1 Phantasy - Pagi Buta

Kakinya sudah berlari menuju hutan belantara dimana orang-orang belum bangun dari tidurnya, berbekal satu tongkat kayu yang tak panjang sebagai perlindungan dari ancaman yang menantinya.  Ia memakai jubah  yang memiliki penutup kepala guna menyembunyikan telinganya yang khas.

Dia adalah Stacey, satu-satunya ras elf yang tersisa lantaran rasnya dibantai habis-habisan dalam satu malam oleh kerajaan ini, Luterfecia. Hidup dalam pelarian selama lima tahun membuatnya terbiasa bangun pagi buta untuk mencari keamanan.

Rasnya dibantai karena memiliki darah yang bagus untuk dijadikan minuman beralkohol, 'True Wine' namanya. Konon darah elf dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sangat lezat, para anggota kerajaan telah mengetahui keberadaan Stacey bahwa ia masih hidup, dan sang raja ingin memilikinya sebagai selir agar mendapatkan keturunan elf.

Maka dari itu sang raja menggencar seluruh kerajaannya agar memburu Stacey tanpa terluka sedikitpun. Tentu saja Stacey menolak dan terus menerus melarikan diri, kini ia berlari sepanjang hutan lebat ini, ia lincah dan gesit hingga sulit ditangkap.

Stacey berhenti dan beristirahat di bawah pohon ek yang mungkin umurnya sudah mencapai ratusan tahun, suara burung-burung sebagai lagu merdu untuk istirahat nya.

Fajar mulai menyingsing yang dimana para pemburu sebentar lagi kan bekerja, Stacey bangkit dan mulai berlari meninggalkan hutan ini.

Stacey menyelinap di antara semak belukar ketika pemburu berkelompok itu melaksanakan tugasnya, sekitar lima puluh ribu keping emas akan didapatkan dari raja bila kau membawa elf yang tersisa.

Perlahan-lahan kakinya melangkah agar tak menciptakan suara bising dan membuat kekacauan, senjatanya saat ini hanyalah tongkat tanpa kekuatan sihir, elf adalah dokter, mereka memiliki sihir untuk menyembuhkan tapi tak dapat digunakan untuk menyerang.

Lolos sudah dirinya dari mara bahaya, ia pergi ke kota terdekat tanpa diketahui penjaga, dia dengan sangat mudah bisa memasuki kota. Menyelinap diantara kerumunan yang sedang berkumpul tanpa melepaskan penutup kepalanya.

Ia berhenti di toko bekas, berpura-pura menjadi pembeli agar tak ketahuan, terdapat pria yang sepertinya sudah mencapai setengah abad ini merupakan pemilik toko ini.

"Pak tua! Apa kau pernah melihat wanita ini? Apa dia pernah mampir kesini??!" Tanya salah satu pemburu sambil menunjukkan poster bergambar wajah wanita, poster itu berisi gambar wajah Stacey.

Pria tua itu mengatakan ia tak mengetahuinya sama sekali dan pemburu itu berjalan ke arah Stacey.

"Apa kau mengetahuinya nona?" Tanyanya lagi pada Stacey.

Stacey menggelengkan kepalanya tanpa menoleh ke arah pemburu tersebut dan berpura-pura sedang membaca buku kuno.

Pemburu tersebut meninggalkan Stacey tanpa menaruh sedikit pun rasa curiga, Stacey tetap pada posisinya, diam mengamati langkah kaki milik pemburu. Akhirnya, setelah berdiam diri dalam waktu yang lama pemburu itu keluar usai berkeliling toko bekas ini, tak ada satu sudut pun sang pemburu melepaskan pandangannya ketika berkeliling.

Saat Stacey hendak keluar, manik matanya menangkap kotak kecil yang telah usang tanpa ada motif apapun tapi membuat Stacey tertarik. Stacey memberhentikan langkahnya dan maju untuk mengambil kotak tersebut.

ia membukanya, ini bukan kotak Pandora yang dimana diberikan oleh para dewa kepada Pandora ketika pernikahan antara Pandora dan Epimetheus.

Kotak ini tak berisikan kesedihan dan kesenangan, kotak ini juga bukan berisikan keberuntungan dan kutukan melainkan liontin berwarna ungu.

"Kau menyukainya nona?" Tanya penjaga toko bekas tersebut.

"maaf tuan, tapi aku tak memiliki uang untuk membeli ini." Kata Stacey pelan sambil menunjuk kotak yang dipegang menggunakan jarinya.

"Ambil saja, lagipula itu barang yang tak berharga." Kata pria tua itu sambil tersenyum ramah.

"Tapi--"

"pergilah sebelum mereka menemukanmu nona elf." Potong pria tua itu. Stacey terkejut atas apa yang didengarnya barusan, mengapa pria tua itu mengetahui siapa ia sebenarnya?

'Darimana pak tua ini mengetahui diriku yang sebenarnya?' Stacey bertanya-tanya dalam hati.

"Aroma tubuhmu, itulah mengapa aku mengetahuinya." Pria tua itu berkata lagi menjawab pertanyaan Stacey seakan tau apa yang ada dibenak Stacey, padahal jika dilihat-lihat Stacey memasang wajah tanpa emosi.

Stacey hidup tanpa emosi, emosinya sirna bersama kobaran api yang melahap habis kampung nya.

Stacey mengikuti perkataan pria tua itu, ia pergi dengan kotak yang diberikan itu, tak peduli jika pria tua itu membeberkan informasi tentang keberadaannya. Stacey sudah tak peduli lagi, tak ada yang bisa dipercaya lagi di dunia ini. Baginya, terus hidup adalah suatu keharusan walau tanpa adanya seseorang yang kau percayai.

Cahaya terik Stacey dapatkan ketika keluar dari toko bekas itu, tampaknya matahari telah menjulang tinggi, riuh ricuh para penduduk kota ini semakin terdengar ketika Stacey pergi lebih jauh kedalam.

ia memasuki kerumunan demi menghindari penjaga dan pemburu, satu celah kesempatan ia dapatkan untuk memasuki gang kecil. Saat ini kaki Stacey terus berjalan tanpa henti menuju tempat sepi, suara ramainya para penduduk mulai hilang ketika Stacey memasuki lebih dalam gang kecil itu.

Jalan buntu, tak ada jalan selain kembali. Merasa letih, Stacey memutuskan untuk merehatkan tubuhnya dan bersender di dinding antara dua bangunan. Kemudian membuka kotak berisi liontin hasil dari pemberian pria tua yang tak dikenalnya.

Stacey menatap tajam liontin berwarna ungu kelam itu dan mengambilnya, kotak sebagai tempat liontin itu ia buang karena merasa tak berguna lalu memakaikan liontin itu ke lehernya, sebelum itu pastinya ia telah melepaskan penutup kepalanya. Rambut panjang berwarna putih terurai berantakan yang menambahkan kesan cantik dalam dirinya. Lagi-lagi ia hadirkan wajah tanpa ekspresi.

Hatinya senang mendapatkan liontin yang indah namun tubuhnya menolak hingga hadirlah wajah tanpa ekspresi dan kepribadian dingin tanpa emosi. Stacey terbelenggu dalam kepribadian tanpa emosi, sudah berulang kali ia mencoba untuk hadirkan kembali emosinya, ia juga ingin bisa merasakan senang, sedih, marah dan hal lainnya, tapi seberapa keras pun Stacey mencoba, Stacey takkan pernah berhasil.

Stacey melanjutkan perjalanannya kembali menuju hutan dan pergi ke daerah lain. Berdiam diri disuatu tempat hanya akan membahayakan nyawanya. Stacey mengenakan lagi penutup kepalanya dan mulai berjalan diantara kerumunan, tongkatnya Selalu ia bawa.

Stacey pergi ke pinggiran sungai jernih yang airnya mengarus pelan. Stacey menatap dirinya di bayang-bayang air, terlihat manik mata Stacey yang berwarna hijau dipadu dengan kulit putih bersihnya semakin membuatnya terlihat sempurna.

Stacey beranjak dari jongkoknya dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju hutan terdekat. Sampailah ia kehutan dengan jarak kurang lebih sekitar 4km.

Tongkat nya masih setia di genggaman nya, Stacey masuk jauh lebih dalam kedalam hutan. Ia menemukan sebuah kuil tua yang sudah berlumut, apa ini? tempat pemujaan dewa-dewa?

Tak peduli dengan bahaya apa yang ia dapatkan Stacey terus saja masuk kedalam kuil, tempat ini tak terlalu jauh dengan pintu masuk kuil. Beberapa gambaran jaman dulu tergambar walau ditutupi kerumunan lumut hijau yang tak terlalu banyak.

Stacey mengusap dinding tersebut menggunakan telapak tangannya,

"Manusia? apa ini?" Stacey terus mengusapkan tangannya di dinding.

"Pemujaan? api? apa-apaan ras bertanduk ini?"

Mentok sudah dirinya di tepian dinding, terdapat pintu bundar besar yang disegel sangat bagus. Lapisan pintu ini terbuat dari emas asli dan berbagi simbol lainnya yang tak dimengerti oleh Stacey.

Stacey terus menelusuri kuil ini sampai ke akar-akarnya, entah disengaja atau tanpa disengaja Stacey menginjak sebuah pijakan yang membuat kuil ini bergetar,

'Sreek!' Bunyi cicitan berbagai senjata tepat hadir dihadapan Stacey.

"Andai saja ranjau ini tidak sepenuhnya terbuka, aku bisa saja mati terbunuh menyedihkan." Ujar Stacey pelan. setelah itu tak ada yang terjadi.

Stacey kembali ke luar kuil, dilihatnya tempat dan hawa yang berbeda. Dimanakah ia sekarang?

avataravatar
Next chapter