15 Cerita 15

Dewa sedang bersama sekretarisnya ketika telpon sekterarisnya berbunyi, sekretarisnya hanya menjawab dengan beberapa kata, tapi setelah dia menutup telponnya dia memandang dewa ingin menyampaikan sesuatu.

"iya ada apa? Katakan saja.." kata dewa pada sekretarisnya.

"itu pak.. didepan ada artis yang katanya bernama juwita, dia ingin bertemu dengan pak dewa..apakah boleh pak?" kata sekretarisnya, mendengar itu perlahan-lahan dewa mengangkat kepalanya dan melihat sekretarisnya sesaat, dia seperti sedang berpikir.

"kau tahu istriku sekarang lagi dimana?" tanya dewa tak menjawab perkataan sekretarisnya.

"apa perlu aku cari tahu pak.." kata sekretarisnya lagi dan bersiap menelpon.

"ooh nggak usah..nggak usah cari tahu dimana dia..bawa saja artis itu kesini.." kata dewa meralat pertanyaannya tadi, dia sepertinya menyadari sesuatu. Dan sekretaris itu langsung menelpon kembali ke rekan kerjanya yang menelpon tadi. Tak kurang dari sepuluh menit seorang gadis yang begitu cantik telah berdiri didepan pintu ruang kerja dewa sambil tersenyum dengan manisnya. Dewa yang telah menunggunya melihat gadis itu sesaat dan mempersilahkannya duduk di sofa dikantornya. Dewa juga pindah duduk disofa itu agak bersebrangan dengan gadis itu.

"halo juwita.. apa kabarmu?.. ada masalah apa ya sampai kau datang ketempat ini?.. Ada yang bisa saya bantu.." kata dewa penuh wibawa dan begitu tenang, dia menyambut juwita seperti biasa saat dia menyambut kliennya, juwita sebenarnya sudah menduga dewa pasti akan menyambutnya seperti ini, tapi dia tetap sakit hati juga dengan perlakukan dewa itu, sebagai seorang model dan artis yang cantik rasanya seperti pelecehan kalau ada yang menganggapnya orang biasa.

"halo wha.. lama ya kita tak pernah ketemu lagi.." kata juwita tetap tersenyum manis.

"oh iya.. maafkan aku, ini semua karena aku terlalu sibuk jadi tak punya lagi waktu untuk bersantai didiskotik atau bar.." kata dewa dengan lugasnya.

"kau tak merindukan aku lagi wha? Bukannya tempo hari kau berjanji akan selalu menemaniku disana.." tanya juwita, dia menatap dewa.

"oh itu.. aku biasanya ketempat itu kalau aku lagi nggak sibuk, atau saat aku merindukan tempat awal usahaku.." kata dewa masih dengan gaya yang sama.

"waktu itu juga kau berjanji akan meninggalkan istrimu dan menjadi pacarku.." kata juwita seperti memaksa. Dewa pura-pura kaget, dan dia tertawa sumbang.

"maaf juwita, sejauh yang ku ingat aku tak pernah berkata seperti itu, dan sekedar kau tahu aku sangat mencintai istriku.." tegas dewa, auranya berubah menjadi dingin.

"tapi selama ini kau selalu memujiku.. kau selalu bilang aku cantik.. dan seperti bidadari.." juwita berusaha mengingatkan dewa kalau dia pernah menyukainya.

"apa masalahnya kalau aku mengatakan kamu cantik dan seperti bidadari.. bukankah hampir semua orang berkata seperti itu padamu?"

"tapi selama ini kau mau mendengarkan cerita-ceritaku.. kau juga menghiburku.." juwita tetap memaksa dewa.

"dengar juwita.. sebelumnya aku minta maaf kalau selama ini kau telah menganggap aku seperti hayalanmu, tapi sekali lagi maaf juwita, aku hanya menganggapmu sebagai teman minum, aku waktu itu perlu teman untuk menemaniku minum dan kau perlu teman untuk mendengar ceritamu.. jadi kupikir kita impas dan tak ada yg lain, apa lagi perasaan yang berlebihan diantara kita.." kata dewa kini dia telah duduk bersandar dengan santainya disofa.

"sialan kamu wha.. jadi sekarang kamu tak mau mengakui kalau diantara kita ada sesuatu yang istimewa.." juwita mulai emosi, benar-benar berasa dilecehkan pikir juwita.

"juwita sekali lagi aku tegaskan padamu..aku tak pernah sekalipun menganggapmu lebih, kamu itu hanya teman bagiku.."

"PEMBOHONG!! Kenapa kau tak mau mengakui perasaanmu.. kau berapa kali memandangku terpesona kan..jangan pura-pura kamu!!.." kata juwita dia telah sadar kalau rencananya untuk memikat dewa ternyata tidak berhasil.

"makanya sejak tadi aku minta maaf.. karena beberapa kali aku melihatmu sebagai istriku, kalian begitu mirip.. ah sudahlah..aku salah, mungkin karena waktu itu aku terlalu merindukan istriku, aku jadi sedikit berhalusinasi..tapi diluar itu semua, tak sedikitpun aku menganggapmu lebih juwita.. maafkan aku.." kata dewa dia sedikit kasihan karena tanpa dia sadar perlakuannya telah membuat juwita salah sangka. Tempo hari itu dewa sadar betul kalau dia terlalu merindukan nami sampai-sampai di melihat orang lain sebagai nami, hanya karena mata mereka begitu mirip.

"Aku Nggak Terima Dewa.. Kau Lihat Saja.. Kau Akan Menyesal Dengan Perlakuanmu ini Padaku.."ancam juwita dan dia dengan marah mengambil tasnya dan keluar dari ruangan dewa dengan sombong tapi dia terlihat anggun.

Didalam ruangannya dewa menarik nafas lega, dia teringat kejadian saat pertama kali dia bertemu dengan juwita, waktu itu dewa begitu terkejut karena ada seorang gadis yang begitu mirip dengan nami, dan dia terbawa suasana berhayal seakan itu nami istri yang sangat dibencinya tapi begitu dirindukannya, yang sedang memandangnya dengan begitu mengoda. Tapi kemudian nick menyadarkannya kalau itu bukan nami. Beruntunglah kejadian itu tidak berakhir buruk, karena akhirnya dewa bertekad untuk menjemput nami dan meminta maaf dan memaafkannya, dan beginilah kehidupan mereka sekarang begitu membahagiakan. Dewa jadi tersenyum bahagia memikirkan nami.. tapi kemudian dia sadar dan merasa kwatir dengan ancaman juwita itu, jangan-jangan dia akan bunuh diri pikir dewa. Dan dia langsung memanggil sekretarisnya untuk mengutus orang mengawasi juwita.

"pak dewa.. sebenarnya ada masalah yang lebih parah.. artis itu bertemu dengan ibu nami didepan dan katanya sekarang ibu nami ijin pulang bersama artis itu.." kata sekretaris dewa dia sedkit panik.

Dewa memandang sekretarisnya dengan kedua alisnya mengerut dia sedang berpikir.

"juwita bersama nami? Siapa yang mengatakan itu? bagaimana bisa mereka saling kenal?" tanya dewa sekaligus, perasaannya seakan berkata ada yang aneh.

"pak dewa masalah itu bukan bagaimana mereka saling kenal pak.. tapi sekarang juwita bersama ibu nami, itu bahayanya pak..bagaimana jadinya kalau juwita cerita tentang hubungan pak dewa dengannya pada bu nami.." sekretaris dewa sedikit kesal pada dewa, karena tak berusaha mencegah pertemuan juwita dan nami.

"memangnya hubungku dengan juwita ada masalah? Kita hanya teman minum biasa.. kenapa itu jadi berbahaya buat nami? sudahlah nggak usah kwatir.. aku percaya pada istriku.." kata dewa dan tersenyum percaya diri. berbeda dengan sekretarisnya dia terlihat begitu kwatir.

avataravatar
Next chapter