10 9

"ada apa" tanyaku pada pria menyebalkan itu sebab aku melihat wajahnya yang memerah menahan amarah. Seperti biasa dia sangat suka mengacuhkanku.

aku mencoba tak memperdulikannya. Lagi pula hari ini aku ada janji bertemu dengan nathan.

Nathan ingin menjemputku di lobby hotel tapi aku memaksanya untuk tidak menjemputku disana sebab aku takut jika orang-orang granma pria menyebalkan itu bisa melihatku bersama nathan.

"hey" ucap nathan dan kubalas dengan senyuman.

"kita akan pergi kemana hari ini?" tanyaku semangat.

"kita akan pergi kepantai nyang-nyang" jawab nathan dan aku baru mendengar nama pantai itu.

selama diperjalanan aku mencoba mengubungi  pria menyebalkan dengan mengirimi sebuah pesan whatsapp.

Selama dipantai nyang-nyang aku menghabiskan waktu berbincang bersama nathan, hingga sebuah pertanyaannya membuatku terkejut.

"apa kau sudah memiliki kekasih?" tanya nathan, aku tak tahu harus menjawab apa tapi yang jelas aku tak punya kekasih.

"aku tak memilikinya" jawabku, walaupun pada kenyataannya aku mempunyai suami tapi kami tak saling mencintai, maka pria menyebalkan itu pantas kuanggap sebagai suamiku.

"kau sendiri?"

"aku juga tak memilikinya, kau tahu aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku menjadi traveller sampai-sampai aku lupa mencari kekasih" dia tertawa saat mengucapkannya seakan sedangan menertawai dirinya "apa alasanmu tak memiliki kekasih?" dia kembali bertanya.

"aku tak punya alasan yang tepat untuk itu" gumamku dalam hati.

"ayo jawablah, kenapa kau diam saja!! aku benar-benar penasaran denganmu"

"aku sama sepertimu terlalu sibuk mengurus pekerjaanku" jawabku bohong padahal selama ini aku terikat pada berat badanku dan belakangan ini pria menyebalkan itu membuatku melupakan kodratku sebagai wanita.

"ternyata kita banyak memiliki kesamaan, kalau begitu kenapa kita tidak menikah saja" aku semakin terkejut mendengarnya.

"menikah? hahaha kau bercanda, aku tak memikirkan soal pernikahan sedikitpun" karena aku sudah menjadi istri orang.

"benarkah? bukankah menikah itu adalah mimpi setiap orang untuk membangun kebahagian seutuhnya"

"mungkin tapi tidak denganku" sebelum pria menyebalkan itu datang menghancurkan semua mimpiku andai saja aku bertemu lebih dulu denganmu nathan.

"kalau begitu,  apa kau mau tinggal serumah denganku, kita bisa menjadi teman yang baik atau sepasang kekasih yang romantis" ajakan macam apa lagi ini.

"aku tak pernah berpikir untuk hal semacam itu nathan, hidupku tidak selalu tentang miliki pasangan, aku merasa senang dengan kesendirianku dan aku tak membutuhkan teman untuk tinggal bersamaku" aku mencoba menolaknya dengan baik, meskipun sebenarnya aku sudah terjebak dengan tinggal bersama pria menyebalkan itu.

"kau memang perempuan yang mandiri dan aku suka itu, sepertinya aku harus berusaha lebih keras untuk menaklukanmu"

"aku bukan rintangan yang harus kau taklukan nathan"

"tapi kau lebih dari rintangan itu cindy,  aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita dan di pertemuan kedua kita ini aku yakin aku akan benar-benar jatuh cinta padamu" well dia mulai merayuku rupanya, sayangnya aku bukan wanita yang mudah terayun walaupun aku sempat tersentak karena tingkahnya yang mengecup keningku secara tiba-tiba kemarin.

kulirik jam tanganku sekilas dan jam sudah menunjukan waktu semakin sore.

"aku rasa kita harus segera kembali sekarang juga" ucapku.

"kenapa? lagipula tak lama lagi sunset akan segera muncul"

"aku merasa tak enak badan dan ingin segera beristirahat di kamar hotel" jawabku bohong, karena sebenarnya aku takut aku akan ketahuan bersama nathan.

"baiklah" ucap nathan lesu.

Nathan menurunkanku ditempat yang sama saat dia menjemputku.

"terima kasih untuk hari ini, maafkan aku telah mengacaukan niatmu melihat sunset" ucapku tulus padanya.

"tak masalah, lagi pula seharusnya aku yang minta maaf karena sudah mengatakan perasaanku secepat itu dan membuat moodmu berubah" aku menjadi semakin merasa bersalah mendengarnya.

"tak masalah nathan, aku senang kau telah bersikap jujur padaku, sampai jumpa nathan"

"sampai jumpa cindy" dia kembali mencoba mecium keningku dan aku segera menghindarinya "maaf, tapi aku benar-benar serius dengan perkataanku kalau aku benar-benar mencintaimu" lanjutnya.

"baiklah, sampai jumpa nathan" aku berusaha untuk segera meninggalkannya.

saat sedang akan berjalan kekamar dari kejahuan aku melihat pria menyebalkan itu sedang berbincang dengan seorang wanita dan lihatlah wajah asia yang khas pada wanita itu.

Wanita yang berwajah asia itu

aku memilih berdiri cukup jauh dari mereka, mungkin aku terlihat sedang menguping pembicaraan mereka dan itulah kenyataannya.

Plakkkkkkkkkkk

Wanita itu menampar pria menyebalkan itu dan wanita itu menangis terseduh seduh lalu meninggalkan pria menyebalkan itu.

pria menyebalkan itu hanya bisa menatap punggung wanita itu lalu memilih pergi dari tempatnya. Dengan cepat aku berlari ke lift agar pria menyebalkan itu tak lebih dulu sampai kekamar hotel dan tak menyadari jika aku baru saja tiba.

Belum lama aku duduk diruang tamu kamar hotel ini dia datang  membanting pintu dengan sangat kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

aku mencoba tak mengacuhkannya hingga dia menarik tanganku dengan kasar.

"awwwwhhhh" rintihku kesakitan.

"kau tau semua ini karena kau!!" makinya dan dia membuatku kebingungan "kalau saja granma tak memaksaku untuk menikahimu mungkin saja aku bisa hidup dengan tenang bersamanya" aku mengerti sekarang pasti ini ada hubungannya dengan perempuan itu. Ohh rupanya aku mengalami kejadian yang sama seperti film yang pernah kutonton dan baiklah aku akan membalasmu.

"jadi wanita tadi adalah mantan kekasihmu? atau dia masih menjadi kekasihmu?  bukankah kau sering menggonta ganti pelacur di apartemenmu?, ahhh kau membuatku bingung tuan" dengan cepat aku melepaskan cengkramannya di tanganku.

"kau melihatnya?" pertanyaan bodoh.

"tentu saja aku melihatnya, aku punya mata tuan, sungguh aku tak mengerti denganmu dulu kau memaksaku menyetujui kontrak itu, menyuruhku tinggal diapartemenmu dan melihat kenakalanmu , mengenalkanku pada granmamu, memaksaku menikah denganmu, Tiba-tiba membatalkan kontrak dan mengajakku untuk hidup seperti pasangan suami istri pada umumnya lalu sekarang kau menuduhku menghancurkan cintamu?,, bullshit" aku tertawa mencemohnya "kau memang tak bisa dipercaya" lanjutku dan dia diam saja.

"baiklah kalau kau memilih diam, aku tak peduli denganmu lagipula wanita itu sudah meninggalkanmu dan kau juga sudah menjadi suamiku jadi lupakanlah semua itu kalau kau ingin tetap granmu berprasangka baik padamu" aku memilih meninggalkannya dan merebahkan badanku ditempat tidur lagipula aku masih kepikiran dengan pernyataan cinta nathan padaku sebab dia pria pertama yang menyatakan perasaannya padaku membuatku merasa seperi wanita normal lainnya.

****

Aku terbangun di tengah malam, kerongkonganku benar-benar kering dan membutuhkan sesuatu untuk membasahinya. Aku berjalan menyusuri kamar hotel ini dalam kegelapan berusaha untuk mengambil air mineral yang berada di dapur hotel ini.

"aawwww" rintihku saat merasakan menginjak sesuatu yang tajam.

Kuputuskan untuk segera menyalakan lampunya agar aku tak harus membuat luka baru dikakiku.

Betapa terkejutnya aku saat melihat pria menyebalkan itu terkapar dilantai dengan menggenggam sebuah botol wine yang sebagian botolnya sudah pecah. Rupanya pecahan botol itulah yang telah kuinjak.

Aku mencoba tak memperdulikannya dan terus berjalan mengambil air minum tapi saat aku akan melangkah kekamar, hati kecilku tak tega meninggalkannya yang terlihat mengenaskan itu.

Aku mencoba melepaskan botol wine itu dari genggamannya. Perlahan-lahan aku menariknya karena aku takut botol itu bisa saja melukai tangannya. Setelah berhasil mengeluarkannya aku mencoba memapah tubuhnya yang cukup berat bagiku. Jika saja aku masih memiliki berat badan sebesar dulu aku takan merasa kesulitan memapahnya tapi saat ini aku tak seperti dulu dan seketika aku benar-benar merindukan tubuh besarku.

Aku mengehela napas panjang lalu menghembuskannya, berhasil,,, yaa aku berhasil memapahnya ketempat tidur hingga membuat kakiku terasa semakin perih dan meninggalkan jejak kaki yang berdarah seperti sebuah film horor.

Kubersihkan lukaku sambil duduk dipinggiran bathup dan ternyata ada beberapa pecahan botol yang tertanam, dengan keahlianku yang minim atas pengobatan, aku mencoba mencabutnya menggunakan alat bantu seadanya. Mencoba menahan rasa sakitnya dengan menutup mataku.

"NOOOOOOOOOOOOOOO" teriak sebuah suara pria. Aku yakin ini pasti teriakan pria menyebalkan itu. Entah apa lagi yang terjadi padanya.

Aku berjalan tertatih tatih ketempat tidur mencoba memeriksanya. Rupanya dia hanya mengigau, membuatku merasa lega. Saat aku mencoba kembali berjalan kekamar mandi dia menarik tanganku dengan sangat kencang membuatku terjatuh menindih sebagian tubuhnya.

"emmmmmmmmm" racaunnya parau dan air mata mengalir dari sudut matan yang tertutupnya. .

Rasa penasaran membuatku ingin mendengarkan lebih darinya hingga semakin mendekatkan telingaku pada bibirnya tapi sayangnya aku tak mendapatkan apa-apa. Aku menatap matanya yang tertutup lalu seketika mata itu terbuka. Dengan sangat intens aku bisa melihat iris mata hitamnya yang sensual dan berkaca-kaca. Aku menutup mataku saat merasakan tangannya menyetuh wajahku. Sangat lembut sentuhannya dan memabukkanku. Tapi sebagian rasa sadarku memberontak dan segera melepaskan diri darinya.

Tidak,,,,, aku tak bisa, aku tak mau membiarkannya menciumku untuk kedua kalinya dalam keadaan mabuk seperti ini. Aku tak boleh tertipu oleh ketidak berdayaannya, saat ini aku hanya perlu mencari tau arti kata emmmmmmmm yang sudah dua kali dia lontarkan dari bibirnya dan itu terdengar seperti sebuah nama yang membuatku sangat penasaran.

*****

Suara ketukan pintu membangunkanku yang tertidur disofa ruang tamu kamar hotel ini.

Dengan malas aku membuka pintu dan ternyata itu adalah petugas room service yang mengantarkan sarapan pagi karena semalam aku sudah menelpon bagian reception untuk membawakan sarapan pagi kami kekamar sebab aku tak bisa berjalan jauh.

Petugas itu menaruh makanan dimeja, tak lupa aku memberikan tip padanya dan memintanya untuk memberi tahukuan room maid agar segera membersihkan kamar hotel ini.

Selesai mandi aku menengok keadaan pria menyebalkan itu, dia masih tertidur pulas. Aku kembali mendekatinya berharap bisa mendapatkan informasi lebih. Tanpa sengaja aku menyentuh kulitnya, rasanya aneh, tubuhnya terasa hangat. Dengan refleks aku memegang keningnya.

"ohh tuhan, rupanya dia sedang demam" gumamku.

aku mencoba memeriksa kotak obat yang selalu kubawa kemana-mana dan untung saja kali ini sang dewi berpihak padaku. Aku menemukan obat penurun panas, dengan panik aku segara berlari mengambil nampan makanan itu lalu mencoba membangunkannya.

"kumohon bangunlah tuan" ucapku dan terus mengguncang tubuhnya. Dia membuka matanya tapi sangat sayu.

"kau harus memakan sesuatu lalu meminum obat setelahnya kau bisa kembali tidur" ucapku padanya yang masih setengah sadar. Aku menyuapinya dan membantunya meminum obat. Aku bersyukur kali ini tak ada perlawanan darinya, sebab jika dia mencoba menyelahku sekali saja maka aku akan bertindak kasar.

Dia kembali tertidur. Lalu aku menelpon bagian reception dan meminta mereka untuk menghubungi dokter. Tak lama kemudian dokterpun tiba dan langsung memeriksa keadaan pria menyebalkan itu.

"anda tenang saja nyonya, suami anda tak memiliki sakit yang serius, 1 atau 2 hari keadaannya akan semakin membaik, kau hanya perlu menjadi suster yang baik untuknya beberapa hari kedepan" terang dokter itu dan membuatku merasa lega.

Setelah kepergian dokter itu, aku memilih duduk dikasur tepat disamping pria menyebalkan itu sambil memainkan ponselku tanpa minta. Pikiranku terus saja kemana-mana, sangat sulit untuk memfokuskannya. Jika aku terus membiarkan diriku seperti ini maka sudah pasti aku juga akan ikut sakit.

avataravatar
Next chapter