9 8

Makan malam yang berlangsung dengan hikmat dan

Sungguh menyebalkan bagiku karena aku dan pria menyebalkan itu tak bisa menolak untuk tidak berbulan madu.

Ahhhhh ingin rasanya aku berteriak, dan menyeruhkan semuanya pada pria menyebalkan itu tapi malam ini dia tak tidur dikamar ini dengan alasan dia harus menyelesaikan semua pekerjaannya dikantor karena besok kita berdua harus segera berangkat ke bali.

Suara ponselku membuatku terkejut.

Ternyata itu adalah telepon dari pria menyebalkan itu.

"ada apa?" tanyaku to the point.

"aku harap kau telah menyiapkan semuanya malam ini karena besok kita akan bertemu dibandara" ucapnya yang terdengar seperti perintah.

"tapiii....." tuuutt suara nada panggilan terputus menghentikan ucapanku.

"dasar pria menyebalkan, dia selalu saja bersikap seenaknya" gumamku.

Aku tak tahu harus menyiapkan apa saja, semenjak datang kerumah ini aku tak membawa banyak pakaian karena aku hanya mempunyai sedikit pakaian saat ini dan aku hanya mengenakan pakaian yang sudah disediakan didalam lemari. Tahukah kalian!!!  Kalau semua pakaian itu memiliki ukuran jumbo, yang tentu saja membuat tubuhku terbungkus. Aahhh tapi aku tak punya pilihan lain.

****

Sesampainya dibandara aku hanya bisa melihat sekelilingku, sudah sejam aku menunggu dan aku sudah check in lebih dulu tapi sosok pria menyebalkan itu masih tak kunjung datang hingga akhirnya pesawat sudah akan take off, dia masih belum juga datang.

"Apa aku harus pergi seorang diri?" gumamku yang terus bertanya-tanya akan kebingunganku.

"itu artinya kau akan berlibur seorang diri Cindy froke" sahut dewi dalam batinku yang mulai kegirangan.

Pendaratan pesawat kali ini berjalan dengan baik, aku telah tiba di kota terindah ini. Meskipun ini perjalanan luar negeriku yang pertama aku tak mengalami masalah buruk sedikitpun selama perjalanan.

"terima kasih tuhan atas perlindunganmu" gumamku dengan penuh kebahagiaan.

"nyonya zetlin" sapa seorang wanita yang berpakaian sangat rapi. Aku mulai menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"who are you?" tanyaku.

"saya seorang butler anda nyonya" jawabnya dengan sopan.

Baiklah ternyata ini akan menjadi liburan yang nyaman.

"kalau begitu antarkan aku hotel, aku ingin beristirahat sebentar" perintahku.

Malam ini aku memilih untuk beristirahat saja dulu sebab aku masih punya waktu sembilan hari disini.

"Kyaaaaakkkkkkkkkkkk" teriaku sekencang mungkin setelah melihat sosok pria bertelajang dada yang tertidur disampingku.

Bukannya bangun dia hanya memperbaiki posisi tidurnya.

"sedang apa kau disini?" tanyaku sambil mengguncang tubuhnya agar pria menyebalkan itu bisa bangun.

"bisakah kau tak menggangguku phant?" ucapnya tak karuan.

"aku tak bisa, sekarang jelaskan padaku tuan" pintahku.

"aku baru tiba pagi ini jadi biarkan aku tidur dulu atau tidak aku akan segera menerkammu" ahhhh dia selalu suka mengancamku.

"baiklah aku akan menunggumu direstoran hotel" kutinggalkan dia dan bergegas untuk mandi.

****

Aku menyantap makanan tanpa selera sebab kehadiran pria menyebalkan itu mulai merusak moodku.

Pria menyebalkan itu berjalan ke arahku.

"kau makan seorang diri phant dan tak mengajak suamimu, sekarang ambilkan aku makanan" perintahnya.

"kau punya tangan dan kaki tuan, ambilah sendiri, aku bukan pelayanmu" bantahku, enak saja dia menyuruhku seperti pelayan.

"bisakah kau patuh saja dengan perintahku" ucapnya penuh penekanan.

"tidak, kau bukan raja tuan" tantangku. 

Tiba-tiba dia menarik tanganku lalu mengulus-elus tanganku dan mencium tanganku dengan paksa.

Dia berdiri disampingku lalu membisikan sesuatu ditelingaku.

"sekali lagi aku tekankan padamu,  ikuti saja perintahku, karena saat ini orang-orang granma sedang mengawasi kita" bisiknya lalu dia mencium pipiku "lakukanlah sekarang" lanjutnya.

Terpaksa aku mengikuti perintahnya, mengambilkan beberapa makanan untuknya lalu mencoba melayaninya dengan baik.

Sesampainya di kamar aku mengeluarkan segala isi hatiku.

"kenapa orang-orang suruhan granmamu harus mengikuti kita?  Lagipula dia meminta kita untuk berbulan madu bukan?" protesku.

"mana aku tahu,  yang jelas granma masih akan terus mengawasi kita sampai dia bisa percaya kalau kita benar-benar hidup sebagai pasangan suami istri sungguhan, lagipula apa kau tak sadar jika selama ini dia selalu menyuruh orang-orang mengawasi kita" ohhh tuhan berarti selama ini orang tua itu tau segalanya.

Aku terduduk mematung di sofa.

"apa rencana kita selanjutnya?" tanyaku yang mulai frustasi dengan trip ini.

"butler sudah mengatur semua jadwal kita dan kau hanya perlu bersiap-siap"

"baiklah"

Kami mengunjungi beberapa pantai dan tempat wisata, setidaknya suasana jalan-jalan ini bisa mengurangi sedikit rasa kecewaku.

"apa setelah ini kita bisa mendatangi sebuah mall atau tempat belanja pinggir jalan?" tanyaku pada butler itu.

"tentu saja nyonya" jawabnya.

"syukurlah, aku sangat senang mendengarnya"

"untuk apa kau ingin pergi ke mall sayang?" sahut pria menyebalkan itu yang sok manis.

"aku ingin mencari beberapa pakaian sayang karena aku tak membawa banyak pakaian" aku juga harus bersikap manis karena menurut penjelasan pria menyebalkan ini kalau butler kami juga orang suruhan granmanya.

Saat Aku sedang asyik memilih beberapa pakaian yang aku perlukan pria menyebalkan itu memberikan sebuah referensi dress untukku, 1 jenis dress dengan 2 pilih warna.

"Apa kau yakin menyuruhku memakai baju seksi itu sayang?" yang benar saja dia memilihkan aku baju yang kekurangan bahan seperti itu.

"tentu saja sayang, baju ini pasti akan sangat cocok untukmu saat sedang berjalan-jalan dipantai, pendapatku benarkan miss venya" apa maksudnya meminta pendapat butler itu.

"tentu saja tuan, pakaian apapun yang dipakai nyonya pasti akan terlihat cantik" puji butler itu dengan tulus, aku bisa melihat dari matanya.

"kau bisa mencobanya dulu sayang" pinta pria menyebalkan itu dan apa-apa ini mana mungkin aku bisa memakai pakaian seseksi itu.

"mungkin aku bisa mencobanya lain kali sayang" aku mencoba menolaknya.

"ayolah sayang, aku ingin melihatmu mengenakannya" sial, pria menyebalkan ini malah memanfaatkan situasi. karena kesal aku menarik bajunya dengan kasar.

"apakah kau yakin ini cocok denganku?" aku sungguh tak yakin bisa memakai pakaian ini.

"Anda terlihat sangat cantik nyonya" puji butler itu lagi.

"dugaanku benar" timpal pria menyebalkan itu "ayo sekarang kita pergi, waktu sunset sebentar lagi dan sayang kau bisa membeli semua baju yang sudah kau pilih tadi" apa dia memintaku memborong baju kali ini.

"kenapa kau diam saja sayang, ayo kita kekasir dan segera pergi menikmati sunsetnya" lanjutnya.

Kami kembali ke pantai. Aku berjalan berdampingan dengan pria menyebalkan itu dan butler tadi sudah menjauh dari kami.

"apa kau sedang ingin bermain-main denganku tuan?" tanyaku padanya.

"apa maksudmu?" dia kembali bertanya.

"aku tak suka dengan caramu yang memanfaatkan kesempatan" dia menatapku bingung "mengapa kau memintaku mengenakan pakaian seksi ini?  Aku yakin kau sengaja melakukannya agar kau bisa melihat tubuhkukan!!!  Dasar pria mesum"

"apa katamu?  Enak saja kau phant, aku tak sudi melihat tubuhmu yang tak menarik sama sekali itu. jadi kau tak perlu kegeeran" lalu apa maksudnya menyuruhku berpakaian seperti ini?.

"kau tak perlu mengelak tuan, dari matamu sudah jelas terbaca kalau kau memang ingin memanfaatkan situasi"

"terserah apa pendapatmu phant, yang jelas aku tak peduli, sekarang menjauhlah dariku karena aku ingin menikmati keindahan sunset ini" sekarang dia malah mengusirku, sungguh pria menyebalkan.

Aku meninggalkannya dan memilih mencari sesuatu yang bisa menutupi dadaku yang terlalu terekspose ini.

Dari kejauhan aku melihat sebuah toko kain yang bermotif.

Aku menghampiri toko itu lalu membeli kainnya dan penjualnya menyebutnya sarung bali.

Kututupi dadaku sebisa mungkin dan bodohnya aku tak bisa menyeimbangi hembusan angin yang kencang. Sarung baliku malah terbang karena hembusan angin itu. Dengan susah payah aku mengejarnya, rupanya sarung itu berhenti terbang dan tersangkut ditubuh seorang pria yang sedang berdiri menikmati sunset.

"maaf" ucapku lalu mengambil sarung bali yang menempel ditubunya.

"oh tak masalah" ucapnya sambil tersenyum.

"dari mana asal anda?" tanyanya.

"saya dari new york" jawabku "anda?" aku mencoba bertanya hanya untuk menghargainya.

"sydney" jawabnya "sungguh menyenangkan bisa bertemu denganmu nona, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" dia mengulurkan tangannya padaku.

"i'm cindy, cindy zet....." ucapku terhenti "maksud saya cindy froke" hampir saja aku mengakui nama keluarga zetlin dibelakang namaku.

"i'm nathan" balasnya yang kembali tersenyum.

Tiba-tiba dia menarik tanganku membuatku berada didalam pelukannya. Aku bisa menghirup aroma dedaunan dan bunga-bunga pada dada telanjangnya, aroma ini sungguh menenangkan.

Nathan melepaskanku yang berada dipelukannya.

"maaf, aku menarikku karena anak-anak itu berlarian sangat kencang dan mereka hampir saja menabrakmu" ucapnya sambil menunjuk ke arah anak-anak yang berlarian.

"oh yaa, tak masalah, terima kasih" ucapku tulus.

Mataku beralih pada sunset yang ternyata sudah pada puncaknya.

"sungguh indah" gumamku.

"yaaa, ini benar-benar indah" sahut nathan "aku sudah sering melihat sunset di bali dan tak ada rasa bosan bagiku untuk melihatnya, apa kau juga sudah sering kesini?" kualihkan pandanganku padanya.

"aku belum pernah kebali dan ini sunset pertama yang kulihat sebab aku tak pernah berkunjung ke pantai"

"benarkah?  Maka saat ini kau sangat beruntung bisa menikmati sunset pertamamu di tempat seindah ini"

"kau benar, aku memang beruntung".

Nathan mengajakku makan setelah kami menikmati sunset, dia orang yang sangat ramah dan baik hati. Semua obrolanku dengannya sangat mengasikan hingga tanpa aku sadari hari mulai larut dan nathan mengantarku kembali kehotel.

"terima kasih untuk hari yang menyenangkan ini nathan" ucapku.

"sama-sama, kau membuat liburanku kali ini jadi lebih berwarna" dia tersenyum dan matanya berbinar.

"sampai jumpa lagi" kata perpisahan yang sungguh berat kuucapkan.

"sampai jumpa" balasnya dan aku mulai melangkah pergi.

"cindy" panggil nathan.

"ada apa?"

"bolehkan aku mendapatkan nomer ponselmu?" dia terlihat berhati-hati mengucapkannya.

"tentu saja" kenapa aku harus menolak memberikan nomer ponselku pada pria sebaik nathan "berikan ponselmu, aku yang akan menyimpannya untukmu" nathan memberikan ponselnya dan aku memasukan nomerku pada ponselnya.

"sekali lagi terima kasih cindy" ucapnya lalu dia mencium kening cukup lama "aku akan bertemu lagi denganmu" lanjutnya dan langsung meninggalku yang masih diam mematung karena ulahnya.

Ku sentuh dadaku "kenapa jantungku berdetuk takaruan? Apakah aku menyukainya? Tidak itu tidak mungkin aku baru mengenalnya tadi dan tak mungkin aku bisa langsung jatuh cinta padanya, ini hanya sebuah rasa terkejut" gumamku.

****

"dari mana saja kau?" tanya pria menyebalkan itu setelah aku membuka pintu kamar hotel ini.

"aku hanya berjalan-jalan disekeliling pantai tadi" jawabku.

"lalu kenapa kau pulang selarut ini?"

"aku terlalu asyik menikmati suasana pantai sampai lupa waktu"

"Kau membuat butler itu panik mencari keberadaanmu, lain kali jika kau ingin keluar lebih lama kabari aku" ohhh syukurlah dia tidak bertanya macam-macam padaku karena dia bisa saja memancingku berkata jujur.

avataravatar
Next chapter