55 55. (1) Ayo, berpacaran kembali (2) Arga ??

"Sal, ayo berpacaran," ajak Aldi yang berjalan mendekat ke arah Salsha yang sedang duduk di kursi Iqbal, dan Aldi sendirian. Kenapa Salsha mengambil duduk di sana?

Tania tidak berangkat sekolah untuk kesekian kalinya hampir satu minggu yang lalu sejak kemarin sekali. Alis Salsha menaik satu karena bingung dan terkejut.

"Berpacaran? Apa lo gila?" tanya Salsha yang begitu bingung dan terkejut saat dia berhasil mengembalikan nyawanya karena terkejut setelah Aldi menanyakannya.

"Kenapa? Gue hanya mau kita berpacaran, apapun yang terjadi. Gue mau kita berpacaran lupakan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Bukankah sekarang hanya ada kita berdua saja?" tanya Aldi pada Salsha yang masih sedikit tidak habis pikir.

Setelah kenaikan kelas saat itu baik Aldi dan Salsha atau yang lainnya dia tidak banyak berbicara dengan jelas. Dan ya, tidak ada masalah yang lebih serius selain ini.

"Al, apa lo amnesia?" tanya Salsha cukup teekejut saat Salsha seperti tidak melihat Aldi yang sebelumnya ada dan berselingkuh darinya.

"Iqbal dan Tania pergi menghilang kan? Dan juga, Kania. Bukankah semuanya pergi? Bastian dan Rio juga tidak ada,"

"Ayo mulai dari awal, dimana gue mencintai lo takut-takut dan lo mencintai gue diam-diam," jelas Aldi meminta pada Salsha dengan cara mendesaknya dengan baik. "Ah,"

"Lo merasa aneh kan? Ayo, lupakan saja. Gue udah berprinsip ke diri gue sendiri untuk melupakan kejadian dan masalah kemarin yang ada. Gue hanya ingin hidup dengan lebih baik dan tertata lagi, ayo buat saja, lupakan yang kemarin dan mulailah dari nol dengan gue Sal," sambung Aldi menjelaskan dengan pemikiran yang berbeda seakan-akan dia lupa jika yang bermain api siapa dan jika yang terlalu menggunakan air adalah siapa

Salsha menggelengkan kepalanya pelan. "Kemarin adalah kemarin, masalah akan tetap ada walaupun gue menganggap semuanya baik-baik aja. Dan juga, lo?" tanya Salsha pada Aldi yang menatapnya dengan tatapan berharap.

"Dimana sisi lo yang lain? Dan, Tania. Apa saat lo kehilangan Tania lo juga kehilangan keingin memilikinya? Apa gue dijadikan korban lagi sekarang?" Aldi menggelengkan kepalanya dengan sangat tegas. "Gue mencintai lo dengan tulus, sampai rasanya lebih baik mati daripada bernafas," Salsha terkekeh mendengarnya.

"Apa lo bisa mencintai gue? Lo gagal memperbaiki hidup dan sikap lo saat gue memberi kesempatan buat lo untuk yang kesekian kalinya. Tapi lo?" Aldi tertawa mendengar bagaimana Salsha mengingat masalalunya yang brengsek. "Oh, ayolah Sal,"

"Lupakan kemarin, dan lihatlah ke depan. Terlalu banyak mengulang, mengungkit membuat lo merasa terbebani. Mulai dari awal ya," minta Aldi demgan memohon dan merayu Salsha dengan sangat lembut sekali.

Salsha menggelengkan kepalanya pelan. Sangat sulit dijelaskan jika tiba-tiba Salsha menerimanya. Dia sudah kehilangan selera untuk memiliki Aldi seperti sebelumnya. Selain, Aldi yang terlalu berselingkuh. Salsha membenci sikap protektifnya. Itu akan melelahkannya lagi.

"Al, apa lo enggak merasa bersalah?" tanya Salsha masih bingung pada wajah Aldi yang terlihat tidak memilikinya sama sekali. Aldi menjawab, dia menggelengkan kepalanya pelan. "Gue?" tanya Aldi pada dirinya sendiri.

"Enggak, kenapa gue harus? Merasa bersalah akan membuat gue terbebani, jadi lebih baik melupakan daripada mengungkit. Gue enggak mau depresi soal ini," jawab Aldi jika dia tidak ingin terus terpuruk pada sesuatu. "Ayo berpacaran kembali Salsha, gue sangat mencintai lo. Dan gue akan berusaha memperbaiki hubungan ini dengan baik tanpa orang ketiga lagi, janji?"

•••

Aldi senang, dia sangat senang.

Mendapatkan hubungannya kembali setelah lima hari Aldi memaksa Salsha dan meminta baik-baik seperti itu tidak membuatnya menyerah. Lima hari hasilnya.

Salsha berhasil tunduk lagi untuk hubungannya lagi. Tidak ada masalah lagi, Tania, Kania, Iqbal, Bastian, dan Rio. Semuanya terkesan pergi menghilang tanpa jejak. Dan anehnya tidak ada yang bisa menjadi lebih dari itu setelahnya.

Jika boleh jujur Aldi sangat merindukan keberadaan Iqbal dan Tania akhir-akhir. Selain hidup dan hubungannya terlalu seperti itu seperti itu saja Aldi merasa tidak ada rasa atau tantangan sedikitpun. Tidak ada masalah rumit yang harus dia hindari.

Aldi dan Salsha kembali seperti biasa tanpa mengatakan banyak hal namun hanya bercerita layaknya mereka sedang berpacaran dengan gaya mereka masing-masing.

Dari Salsha yang melalu meminta Aldi untuk pergi keluar, menonton film dan yang lainnya juga, Aldipun iya. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan dengan keterlaluan berciuman dnegan Salsha di bioskop atau tempat-tempat sepi yang Aldi inginkan.

Tidak jauh, hanya sampai menyesap dan tidam sampai ke menyentuh. Aldi masih waras untuk menjaga miliknya, dan dia juga tidak akan melakukan kesalahan bagaimana Aldi melakukannya pada Tania yang tidak di sengaja itu. Aldi tentu saja lelah. Tidak ada yang tidak lelah untuk itu.

Aldi berjalan sampai pada depan kantor, ada satu hal yang membuatnya sedikit penasaran sejak satu bulan ini.

Tania.

Walaupun sebenarnya di hati Aldi hanya ada Salsha, hanya saja instring Aldi menginginkan tahu dimana keberadaan Tania. Kenapa dia tidak datang atau dia memang sudah tidak ada di sini.

Daripada Aldi merasa lelah menebak dan tidak tahu jawaban dan kebenarannya baik-baik, dia sangat penasaran.

Hanya, sedikit saja sebenarnya.

Walaupun sedikit bisa sebesar bukit, Aldi hanya akan terus mengaku sedikit sedikit dan sedikit, itu hal lumrah bagi dirinya sendiri.

Aldi mengetuk beberapa kali pintu kantor dan mulai masuk ke dalamnya untuk bertanya pada guru BP yang biasa menangani kelasnya dengan baik-naik.

"Ah, ya Aldi. Ada apa?" sapa guru itu dengan cepat dan berdiri mempersilahkan Aldi duduk di kursinya.

"Permisi pak, apa saya bisa tanyakan sesuatu?" tanya Aldi pada guru BO itu yang membuat gurunya menganggukan kepalanya pelan.

Guru BP adalah guru yang menampung kedisiplikan sekolah, murid dan menangani keluhan muridnya dengan bijak.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya guru tersebut dengan sangat hati-hati, san melipat kedua tangannya baik-baik.

"Tania, dia dari kelas sebelas yang sama denganku. Apakah dia dikeluarkan dari sekolah?" tanya Aldi langsung saja pada intinya karena dia sudah sangat penasaran apa yang terjadi dengan Tania.

Jika jujur, Aldi sangat mengkhawatirkan keberadaan perempuan itu dengan hatinya.

"Apa kamu dan teman-teman mu belum tahu?" tanya guru BP tersebut membuat Aldi terkejut karena dia merasa dia ketinggalan imformasi penting untuk hidupnya.

"Satu hari sebelum Kania dan Iqbal diberangkatkan ke Amerika, Tania datang ke ruang BP juga. Dia meminta surat kepindah sekolahannya ke Amerika, dan yang membuat bapak terkejut Kania adalah adik Tania. Dia mendapat tugas dari momy dan dady nya untuk menjaga Kania,"

"Maaf karena bapak lupa, seharusnya di buku absensi kelasmu memang sudah tidak ada nama Tania. Jadi lusa nanti akan bapak perbaiki," sambung guru BP itu dengan jelas dan halus sekali. "Jadi dia pindah?" tanya Aldi seperti bergumam. "Iya,"

Aldi menganggukan kepalanya pelan dia berterimakasih pada gurunya dan mulai pamit keluar dari ruangan itu.

Namun Merasa sangat terkejut dengan hal ini, Aldi terdiam. Seseorang melihat kearahnya dengan sangat tajam menikamnya.

"Arga, sialahkan masuk," tegur guru yang sama yang baru saja Aldi berbicara padanya.

Laki-laki itu berjalan masuk dengan tidak suka dan memasang wajah datarnya tidak tertarik sedikitpun.

"Memang siapa yang perduli sialan?" balas Aldi dengan suara batinnya.

avataravatar
Next chapter