6 5

Ospek Hari Kedua Dimulai.

Seluruh Mahasiswa baru, sudah berdatangan, meski 30 menit lagi akan dimulai, yang kemarin nya akrap dengan kakak tingkat nya, hari ini semua seperti tidak mengenal mereka yang baru masuk Universitas, seluruh Mahasiswa Lama, dan Anggota BEM sepakat untuk memasang Muka sinis, dan penuh kesombongan kepada para MABA, terkecuali Raiyen, susah emang kalau ngomong sama patung, denger tapi gak bisa ngerti, ia tetap saja tidak perduli dengan semua itu.

karena MABA nya ramai, ada sebagian terlambat, ada juga yang sangat! terlambat, Olivia oh Olivia, ia sudah terlambat 1 jam lebih dari tadi dan masih terlihat santai, berasa tu Universitas punya nenek nya kali.

"Hallo Pak Teo, Via udah siap ni Via tunggu 15 menit ya kalau udah sampai dibawah telpon Via," Olivia menelpon Sopir nya.

"Udah dari tadi mbak dibawah, takut mengganggu jadi dibiarin aja," jawab Pak Teo.

"Oh, hihihi maaf pak iya-iya Via turun sekarang," Jawab Olivia.

Olivia langsung menujuh lantai bawah, dan menemui Sopir nya.

"Sekali lagi kalau udah nunggu telpon ajak Pak, ayok jalan bentar lagi telat." Katak Olivia setelah masuk dalam mobil.

"Oke mbak, tapi maaf ni ya, bukan nya udah telat dari tadi?" Jawab Pak Teo.

"Hehehe," Olivia hanya tertawa.

Akhir nya mereka berjalan ke Kampus tempat Via kuliah, diperjalanan Via menyuruh Pak Sopir jangan berhenti didepan gerbang Ia, entah apa yang direncanakan ni anak, emang ada-ada aja.

Sampailah mereka didepan Kampus, Via langsung turun dari mobil dan berjalan kira-kira 100 Meterlah Ia berjalan, Sesampai nya di depan gerbang, ia hanya bisa menepuk kepala nya dengan pelan.

"Hadeh Universitas masih aja main kunci gerbang kayak Sekolahan."  Kata Olivia dalam hati.

Beruntung ada seseorang Pria yang duduk di Pos sendirian sambil menggunakan gitar dan membelakangi pagar.

"Pak, Pak Satpam!" Teriak Olivia.

Pria itu langsung menoleh ke arah Via, betapa terkejut Via ternyata Pria itu Wakil Ketua BEM yang songong nya mintak ampun kemarin Ia Raiyen.

"Aduh! Mati Aku," Kata Olivia dalam hati nya.

Tak berlangsung lama Olivia malah bingung, bagaimana tidak Raiyen tidak memperdulikan itu, Raiyen langsung memetik gitar nya lagi dan nampak tidak perduli.

"Aduh bagaimana ya? Apa harus ku panggil lagi ni anak?" Tanya Via dalam hati.

Tapi tiba-tiba Raiyen berdiri dan merapikan baju nya, Ia berjalan mendekati Gerbang, suasana seketika sunyi, Raiyen terdiam! dan menatap Olivia.

Olivia nampak kebingungan, mata nya tentu arah, tangan nya ia lipat kebelakang.

"Hem." Hela napas Raiyen, yang langsung membukakan pagar.

"Ini gak di kuncikan ya, ini cuma di cantolin aja kunci nya buka nya gini gak harus pake kunci," katak Raiyen yang sedikit mempermalukan Olivia.

Pagar pun terbuka lebar, Olivia langsung berlari masuk, tiba-tiba ia menoleh ke arah Raiyen.

"Aduh!"

Benar saja, Olivia bodoh menabrak kotak sampah.

"Hade! Bego rupa nya," teriak Raiyen dalam hati.

"Hati-hati!" Teriak Raiyen.

"Makasih kak," jawab Olivia.

Olivia diam-diam menyelinap ke kerumunan orang banyak. Dan langsung mengikuti kegiatan.

Begitulah pagi ini, mereka masih disibukan untuk mengenal Universitas mereka sampai sore nanti. Semoga mereka senang ditempat baru mereka, amin.

___

Ibu Abiyu.

"Seperti nya hari ini akan seperti kemarin, tak apalah, yang penting harus kerja."

Nama ku Ambar Wati, ya aku Ibu Abiyu, orang yang paling ku sayangi, dan hari ini hari kedua ia belajar jauh dari saya, saya harap ia bisa menyesuaikan diri nya.

"Yang giat belajar Nak,"

Sepertinya hari ini saya akan lembur, lebih baik begitu. Beberapa hari terakhir, suami saya menemui saya lagi, ia mengecam Abiyu melanjutkan Sekolah nya di sana, entah apa yang Ia sembunyikan, tapi seperti nya cukup besar! Tapi saya masih tetap dalam pendirian saya.

Oh ya saya baru hamil 3 bulan setelah lama sendirian, seperti nya Abiyu akan mempunyai adik, entahlah harus sedih, atau bahagia, hari ini seperti nya saya menderita

Satu sisi suatu kebanggaan akan memiliki anak, satu sisi dipaksa tegar karena baru diceraikan, saya berharap akan baik-baik saja ke depan nya.

"Hallo, Iya ada apa pak? Siap saya segera ke sana pak,"

Pak Wijaya menelpon saya.

Saya telah merencanakan banyak hal bersama Pak Wijaya untuk kantor ini, sampai-sampai sebagai tanda terimakasih nya, Ia membiayai seluruh biaya kuliah Abiyu, dengan syarat harus satu Universitas dengan anak nya, orang tua mana yang tidak mau? Saya pikir, itu juga untuk membuat Biyu mengerti arti mandiri.

Entalah keputusan ini baik atau buruk yang jelas harapkan saya baik untuk anak saya.

___

Bersambung...

Kalau suka vote, komen, bagikan ya terimakasih, kalau gak suka monggo di abaikan saja terimakasih

avataravatar