42 Kacang dan Air Suci

Meidiva dan Aldero memasang wajah terkejut sekaligus haru. Tak menyangka akan bertemu dengan sosok yang dianggap penting ini.

Daminson melambaikan tangan pada Meidiva dan Aldero.

"Lama tak berjumpa." Sapa Daminson hangat.

Stacey bingung, tetapi dia cepat tanggap menghadapi situasi seperti ini. Stacey beranggapan bahwa boss nya adalah teman masa lalu ayahnya.

Aldero terkejut dengan tubuh pudarnya Daminson begitu juga dengan Meidiva.

"Gunakan 'eye blindness' kau pasti sudah diajarkan cara memakai nya kan? Ikuti benangnya dan kau akan mendapatkan nya, begitu juga dengan lokasi air suci." Daminson menerangkan bagaimana cara mendapatkan Kacang pohon suci dan air suci.

Stacey mengikuti arahan Daminson lalu mencari apa yang dia cari bersama Meidiva, sedangkan Aldero saat ini berbincang dengan Daminson.

"Berarti waktunya tinggal sebentar lagi ya?" Tanya Aldero tanpa memandang wajah Daminson.

Kali ini mereka berdua sedang duduk di bawah pohon suci yang sangat besar ini. Menunggu dua orang lainnya selesai mencari kacang dan air.

"Pudarnya tubuhku seharusnya kau tau artinya kan? Hanya saja aku tak sanggup meninggalkan putriku lagi tapi di lain sisi aku juga tak bisa bertahan." Keluh Daminson pada takdir yang telah terjadi.

Aldero terdiam, dirinya tak tau harus berbicara apa guna menghibur Daminson yang sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri.

"Ras Elf yang tersisa sangat sedikit bukan? Bodohnya kesalahan di masa lalu membuat semua keadaan jauh berbeda, bagaimana dengan aturan saat ini?" Lanjut Daminson, kalimat terakhir terdengar jelas ditekan oleh Daminson.

"Seperti yang anda katakan, mengenai aturan itu seperti dugaan anda." Jawab Aldero sekenanya dengan sopan.

"Sudah kubilang jangan terlalu formal dengan ku. Anggap saja aku keluargamu, aku sudah bilang kan." Daminson terkekeh kecil lalu diam memikirkan suatu hal.

Diamnya Daminson berlangsung lama hingga akhirnya dua orang yang mencari kacang dan air kembali.

Stacey melambaikan salam perpisahan pada ayahnya dan segera pergi bersama Aldero dan Meidiva, mereka bertiga segera menemui nenek Helta.

Nenek Helta tengah duduk santai sembari meminum sesuatu di cangkir indah bersama roh iblis yang bersemayam di tubuh Erissa.

"Selamat datang kembali. Oh kalian sudah mendapatkan nya? Terima kasih." Ucap nenek Helta dengan santainya, Meidiva menyerahkan kacang dan air suci tersebut ke nenek Helta.

"Tenang saja dia sudah tenang." Lanjut nenek Helta.

"Terus apa gunanya kami mencari kacang dan air?" Aldero berujar dengan wajah masam.

Sebenarnya kacang dari pohon suci serta air suci bisa menghentikan tindakan kejamnya roh iblis. Tapi roh iblis kali ini sudah di tenangkan oleh nenek Helta.

"Untuk dimakan dan diminum." Nenek Helta memakan kacang tersebut sedangkan roh iblis itu hanya berdiam diri, didepannya ada bekas kacang yang sudah termakan.

"Jadi untuk apa kami mengambil kacang dan air tersebut jikalau kau sudah memilikinya?? Percuma saja." Stacey berkata dengan intonasi yang sedikit tinggi, dirinya merasa kesal tapi tak bisa.

"Tak ada yang percuma, ingat itu baik-baik. Berhubung roh iblis disini sudah damai, aku akan kembali." Nenek Helta merapihkan diri dan segera mengambil sapu terbangnya.

"Dan untuk masalah yang akan terjadi selanjutnya, berhati-hatilah. Aldero, mereka memiliki perasaan yang jauh lebih kuat, mereka memang sangat berbahaya tapi kalahkan mereka dengan cara yang tak biasa." Nenek Helta melanjutkan perkataannya sebelum akhirnya meninggalkan guild Rafoxa.

Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, Stacey mendengar dengan telinga elf nya bahwa nenek Helta mengucapkan sesuatu yang amat penting.

"Panavela itu nyata, carilah di perpustakaan reruntuhan. Semoga berhasil."

Berkat hal itu Stacey mengembang sedikit senyuman. Aldero yang tadi berwajah masam kini beralih ke wajah dinginnya.

Roh iblis itu pun menatap tajam Aldero.

"Nama." Kata Aldero menanyakan nama roh iblis tersebut dengan dingin.

"Azazel."

Aldero masih menatapnya dengan tajam, melihat dari atas kepalanya hingga bawah kakinya.

"Tidurlah, aku tak membutuhkan mu saat ini. Penjelasan mu memang berharga tapi penjelasan Erissa jauh lebih berharga." Kalimat yang menyakitkan hati dan pengucapan kata yang tegas namun dingin membuat roh iblis bernama Azazel itu sedikit ketakutan dan mengikuti perintah Aldero.

Simbol hitam pekat serta mata berwarna merah lenyap begitu juga dengan hawa sekitar, tergantikan dengan suhu hangat dan Erissa yang bingung.

"Akhirnya kau kembali." Sapa Stacey.

"Berikan dia kacang dan air itu selama satu hari full ini." Tegas Aldero pada Meidiva dan Stacey, Erissa benar-benar diam tak berkutik karena bingung dengan keadaannya saat ini.

Yang dirinya ingat hanyalah saat di kota Nenek Helta berada dan roh iblis yang merasukinya.

"Kacang dan air itu akan menjadi makanan bagi Azazel, roh iblis itu akan mati bila tak dikasih makan di hari pertama. Akan kudengar penjelasan mu di ruangan ku nanti." Aldero berkata sembari jalan ke luar ruangan tersebut, Meidiva membukakan sihirnya yang ternyata masih terpasang.

Meidiva memanggil beberapa perawat untuk mengecek keadaan Erissa, Stacey memanggil Jason dan lainnya.

Mereka tak membahas tentang bagaimana Erissa bisa berada di kota yang tak terkena ledakan tersebut dan kemunculan roh iblis, mengingat betapa lelahnya Erissa jadi mereka menjaga kesehatan mentalnya Erissa.

Pembahasan ringan telah habis dan Erissa jauh lebih baik walau Erissa terlihat lebih banyak diam dari biasanya. Ini waktunya memberikan penjelasan pada Aldero.

avataravatar
Next chapter