3 2

Patah tumbuh dan terganti, jalan ku tak tentu arah, gelap bukan berati tak ada cahaya, hanya sedang diredupkan, untuk melihat yang sama bisa menyinari.

__

Aku Olivia.

Dengan segala kekurangan ku, aku sudah bertahan hidup selama ini, tak tahu apa kesalahan ku selama ini, hingga berdosa menjadi hantu yang tak kunjung pergi. Aku hilangkan harapan ku untuk besok. Aku hanya berjalan di hari ini.

Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, Ibu Ku punya restoran mewah dikota ini, Ayah ku penambang Intan disini, aku cukup bahagia waktu itu. Sama seperti anak-anak lain nya, pagi Ku di isi dengan penuh kegembiraan . Dan hari ini aku akan mengikuti ujian sekolah.

___

Aku selalu bangun tepat setelah Ibu menarik selimut ku dipagi hari, entalah seperti sudah hafal dengan jam, dan tarikan nya.

"HUAH! Bu..?,"

"Via udah bangun," Ibu beranjak untuk memangku kepala Ku.

Sudah menjadi kebiasaan setelah bangun tidur aku kembali tidur disofa ruang tamu. Alih-alih nonton TV, ya mungkin ini alasan ibu ku mulai mengeluarkan aurah mistis, seketika Ia nampak menyeramkan padahal Ia hanya memanggil ku.

"Iya bu, Iya bu! Via mandi," Jawab ku dengan nada ketakutan.

Seketika pula! Kamar mandi menjadi studio yang sedang ditonton ribuan orang untuk mendengarkan Ku bernyannyi.

Tuhan aku berjalan

Menyusuri malam

Setelah patah kaki ku

Aku berdoa

Semoga saja&#£#%!^!

"Bentar, hati njir kok malah kaki!"

"Via! Awas aja air mati tapi Air dikamar mandi udah habis!" Teriak Ibu

"Iya bu.."

"Mandi lama banget, ini Ayah mu mau kerja juga,"

Ya beginilah pagi ku, Ibu Ku marah-marah, sedangkan Ayah, masih tidur diranjang nya. Tapi aku selalu menyukai setiap hari yang seperti ini, menyenangkan.

___

"Nanti yang bener ngisih soal ujian ya," Pesan Ibu.

"Iya bu," Jawab Ku.

Dan setelah ujian selesai Aku akan mencoba hidup sendirian, banyak hal yang Ku rindukan setelah ini, siap atau tidak nya, ya harus dijalani.

3 Hari berlalu setelah Ujian usai, Aku masih dirumah, senang karena menjadi salah satu siswi terbaik dikelas, suatu kebanggaan tersendiri dalam hidup, oh ya aku dapat beasiswa terbaik dikelas ku, aku masuk salah universitas ternama dikota ini, padahal aku sudah punya tujuan sendiri setelah ini. Mungkin ini awal kehancuran diriku, hal yang tak pernah diinginkan menjadi hal yang paling dipaksakan.

Entalah kenapa, tapi Ayah terlalu teropsesi aku sekolah disini. Aku tak bisa menjawab banyak jika bicara dengan ayah, bisa dibilang aku sedikit tertutup dengab Ayah Ku.

Hari telah berlalu beberapa minggu, dan aku masih dalam kegelisahan Ku, beruntung nya Bidadari yang tuhan titipkan  dengan nama Ibu, mengerti apa yang sedang aku rasakan.

"Via buka pintu," Ibu memanggilku dari luar kamar Ku.

Aku langsung membukakan nya. Pelan, Ibu langsung masuk dan mengejarku yang pergi lagi ke tempat tidur Ku.

"Ada apa?" Ibu bertanya pada Ku.

"Ibu Via bingung beberapa hari terakhir," jawab Ku

"Bingung kenapa, gak keluar keluar mau main?" Ibu.

"Ih bukan gitu, Via gak mau kuliah disini Bu." Aku.

"Lah kenapa? Bukan nya enak kuliah disini? Oh Via mau jadi Ibu rumah tangga aja ya pas udah nikah nanti gak mau kuliah?" Ibu.

"Enggaklah! Via tu mau kuliah diluar kota Bu." Aku.

"Ya elah, sekolah masih minta buatin bekal mau tinggal sendirian emang bisa?" Ibu.

"Ibu mah, Via mau belajar mandiri Bu,"

"Oh jadi itu yang menganggu pikiran Via, jangankan Ayah, Ibu aja kaget nih,"

"Ih Ibu mah, kayak nya percuma Via cerita." Jawab Ku dengan nada sedih.

Sore itu waktu Ku habis untuk cerita semua nya ke Ibu, tentang alasan Ku, Harapan Ku, dan Ketakutan Ku nanti nya jika aku Kuliah, beruntung nya Ibu Ku mau membicarakan masalah Kuliah ku dengan Ayah Ku lagi, dan ini alasanku mencintai Ibuku.

Setelag beberapa Hari Ibu dan Ayah membicarakan masalah Kuliah Ku ini, entalah bagaimana tapi akhir nya mereka malah bertengkar. Dan aku menyesali itu.

Tapi aku masih berharap bisa kuliah diluar kota. Dan pada akhir nya entah bagaimana juga Aku diizinkan, ya dengan berbagai macam syarat yang pasti nya.

Mungkin inilah awal kisah Ku. Tapi tetap saja cemas masih terlihat diraut wajah Ayah, Aku tak mengerti apa yang sedang Ayah cemaskan tentang diriku, yang jelas Aku mulai bahagia setelah ini. Dan benar saja akhir nya Ayah sudah membelikan tiket  kekota tujuan ku itu. "Ya meski dengan raut wajah yang jelek," ia mengasihkan tiket itu, tapi aku sangat bahagia.

Oh sampai sini dulu.

Bersambung....

Hari ini 750 ya besok 1000 sabar sabar, pantengin terus

avataravatar
Next chapter