa dirumah atau dikantornya dia seperti menghilang begitu saja, nick hanya mendapat pesan dihpnya kalau dewa sedang keluar negeri ada kontrak yang harus dia tangani, Nick sempat berpikir kalau dewa pergi dengan juwita, tapi pada besok malamnya juwita masih bekerja seperti biasa dan itu membuat nick sedikit lega, tapi dia belum lega sepenuhnya karena dari sekretaris dewa nick mendapat info kalau dewa benar sedang dinas keluar negeri tapi hanya selama lima hari, jadi dua hari ini dewa entah kemana..

 

 

Nami baru saja menyelesaikan mengatur bunga yang baru ditanamnya di pot dan sekarang seperti rencananya dia sedang bersiap memotong rumput didepan rumah paman dan bibi dewa. Hampir tiga bulan ini setelah nami diwisuda dari pasca sarjananya, kegiatan nami hanya bekerja halaman rumah, menanam sayur-mayur, bunga-bunga dan juga membersihkan halaman, walaupun itu pekerjaan kasar tapi nami tak sedikitpun mengeluh bahkan dia menyukainya.

"Hei.. Siapa Kamu?! Siapa Yang Menyuruhmu Bekerja Disini? Aku Tak Pernah Suka Ada Orang Luar Bekerja Disini.." sebuah suara dari belakang menegur nami yang sedang memotong rumput, suara orang itu terdengar marah. DEG jantung nami langsung berdetak cepat, itu suara orang yang sangat dia rindukan "Dewa.. itu dewa" kata nami pada dirinya dan secara otomatis dia langsung berbalik dan mencari orang yang menegurnya, dan benar itu dewa.. dan untuk sesaat nami dan dewa saling menatap, setelah sadar nami langsung menundukkan kepalanya tak berani menatap lagi.

" maaf.. aku hanya ingin memotong rumput yang sudah tinggi.." kata nami agak takut, dewa tak menjawab, dia masih terpaku menatap nami tak percaya, kedua alisnya mengerut dan dengan terang-terangan seakan memelototi, dia menilai nami dari atas kepala sampai kaki, dan karena merasa risih nami langsung pergi meninggalkan dewa.

"dewa... apa kabarmu nak? Kenapa baru sekarang kamu datang berkunjung.." suara bibi nina begitu riang menyambut dewa, dan karena mendengar siapa yang disambut istrinya, paman antopun dengan terburu-buru datang menyambut dewa.

"kamu datang nak.. ayo masuk.." kata paman anto tersenyum menyambut ponakan yang seperti anaknya. Tapi gaya dewa masih linglung dengan apa yang dilihatnya.

"kamu kenapa?! Tampang kamu kalau seperti ini.. seperti baru melihat hantu saja.." goda paman anto, bibi ninapun tersenyum, tapi tampang dewa tak berubah sedikitpun dia masih terlihat linglung,

"paman.. yang tadi itu nami?" tanya dewa masih tak percaya.

"iya dia masih nami.. nami istrimu.." kata bibi nina, paman yang ditanyai tapi bibi yang menjawab dan kemudian bibi dan pamannya tersenyum lebar. Senyum paman dan bibinya tak mempengaruhinya dewa masih saja terlihat sama.

"paman.. apa yang terjadi padanya? Apakah dia sakit? Kenapa paman tak pernah mengatakan apapun padaku.. kalau sasuatu yang buruk terjadi padanya itu masih tetap tanggung jawabku.." kata dewa sedikit tak senang.

"nak nami baik-baik aja wha.. selama disini dia belum pernah sakit parah, paling tinggi hanya kena flu.." kata paman menjelaskan, tapi segera dipotong oleh dewa karena penasaran.

"tapi kenapa dia sekarang seperti itu?"  tanya dewa masih tak percaya, dia menatap bingung pada paman dan bibinya, sedangkan dua orang itu hanya senyum-senyum saja.

avataravatar
Next chapter