6 Ch 6. Perasaan

"Kei doakan aku ya, semoga berjalan lancar," ucap Mia gugup.

"Santai saja Mia, Farel orangnya santai kok," ucapku menenangkan.

"Tetap saja aku gugup, baru pertama aku jalan dengan laki-laki," balasnya.

"Percaya sama aku, Farel pasti bisa membuatmu nyaman," ucapku lagi.

"Mia lucu ya, baru tahu kalau kamu segugup ini jalan sama Farel," ledek Nadine.

"Sudah aku bilang, ini baru pertama kalinya," balas Mia.

"Ngomong-ngomong Shella mana?" tanyaku.

"Pulang duluan, katanya ada les," jawab Nadine.

"Oh iya, sekarang hari kamis," ucapku.

"Duh itu Farel, ganteng banget sih. Kok kamu kuat deket-deket Farel," ucap Mia begitu melihat Farel.

"Hahaha ... kalau gitu aku duluan ya," ucap Kei.

"Ih jangan, temenin dulu," balas Mia menahan tangan Kei.

"Temenin apa lagi? Farelnya udah ada di belakang kamu," ucap Nadine.

"Jadi?" tanya Farel.

"Ah iya jadi," jawab Mia malu-malu.

"Udah ya kami duluan, dah Mia, dah Farel," pamitku.

Farel dan Mia membalasnya.

"Kei, aku duluan ya, udah dijemput," pamit Nadine.

"Iya, hati-hati," ucapku.

"Kamu juga," balasnya.

Sebelum Farel pergi dengan Mia, Farel memastikan bahwa Kei pulang dengan aman.

Merasa sudah aman, Farel berjalan duluan.

Mia menyusulnya.

***

"Pulang dulu ya, ambil motor," tawar Farel.

"Naik angkot aja ngga apa-apa kok," balas Mia.

"Naik motor aja, ayo jalan," ucap Farel.

Bukan tanpa alasan, hanya saja Farel malas naik angkot. Harus berdesakkan, belum lagi jika angkotnya lama.

Hening.

Tidak ada yang berbicara.

"Oh ayolah Mia, ngobrol-ngobrol," ucap Mia dalam hati.

Farel memperhatikan Mia yang sedang berusaha mencari topik.

"Mau ke Minimarket dulu?" tawar Farel.

"Ah iya," balas Mia seraya mengangguk kaku.

"Ayo," ajak Farel menahan pintu.

Mia masuk dengan malu-malu.

"Selamat datang," sambut pegawai toko yang dibalas senyuman oleh Mia dan Farel.

"Farel mau beli es krim?" tanya Mia.

Farel mendekat Mia dan melihat-lihat es krim.

Deg!

"Tidakku sangka, memilih es krim saja bisa membuatku berdebar-debar," ucap Mia dalam hati.

Pluk, Farel menempelkan es krim yang ia pilih ke pipi Mia.

"Akhh dingin!" teriak Mia.

"Hahaha," Farel tertawa.

"Iseng banget sih! Dingin tau!" protes Mia.

"Makannya jangan bengong," balas Farel.

Mia memandang Farel kesal.

Farel membayar semua es krim, awalnya Mia menolak, namun Farel bersikeras untuk membayarnya.

"Terima kasih, silahkan datang lagi kemari," ucap pegawai toko.

"Makasih ya Farel," ucap Mia.

"Sama-sama," balas Farel.

"Ternyata kamu iseng ya, aku baru tau sisi kamu yang ini,"

"Masa sih? Aku sering kok,"

"Seringnya ke Kei, kan?"

"Bisa dikatakan begitu,"

"Kamu suka Kei?" tanya Mia.

"Ngga tau," jawab Farel, Farel sudah terbiasa dengan pertanyaan itu.

"Kok ngga tau sih?"

Farel mengabaikannya dan masuk ke dalam rumah.

"Ini rumahnya? Ngga kerasa udah sampe lagi," gumam Mia.

"Mia sini duduk dulu," ucap Farel.

"Iya,"

Tanpa menunggu lama, Mia sudah duduk di kursi teras rumah.

Sebagai tuan rumah yang baik. Farel menyiapkan minum terlebih dahulu, sebelum mengeluarkan motornya.

Mia memperhatikan gerak-gerik Farel, Farel semakin ganteng.

"Farel, gelasnya aku simpen ya. Simpen dimana?" tawar Mia.

"Di meja ruang tamu aja," jawab Farel.

Mia mengangguk, ia menaruh gelasnya dengan hati-hati.

Saat Mia hendak keluar, matanya melihat foto Farel dengan 4 orang temannya, salah satunya adalah Kei dan Nadine.

"Jadi mereka teman lama," pikir Mia.

Lamunannya buyar, ketika Farel menepuk pundak Mia.

"Ayo berangkat! kok malah ngelamun," ucap Farel.

"Ah iya maaf," balas Mia.

Farel melirik Mia, lirikan mata yang sulit ditebak.

***

30 menit kemudian, mereka sudah sampai disebuah mall yang berada di Kota Hujan.

"Farel mau makan dulu?" tanya Mia.

"Boleh saja," jawab Farel.

"Kalai begitu makan di foodcourt saja yu," ajak Mia.

Farel mengangguk.

Sesampainya di Foodcourt mereka segera membeli makanan yang diinginkan.

Tidak ada hal khusus, mereka sibuk dengan makanannya masing-masing. Sesekali Mia melirik Farel. Mia makin jatuh ke pesona Farel.

"Habis ini mau kemana?" tanya Farel.

"Toko buku, aku ingin membeli novel," jawab Mia.

"Baiklah," balas Farel.

"Aku ingin pulang," ucap Farel dalam hati.

"Lama-lamain ah," ucap Mia dalam hati.

Farel memperhatikan Mia, "apa aku bisa memanfaatkannya?" pikirnya.

"Farel?" panggil Mia.

Tidak ada jawaban, "Farel?" panggilnya lagi dengan telapak tangan yang digoyangkan di depan mukanya.

"Ah, maaf," ucap Farel begitu sadar.

"Mikirin apaan sih? Sampe ngelamun gitu," tanya Mia penasaran.

"Bukan apa-apa kok. Ya udah yu," ajak Farel.

"Iya," balas Mia.

Setibanya di toko buku, Mia langsung mencari novel dan Farel mengikuti.

"Kamu suka novel apa?" tanya Farel basa-basi.

"Novel terjemahaan, aku sangat suka novel karya Akiyoshi Rikako," jawab Mia.

"Apakah seru?"

"Seru banget, novel pertama yang aku baca itu judulnya Girls in The Dark. Ceritanya seru banget dan tidak disangka-sangka," jelas Mia semangat.

"Kamu lucu juga ya kalau semangat ngomongin buku yang kamu suka," balas Farel.

Blush!

Pipi Mia memerah.

"Hahaha," tawa Farel seraya mengelus rambut Mia.

"Ka-kalau gitu aku lanjut cari novelnya ya," ucap Mia tergesa-gesa.

Farel tersenyum sinis.

"Bisa gila aku," ucap Mia dalam hati.

Farel sangat memanfaatkan perasaan Mia. Farel tahu ini perbuatan yang tidak baik, namun demi Kei, Farel rela melakukan apapun.

"Farel udah ketemu nih, aku bayar dulu ya," ucap Mia.

"Aku ke bagian komik dulu ya," balas Farel.

Farel sangat tahu bahwa Kei menyukai komik. Farel memilih komik one-shot.

"Sepertinya Kei akan menyukai ini," pikirnya.

Tidak ragu Kei mengambil komik tersebut dan segera membayarnya.

Sesampainya di kasir, Mia memperhatikan Farel. Mia bertanya-tanya, apakah Farel menyukai komik?

"Yu pulang," ajak Farel.

Mereka berjalan ke parkiran, Mia mengambil kesempatan untuk bertanya.

"Kamu suka komik?" tanya Mia.

"Tidak begitu."

"Aku kira suka, sampai kamu membelinya."

"Aku beli untuk Kei, karena Kei sangat suka baca komik. Kalau liat komik aku jadi kepikiran Kei," jelas Farel.

"Ternyata sebesar itu ya rasa suka kamu sama Kei. Dibandingkan aku, aku bukanlah apa-apa."

"Jangan membandingkan-bandingkan. Kamu dan Kei pasti berbeda dan perbedaan itu tidaklah salah, yang salah adalah kamu tidak percaya dengan dirimu sendiri," ucap Farel seraya tersenyum.

"Maksud kamu?"

"Kalau kamu suka aku, berjuanglah. Buat aku suka sama kamu."

Blush!

Pipi Mia kembali memerah.

"Tuhkan, dimataku kamu terlihat lucu saat malu-malu seperti ini," ucap Farel.

Mia kembali dibuat malu.

"Kalau begitu aku akan berusaha!" tekad Mia.

"Sepertinya aku berhasil," pikir Farel.

***

"Makasih ya Farel udah anterin aku," ucap Mia.

"Tidak masalah, sana masuk," balas Farel.

"Kamu hati-hati ya," ucap Mia.

Farel menunggu Mia sampai benar-benar masuk.

Mia menutup pintu dan melompat-lompat kegirangan.

Sedangkan Farel menaiki motornya dan pulang.

"Aduh anak mama senang sekali, ada kejadian apa nih?" tanya mama Mia terheran-heran.

"Cowok yang aku suka ma, dia ngasih kesempatan buat bikin dia suka sama aku," jawab Mia semangat.

Mama Mia tersenyum senang, "mama senang mendengarnya, semoga berhasil ya dan jangan sampai itu menganggu pelajaranmu," ucap mama Mia.

"Siap ma!"

Disisi lain, Farel telah membuang cemilan yang Mia belikan.

"Bodoh!" ucap Farel saat membuang cemilan tersebut.

***

avataravatar
Next chapter