16 Cerita 16 (Tamat)

"bukan begitu pak dewa.. tapi artis itu bisa mempengaruhi bu nami dan kalian bisa bertengkar dan bisa sampai kemungkinan terburuk pak dewa.." kata sekretaris dewa seperti memaksa dewa untuk kwatir, dewa menatap sekretarisnya sambil menopang dagu sedang berpikir.

"iyaa.. sudah.. aku akan mencari mereka.." kata dewa dan segera bersiap.

"kata orang yang ku perintah buat mengikuti bu nami, katanya mereka kerumah pak dewa.." kata sekretarisnya lagi.

"ok baiklah. aku pulang dulu. untuk semua acaraku disore ini ditunda dulu semuanya.." kata dewa, saat dijalan menuju rumah dewa menelpon nami tapi telponnya ditolak nami dengan mengirimkan pesan.

[wha kirim pesan aja ya.. aku lagi dijalan] tulis nami.

[dimana kamu sayang] tanya dewa

[dijalan wha mau pulang]

[sama siapa?] tanya dewa lagi

[sendirian, ada sesuatu yang ketinggalan dirumah] kata nami menutupi kalau dia sedang jalan dengan juwita dari dewa.

[ya sudah hati-hati dijalan ya sayang..]kata dewa dan tak mengirim pesan lagi, dia sedikit penasaran kenapa nami berbohong padanya.

 

"nami.. aku pulang sayang.." kata dewa saat dia masuk kedalam rumah mereka, dia tahu kalau nami sedang dirumah bersama juwita. Nami yang mendengar suara dewa itu sedikit ketakutan. Dia menyuruh juwita untuk menunggunya didapur dengan isyarat tangannya, dia tak ingin dewa tahu kalau dia mengajak juwita kerumahnya dan dia bergegas menyambut dewa.

"wha.. kenapa pulang cepat?. Kamu nggak sakitkan?" tanya nami kwatir.

"nggak sayang..aku hanya kangen istriku.. waktu ku cari dikantor katanya dia pulang.." kata dewa dan langsung memeluk nami. Tiba-tiba dari dapur juwita yang marah dengan dewa langsung keluar,

"Kak Nami.. Laki-Laki Ini Brengsek Kak.. Dia Nggak Pantas Buat Kak Nami.." kata juwita, suara agak lebih tinggi dari biasanya, mendengar itu nami sedikit takut dewa akan marah.

"wita.. dewa itu orangnya nggak seperti itu.. dia sayang kok sama kak nami.." kata nami memandang juwita dan dewa bergantian dengan agak takut.

"Kak.. Kenapa Kakak Nggak Percaya Dengan Semua Bukti Yang Aku Berikan, Dia Ini Brengsek Kak.. Harusnya Kakak Itu Dapat Laki-Laki Yang Lebih Baik Dari Dia.. Lihat Kak, Sekarang Kakak Sangat Cantik, Siapa Sih Yang Nggak Bakalan Suka Sama Kak Nami Yang Cantik dan Kaya.." juwita menarik nami agar menjauh dari dewa, tapi dewa lebih cepat dari juwita, dia telah menarik nami dan memeluknya dari belakang.

"ada apa ini? Kenapa kamu nggak pernah cerita.." bisik dewa ditelinga nami. Nami menatap dewa dengan rasa bersalah.

"iiih..Kak Nami itu benar-benar udah kemakan gombalnya dia.. Dia Itu Brengsek Kak.. kalau kakak nggak diperlukan lagi dia pasti akan membuang kakak begitu saja.." juwita menatap marah pada dewa, dan bergaya menentangnya

"wita.. dia ini suami kakak.. dia pilihan hati kakak.. kakak percaya sama dia.." kata nami dia berusaha melepaskan pelukan dewa untuk mendekat pada juwita.

"tapi dia nggak sayang sama kakak dia hanya menyukai uang kakak, sejak dia membuang kakak jauh dari sini, aku tuh sudah benar-benar benci sama dia..aku ingin menghancurkan dia.. dia nggak pantas mendapatkan semua cinta kakak.."

"wita sayang kakak mohon jangan membencinya ya.. ternyata dugaan kakak benar.. foto-foto itu hanya untuk menjebak diakan? " kata nami dan dia memeluk juwita, sebelumnya saat juwita menceritakan pertemuan dia dengan dewa, tentang hubungan mereka, dan kemudian dia  memperlihatkan semua foto-foto mereka yang terlihat begitu mesrah, dalam hati nami tak percaya, bukan karena dia bodoh, tapi ketulusannya menilai orang membuatnya tak percaya kalau adiknya akan dengan tega merayu suaminya, walaupun mereka tidak hidup bersama, tapi nami percaya adiknya tak mungkin akan sejahat itu, dan ternyata benar adiknya membenci dewa dan ingin menghancurkan dewa karena telah menyakitinya.

"Kak Nami.. Aku Sayang Sama Kakak.. Aku Ingin Kakak Bahagia.." kata juwita menangis memeluk kakaknya.

"kakak bahagia sayang.. bersama dia kakak sangat bahagia.." kata nami tersenyum dan dia terlihat begitu bahagia. dewa yang sejak tadi hanya menonton mengerutkan alisnya dia masih bingung dengan hubungan mereka.

"ehm..ehm.." dewa menarik perhatian mereka dengan berpura-pura batuk, dan nami yang menyadari keberadaan dewa jadi takut, dia menatap dewa agak takut.

"namiku sayang aku perlu penjelasanmu.." kata dewa dan menatap nami.

"bukan kak nami yang harus menjelaskan.. kamu brengsek yang harus menjelaskan kelakuan busukmu itu.." kata juwita jutek.

"wita.. jangan kasar kayak itu.." protes nami pada juwita.

"juwita cantik.. jadi ini ancaman yang kau katakan padaku? Kupikir kau akan bunuh diri.." kata dewa dan tersenyum dingin pada juwita.

"jangan ge-er om.. aku ngak sebodoh itu akan menyukaimu, apa lagi sampai patah hati.. semua itu aku lakukan hanya untuk membuat kak nami menceraikanmu..tapi dasar kak nami.." juwita melirik kesal pada nami.

"sudah wita.. mulai sekarang jangan lakukan hal seperti itu lagi ya.. bagaimanapun juga dia suami kakak.. berarti kakakmu juga.."

"Nggak Sudi Aku Punya Kakak Seperti Dia!!.." kata juwita dan melirik jijik pada dewa, sedangkan dewa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"aku pulang kak.. tapi ingat kak.. kalau orang brengsek itu macam-macam sama kakak, jangan takut kak, kita punya bukti perselingkuhannya, jadi kakak bisa menceraikan dia begitu saja.." kata juwita mengingatkan nami, nami hanya tersenyum kecut dan akhirnya juwita pergi.

"jadi apa hubungan kalian?" tanya dewa dengan lembut pada istrinya setelah dia kembali dari mengantar juwita didepan rumah.

"wha.. jangan cerita mama ya.. dia adikku dari mama yang berbeda.." nami tak bisa mengelak lagi, dia akhirnya harus mengatakan yang sebenarnya pada dewa.

"jadi dia itu anak papamu dari istri yang berbeda.. kenapa kau tak pernah cerita.." dewa telah menarik nami kembali kedalam pelukannya.

"jangan bilang mama ya wha.. aku takut mama akan marah dan.." kata nami agak takut.

"sebentar.. jangan-jangan uang yang itu kau berikan padanya?" potong dewa, dia jadi menghubungkan cerita dengan melihat ketakutan nami.

"iya.." suara nami hampir berbisik, dewa tertawa kecut pada kenaifannya, ternyata keraguannya pada nami selama ini sangat tak pantas dan memalukan.

"waktu itu dia begitu kasihan.. papa kita meninggal dan ibunya sedang dirawat dirumah sakit, jadi aku ingin membantunya dengan memberikan dia uang.." cerita nami. Dewa tersenyum memandang istrinya.

"lain kali.. kalau ingin melakukan hal seperti itu lagi, ceritakan padaku ya.." kata dewa dengan lembut.

"jangan cerita mama ya.. mama itu benci banget sama wita dan ibunya.." pinta nami, dewa menatap nami kemudian dia tersenyum licik.

"okay aku nggak akan cerita.. tapi kamu harus janji akan memberikan aku anak yang banyak dan nggak akan pernah menolak kalau aku minta.." kata dewa tersenyum puas.

"iya kalau Tuhan berkenan kita punya anak, tapi jangan banyak-banyak wha dua aja ya.." kata nami agak malu-malu.

"aku mau yang banyak nami.. aku suka banget proses membuatnya.." bisik dewa dan dia mulai menggerayangi tubuh istrinya,  

"tunggu dulu.. aku masih mau bertanya sama kamu.." untuk pertama kalinya nami berkata dengan tegas pada dewa, walaupun kemudian dia menatap dewa agak takut. Dengan patuh dewa diam dan memandang istrinya.

" itu.. soal foto-fotomu dengan juwita.. apa kalian benar bermesraan wha?" tanya nami takut, sedangkan reaksi dewa saat mendengar pertanyaan nami itu dia memegang kedua pipi nami dan mencium dahinya, kemudian dia membawa nami duduk disofa.

"waktu itu kita bertemu secara tak sengaja.. saat kulihat mata juwita aku merasa seperti melihatmu, mata kalian begitu mirip, sekarang aku jadi tahu kenapa mata kalian mirip." Dewa tersenyum, memulai ceritanya.

"Dan waktu itu aku jadi sadar kalau aku begitu merindukanmu, tapi aku juga masih marah sama kamu, seingatku.. aku memberi waktu untuk kau sadar hanya enam bulan, tapi kau malah kerasan tinggal dikampung. aku juga membencimu karena kau tak pernah merindukanku.. kau tak pernah menghubungiku.. seakan kau tak pernah peduli padaku.. jadi saat ku lihat mata juwita aku jadi ingat kamu dan saat juwita bermanja-manja aku jadi berkhayal kalau itu kamu.. tapi aku yakin dan aku berani bersumpah nami, sejak kita menikah aku tak pernah bermesraan dengan wanita lain selain kamu, itu juga termasuk juwita, jadi semua foto yang kau lihat.. itu hanya trik kamera, tak ada yang benar..aku berani bersumpah.." kata dewa serius dan tulus, nami jadi tersenyum melihat keseriusan dewa, dan kali ini nami yang mencium dewa didahinya,

"iya wha aku percaya.. aku percaya banget sama kamu.. aku mencintaimu wha.." kata nami tulus, mendengar itu tanpa dewa sadar dia meneteskan airmata, airmata haru karena istrinya begitu mempercayainya, dan untuk kesekian kalinya dia bersyukur pada Tuhan karena semua kebahagian yang dia terima itu. Hatinya telah memberikan dia pilihan yang tepat dan dia akan menjaga itu selamanya.

 

Terima kasih, semoga suka dengan ceritaku 

avataravatar