11 Ch 11. Tugas dan Cokelat

"Ibu, aku ke rumah Azza dulu ya," pamitku.

"Kamu naik apa?" tanya ibu.

"Naik motor bu, dianter Farel," jawabku.

Tin...tinn...

"Dah ibu."

"Hati-hati."

"Ok siap!"

Aku berlari kecil menghampiri Farel.

"Ngga usah lari-lari, kaya anak kecil aja," ejeknya.

"Hahaha ... ya udah yu!"

"Nih pake dulu," Farel menyerahkan helmnya.

"Ok."

Farel menjalankan motornya dengan sangat hati-hati. Emang Farel pacar idaman.

"Kei!" panggil Farel.

"Apa?"

"Pulangnya main dulu yuk!"

"Hah apa?"

"Pulangnya main dulu!"

"Hah? Guru sejarah gundul? Orang ada rambutnya kok."

"Bukan! Pulangnya main dulu."

"Ih udah nanti aja, ngga kedengeran. Balapan sama suara angin."

"Baiklah ..." gumam Farel.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di rumah Azza. Syukurlah rumah Azza tidak jauh dari Sekolah.

"Kalau gitu jalan aja," ucapku.

"Gila aja kalau jalan, jauh tau kalau dari rumah! Iya deket dari sekolah, tapi dari rumah?" omel Farel.

"Iya iya, bawel banget sih kaya ibu aku!"

"Terserahlah, yang pasti pulangnya tungguin aku! Aku jemput," titah Farel.

"Ok," jawabku cepat.

"Wah wah wah, udah pacaran aja nih," sahut Azza.

"Hai Farel," sapa Mia.

"Oh hai," balas Farel.

"Kok chat aku ngga dibaca?" tanya Mia.

"Maaf tadi lagi di jalan."

"Padahal aku chat kamu dari pagi ..." lirih Mia.

"Maaf ya, nanti aku bales," sesal Farel.

Mia mengangguk lemas.

"Males banget balas chat dari kamu," ujar Farel dalam hati.

"Ya udah, ayo masuk! Ngga enak banget diluar," ajak Azza.

"Kalau gitu aku pamit ya," pamit Farel.

"Farel jangan lupa!" teriak Mia.

Ngeng!

"Tenang Mia, Farel pasti balas," ucapku menenangkan.

"Ayo duduk, terus minumnya disitu ya. Ambil aja," ucap Azza menunjuk sekardus minumam gelas di samping sofa.

"Eh ternyata udah pada datang," ucap Revan.

"Berisik Revan," protes Julian.

"Langsung duduk sini, ayo kita buat tugasnya!" ajak Azza.

Kami pun mengerjakan tugas bersama-sama. Tidak seperti kemarin, aku cukup berkontribusi dalam pembuatan tugas.

"Ah pusing!" keluh Revan.

"Ya udah istirahat dulu aja, ini biar aku yang cari," tawarku.

"Beneran?"

"Iya."

"Ngga bisa! Tadikan udah istirahat 5 menit," omel Azza.

"Iya iya ..." Revan kembali mengerjakan tugasnya.

.

.

.

2 jam kemudian.

"Gila ... segini baru APBN doang," keluh Revan.

"Besok lagi aja," usul Julian yang akhirnya bersuara.

"Besok ngga bisa, aku les," sahut Mia.

"Aku juga ngga bisa," sambung Azza.

"Senin aja gimana? Pulang sekolah kita ke perpustakaan dulu," usulku.

"Boleh, tapi sebelum itu aku mau bagi kalian tugas, jadi pas hari Senin tinggal nyatuin aja," tambah Mia.

"Ngga masalah," ucap Azza.

"Aku juga," ucap Revan dan Julian.

"Ok, nanti aku kabarin di group chat," ujar Mia.

Tin...tiinnn...

"Sepertinya Farel udah dateng," ucap Mia.

Aku mengintip sebentar, senyumku merekah ketika melihat Farel. "Aku duluan ya, daahh ..." pamitku.

"Dah, hati-hati ya," balas Mia.

Azza melihatku sinis, tak lupa melipat tangan di depan dada.

"Aku ngga suka Kei," gumamnya.

Revan dan Julian sih ngga mempedulikannya. Revan mengambil tas dan melihat jaket berwarna abu-abu, "bukannya ini punya Kei?" ucapnya dalam hati.

"Duluan ya," pamit Julian disusul Revan.

Saat Kei hendak naik motor, Revan meneriakan namanya, "Keisha!"

Deg!

Lagi-lagi bayangan anak lelaki itu kembali terlihat.

"Berisik!" omel Farel begitu melihat Revan.

"Hehehe maaf ..." ucapnya.

Aku melihat Revan bingung.

"Nih jaketnya. Hobi banget sih ninggalin jaket!" Ujar Revan.

"Eh iya, makasih ya hehehe ..." aku terkekeh.

"Dasar. Ya udah kalau gitu, duluan ya ... dah, selamat bersenang-senang!" pamitnya.

"Daahh ..." balasku.

"Susah ya kalau udah pelupa hahaha ..." ledek Farel.

"Ish ..." sebalku.

Terlalu asik dengan Farel, aku tidak menyadari Mia sedang memperhatikan kami.

"Liat aja nanti," ucapnya dalam hati

***

Farel membawaku ke Yoogie Dessert, katanya sih aku suka banget sama salah satu menu disini.

"Ayo!" ajaknya menarik tanganku.

Kami duduk di lantai dua yang tak jauh dari tangga. Tempatnya nyaman sekali dengan desain modern minimalis serta banyaknya bunga cantik berwarna warni, tidak ketinggalan lampu berwarna kuning redup yang membuat suasana menjadi hangat. Aku menyukai tempat ini.

Terlalu asik mengagumi sekitar, aku sampai tak sadar sudah ada buku menu di hadapanku.

"Kei pesan dulu, kamu mau apa?" tawar Farel.

"Hmm ..." aku melihat-lihat buku menu, "kamu mesen apa Rel?"

"Pasta."

"Yang mana?"

"Royal chicken carbonara, minumnya lychee ice tea."

"Kalau aku ini aja, mega mendung ice."

"Sudah kuduga," gumam Farel.

"Kenapa?"

"Ngga apa-apa," ucapnya seraya tersenyum.

"Hmm ... aneh," gumamku.

Selagi aku kebingungan, Farel segera memesan.

"Baik, mohon ditunggu," ujar pelayan tersebut.

"Kei, gimana? Kamu suka?" tanyanya menopang dagu.

"Suka banget! Makasih Farel!"

Farel tersenyum.

"Eh bentar kok deja vu ya?" pikirku.

Seketika aku melihat orang yang duduk di depanku bukan Farel, melainkan anak lelaki itu. Kalimat yang sama ia lontarkan "Kei, gimana? Kamu suka?"

"Suka banget! Makasih—"

"Kei! Keisha! Keisha!" panggil Farel menyadarkanku. Lagi-lagi aku melamun.

"Maaf ..." cicitku.

"Kamu ngelamunin apa? Sampe ngga sadar pesananmu sudah datang."

"Entahlah ..."

Farel menghela napas, "kalau kamu ada apa-apa cerita ya Kei. Akhir-akhir ini kamu ngga cerita."

"Pasti kok, sekarang lagi ngga ada yang diceritain aja."

"Kalau gitu, tadi kerja kelompoknya lancar?"

"Lancar kok, kali ini aku menjalankan tugas dengan baik!"

"Syukurlah kalau gitu."

Aku tersenyum.

"Ngomong-ngomong, dulu kita pernah sekelompok," ucapnya.

"Oh ya?"

"Iya dan kamu paling rajin!"

"Sayang sekali aku tidak mengingatnya. Kalau aku tanya Farel, pasti Farel ngga mau cerita."

"Tepat sekali."

"Ya sudahlah, aku mau makan es coklatku ini," aku menyuapkannya, "memang cokelat tidak pernah salah."

"Dasar, maniak cokelat," gumam Farel.

***

"Yeay, aku sekelompok sama kalian!" teriakku senang.

"Berisik Kei!" tegur Nadine.

"Hehehe ..." kekehku.

"Lho dia kemana?" tanya Farel.

"Paling ke toilet," jawab lelaki itu.

"Biarin aja, nanti juga kesini. Yuk kerjain tugasnya," ucapku.

Ting...tong...teng...

Bel pulang sudah berbunyi.

"Anak-anak silahkan lanjutkan lagi nanti. Minggu depan kita bahas," ucap sang guru.

"Baik bu," balas kami.

"Sekarang rapikan tempat duduk kalian dan barang kalian," perintah sang guru.

Seluruh murid di kelasku sibuk merapikan.

"Kei Kei! Nanti pulangnya ikut aku ya," bisik anak lelaki itu.

Aku mengangguk.

Seperti sekolahan pada umumnya. Setiap istirahat dan waktu pulang, kelas kami menjadi berisik.

"Kei duluan ya," pamit Nadine dan Farel.

"Yuk Kei," ajak lelaki itu.

Kami menaiki kendaraan umum untuk sampai ke Yoogie Dessert. Anak lelaki itu pengen banget ajak aku kesana, dan ia yakin bahwa aku akan menyukainya.

"Kok kamu bisa nemu sih?" ucapku kagum.

"Aku gitu lho!"

"Bangganya."

"Hahaha ... dasar."

"Kamu pasti mau menu ini," tunjuknya ke mega mendung es.

"Kok tau?"

"Taulah, kan kamu maniak cokelat."

"Oh iya hehehe."

Anak lelaki itu segara memesankannya. Sambil menunggu pesanan datang. Mereka mengobrol bersama.

"Kei tau tidak?"

"Apa?"

"Aku udah bikin puisi lho."

"Oh ya? Aku mau baca!"

"Nanti ya, karena puisi itu khusus buat seseorang."

"Ciee ... siapa tuh," godaku.

"Yang pasti perempuan hahahaa ...."

Aku memasang wajah cemberut.

"Eh pesanannya datang," ujar anak lelaki itu.

Senyum merekah terpampang diwajahku, aku sudah tak sabar mencicipi mega mendung ice.

"Enak banget!" seruku ketika memakan es cokelatnya.

"Kei, gimana? Kamu suka?"

"Suka banget! Makasih Devan!"

***

avataravatar
Next chapter