2 1

CINDY POINT

Home...

Dengan malas aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi, menjatuhkan tubuhku kedalam rest area.

"cepatlah keluar phant" teriak adik tiriku james.

"apa kau tak mendengarku?" teriaknya lagi.

"kau ini manusia atau bukan?" aku tak mengacuhkan seluruh ucapannya.

Dengan kasar aku membuka pintu kamar mandi, membuat james terjatuh dilantai. Aku meliriknya sekilas.

"dasar monster gila" katanya mengejek.

Jam telah menunjukkan pukul... Aku segera bergegas berkemas untuk pergi ke sekolah.

"mom aku pergi dulu" ucapku pada mom yang sedang asyik sarapan.

"jangan lupa untuk mengantar Fey" kata mom.

"yaa" aku berjalan mencari fey yang juga adik tiriku dan lebih tepatnya dia adik kandung james.

"ayo kita pergi" ajak fey.

Selama perjalanan fey terus saja berceloteh dan tak jarang dia juga menyanyi.

"cepatlah phant kau terlalu lama berjalan" teriak fey.

"kau saja yang terlalu cepat berjalan bocah" aku mencoba mensejajarkan jalanku dengannya.

Dengan nafas yang terengah-engah aku berlari ke kelas, saat ini aku sudah sangat terlambat.

Bruukkk....

Aku menabrak sesuatu dan lebih tepatnya aku menabrak Angelo. Aku melongo menatap wajahnya, mungkin saja saat ini dia akan marah besar padaku atau bahkan dia  akan merutuki dirinya karena telah melihatku dipagi yang cerah ini.

"bisakah kau berjalan dengan hati - hati" katanya dengan sedikit membentak. Aku tak mengacuhkan semua perkataanya lalu aku meninggalkannya dengan segera berlari kekelas.

"Heeyyy Badak, kau tuli" teriaknya.

Aku bisa saja mengelak tapi apalah dayaku jika nantinya satu ucapanku saja bisa membuatnya sial sepanjang hari. Bertemu denganku dipagi hari adalah sebuah bencana yang dahsyatnya lebih dashyat dari bencana alam yang akan menghancurkan semesta bagi semua penghuni sekolah ini tanpa terkecuali, bahkan guru - guru sekolah juga mengatakan hal yang sama. Entahlah dimana salahku dibagian kesialan mereka itu.

Baru saja batang hidungku menyetuh ujung pintu kelasku, suara kemarahan miss jane sudah menggema diseluruh penjuru sekolah. Satu, dua, tiga, dengan hitungan perlahan aku segera berlari menjauh dari kelas, jika aku masuk miss jane pasti akan mengakhiri hidupku. Sekali - kali bolos itu tak akan jadi masalah.

Aku berkeliling diseputaran kantin sekolahku, lebih baik mengisi perut sebagai persiapan mata pelajaran berikutnya.

****

"cepat habiskan makananmu, sebentar lagi mata pelajaran berikutnya" kata Gab ibu kantinku.

"yaya, tapi aku masih ingin tambah lagi Gab" ucapku tak karuan karena terus mengunyah.

"oh tuhan, nak nak. Kau tak bisa tambah lagi. Dengar aku tak ingin kau dihukum nantinya atau kau ingin bolos lagi? Dengarkan aku, itu tidak akan pernah terjadi" Gab terus memperingatiku.

"tapi Gab" aku mencoba merayu Geb.

"tidak sekarang kembali kekelasmu" Gab menarik piring makanku, membuatku mendengus kesal.

Selama ini hanya Gablah temanku disekolah aku selalu memanggilnya Gab dan Gab juga sudah menganggapku sebaik putrinya karena katanya aku sama seperti putrinya yang telah meninggal saat usia 2 tahun dan kata Gab dia seusia denganku, aku juga tak pernah menolak jika Gab menganggapku sebagai putrinya. Bagiku Gablah segalanya dia lebih dari momyku sendiri bahkan Gab dia lebih menyayangiku dibandingkan mom.

Dengan lesu aku berjalan memasuki kelasku, sangat membosankan jika kau harus berada dalam lingkungan orang - orang yang tidak mengharapkan kehadiranmu.

Aku menatap semua teman - temanku yang sedang asyik bermain, berbincang dan tertawa riang. Ingin rasanya aku bergabung diantara mereka tapi sayangnya aku tak bisa. Karena bagi mereka aku hanya seorang babi yang pastinya sangat menjijikan, tidak pantas berada diantara mereka.

"lihat, si babi membolos lagi" kata seorang gadis yang menunjuk kearahku.

"mau apa dia masuk dikelas ini?" mereka terus berbisik - bisik menyindirku.

Aku terus berusaha tak mempedulikan mereka dan terus bejalan kebangkuku setelahnya miss salma masuk.

Setelah mata pelajaran selesai miss salma memintaku keruangannya.

#HEADMASTER ROOM#

Aku hanya diam sambil mengetuk - ngetuk kakiku dilantai dan terus menatapnya.

"oh kau sudah datang rupanya, silahkan duduk" kata miss salma.

"ada apa miss memanggil saya?" tanyaku langsung to the point.

"berikan surat ini pada ibumu dan katakan padanya bahwa besok dia harus datang ke sekolah" ucap miss salma dengan penuh penekanan.

"untuk apa miss?" aku harus mengetahui alasannya.

"kau sudah terlalu banyak membolos dan sekarang kau boleh pergi" jawaban yang singkat dan menjawab semuanya.

Sialnya lagi dan bodohnya aku malah membiarkan apa yang dikatakan kepsek tampa membantahnya sedikitpun padahal aku ingin sekali membantah. Kuputuskan untuk pergi kekantin bertemu dengan gab karena gab orang yang tepat untuk mengutarakan isi hatiku.

#CANTIN#

"gab bisakah kau datang kesekolahku besok, hmmm maksudku sekolah sialan ini" kataku pasrah.

"kenapa? kau mendapat surat lagi?" gab mengajukkan pertanyaan bodoh memang ini bukan surat pertama bagiku melainkan yang ketiga dan mungkin bisa jadi yang terakhir kalinya. Aku hanya menganggukan kepalaku.

"oh tuhan cindy, jangan katakan jika ini surat ketigamu aku sudah memperingatimu setiap saat, setidaknya kau masih beruntung karena ibumu masih mau menyekolahkan anak bodoh sepertimu" gab menjitak kepalaku.

"aww sakit gab, aku memang masih beruntung tapi bukankah lebih baik aku tak usah disekolahkan karena pada akhirnya aku juga harus menderita seperti ini, menanggung semua beban yang membuatku terlihat bodoh" aku sudah mulai lelah dengan semuanya. Gab terlihat mengehela napasnya gusar.

"Memang seperti itu, dan tak ada hidup tanpa cobaan tapi cobalah untuk bertahan sedikit lagi agar kau jadi pemenangnya" nasehat gab.

"sampai kapan? Sampai tuhan bosan bermain - main denganku atau sampe dia mengakhiri esokku, aku lelah gab, benar - benar lelah mereka selalu menghinaku menertawakanku seakan - akan aku adalah sebuah boneka beruang yang nista yang memang pantas untuk di hina" aku mulai terisak dalam diam bosan dan lelah sudah menjadi sebagian jiwaku.

"aku tahu kau merasa seperti itu sayang, tapi suatu saat nanti kau akan berterima kasih pada dunia yang kejam ini karena telah membuatmu berada diatas besi panas yang perih dan nantinya kau akan bertemu seorang malaikat yang akan menuang es disana" gab kembali menasehatiku dia memelukku yang mulai terisak hanya gablah yang mengerti aku, dia menjadi tempat bersandarku.

"gab kapan aku bertemu malaikat yang membawa es itu? Sampai kapan aku menantinya?" aku sudah tak sabar ingin bertemu malaikatku.

"sampai tuhan benar - benar merasa kau layak sayang, dan mulai sekarang saat kau bangun berharaplah esok kau akan bertemu dengan malaikatmu" omangannya membuatku sedikit tenang dan berharap jika matahari yang kutemukan esok harinya adalah sang malaikat es.

****

12 tahun kemudian...

"bergegaslah phant aku akan telat kesekolah dari dulu sampai sekarang kau tak pernah bisa mandi dengan cepat apakah tubuhmu yang sebesar gajah itu masih sulit untuk kau bersihkan bodoh?" teriak james.

"bisakah kau sedikit berbicara sopan denganku tuan muda, aku lebih tua darimu" bentakku.

"mau kau lebih tua ataupun lebih muda bagiku itu sama saja phant karena kau bukan manusia jadi aku tak harus menghargaimu, mengerti" kata - kata james penuh dengan ejekkan sebelum mendengar ucapanku dia langsung pergi meninggalkanku yang masih mematung didepan pintu restroom.

Saat ini sudah dua belas tahun berlalu, aku telah lulus dari sekolah smp menyebalkan itu dan telah menyelesaikan kuliah sarjanaku dijurusan hukum. Mengenai gab aku masih sering mengunjunginya saat ini gab sudah tidak berjualan disekolah itu lagi dia sudah memiliki sebuah cafe kecil ditengah kota. My mom dan ayah tiriku telah berpisah setelah aku lulus sma lalu mom menikah lagi dengan manager tempatnya bekerja, setelah menikah mom membawa fey untuk tinggal disingapore bersamanya sementara aku ditugaskan untuk merawat james sekaligus mengurus toko bunga yang diwariskan oleh kakeku yang tak lain adalah ayah dari ayahku.

Setiap hari aku selalu melakukan kegiatan rutinitasku selama tiga tahun belakangan ini apalagi kalau bukan menjaga toko bungaku "the florist"  lalu malam harinya aku akan pergi bekerja paruh waktu dicafe milik gab, aku memilih untuk tidak bekerja kantoran atupun melanjutkan sekolah untuk mengambil gelar pascasarjana karena aku yakin mereka semua juga pasti akan mengejekku.

Pagi ini aku cukup sibuk karena pengiriman stock bunga - bunga yang telah tiba ditambah lagi selama disini aku hanya bekerja seorang diri karena jika harus mempekerjakan orang lain aku rasa aku takkan sanggup membayarnya ditambah lagi aku tak suka jika ada orang bekerja denganku bagiku itu akan merepotkanku. 

"akhirnya selesai juga,  and see semuanya benar - benar cantik. Terima kasih tuhan dan terima kasih untuk granpa karena telah memberikanku warisan yang sangat berharga ini" gumamku.

"permisi nona" ucap seorang wanita, dia sangat cantik irish mata abu - abunya berpadu dengan kulit coklat keemasannya membuatnya terlihat sangat cantik namun saat aku memperhatikannya aku seperti mengenalnya wajahnya. Seperti tak asing bagiku.

"hey, kau sedang memikirkan  sesuatu miss?" tanya wanita itu.

"hmmmmmmmm" aku sedikit terkejut mendengar ucapannya sebab aku telah ketahuan menilai wanita ini.

"hey, apa kau melupakanku cindy froke" dan sekarang wanita itu mengetahui namaku, ini benar - benar sebuah kejutan.

"maaf, apakah aku mengenalmu nona?" aku bertanya balik padanya.

"tentu saja kau mengenalku bahkan kau sangat mengenalku" wanita itu terlihat sangat yakin dengan ucapannya. "jangan melihatku seperti tawanan froke aku emly sahabat kecilmu" katanya girang.

Aku mencoba kembali mengingat tentang wanita yang mengaku sahabatku ini. Dulu aku memang memiliki sahabat kecil dia juga bernama emly tapi dia sama seperti ku seorang phant. Aku menatapnya tak yakin dengan ucapannya. Lalu wanita itu memberikan sebuah foto padaku.

"lihatlah froke ini adalah foto metamorfosa tubuhku, dan dari dulu sampai sekarang otakmu masih juga tak kau gunakan pada fungsinya, bukankah hanya aku yang suka memanggilmu froke" terangnya dan oh tuhan aku baru mengingat panggilan special itu dan hey aku baru menyadari kalau yang kulihat saat ini adalah emly gorjenz sahabatku yang dulunya sama sepertiku dan sekarang lihat dia, dia sudah sangat langsing dan semakin cantik.

"berhentilah menatapku seperti itu froke, aku tahu sekarang aku memang cantik seperti model tapi apakah kau tak merindukanku" emly terlihat sedikit kesal karena sikapku.

"i'm so sorry bumbum, aku sangat merindukanmu dan sepertinya akan lebih baik jika kita ngeteh ditaman kecilku" ajakku.

"ayolah, aku sudah lama tidak meminum teh yang kau buat dengan garam itu" ejek emly, dulu aku memang selalu sulit untuk membedakan antara garam dan gula karena mataku yang sudah silinder ditambah lagi mom yang baru membelikan aku kacamata saat aku baru menginjak smp membuatku seperti orang bodah yang baru melihat dunia.

"tenanglah sekarang aku bukan hanya akan menaruh garam diteh  tapi juga bersama sedikit lada" aku sedikit bercanda dengan ucapanku.

"baiklah jika kau berani aku akan menaruh lada dimatamu froke" emly malah mengejekku lagi.

"coba saja kalau kau berani" kataku menantang lalu kutarik tangan emly untuk pergi kepantry kecilku.

"suasananya sangat indah dan nyaman, sejak kapan kau mau mengurus toko bunga ini froke?" tanya emly.

"sejak kakekku meninggal tahun lalu" aku kembali mengingat saat - saat itu saat dimana aku baru bisa bertemu dengan seorang pria tua yang harus kusebut sebagai kakek setelah  23 tahun lamanya dia membiarkanku hidup bersama mom tanpa melihatku sedikitpun dan mengenai dad saat itu aku juga ingin menanyakan keberadaan dad pada kakek tapi sayangnya sebelum aku bertanya dia telah menghembuskan nafas terakhirnya.

"berarti kau sudah bertemu dengan ayahmu?" emly menatapku dengan sangat penasaran dan aku hanya menggelengkan kepalaku. "i'm so sorry froke, aku tidak bermaksud membuatmu sedih hanya saja aku terlalu penasaran dengan keadaanmu saat ini" terangnya.

"saat ini aku baik - baik saja bahkan jauh lebih baik bumbum, dan ayolah kita ngeteh saja dulu" kutarik tangan emly menuju taman mini florist ini.

Emly terlihat sangat berbeda membuatku tak berhenti menatapnya.

"hey froke, jangan melihatku seperti itu" ucapan emly membuatku terkejut.

"hmmm, apa yang membuatmu menjadi sangat cantik seperti ini?" tanyaku yang sangat penasaran dengan perubahan total emly.

"kau tahu bukan bawa berat badan 170kg yang harus melekat pada tubuhku sangat menjengkelkan belum lagi ejekkan dari orang - orang yang tiada hentinya, lagipula aku juga memikirkan mengenai kesehatanku froke berat badan berlebih tidak akan baik bagi kesehatanku" yaa aku mengerti maksudnya tapi bagaimana caranya dia bisa selangsing ini "aku melakukan sedot lemak di korea dan aku sudah beberapa kali menjalaninya" emly terlihat sangat bersemangat saat menceritakannya.

"sedot lemak, itu pasti akan sangat sakit bumbum apalagi kau harus menjalaninya bukan hanya sekali" aku sangat prihatin saat mendengar bahwa emly memilih jalan sedot lemak ketimbang melakukan program diet sehat.

"mau tidak mau aku harus melakukannya karena kau tahu aku sudah pernah sekali menikah, saat itu mantan suamiku menceraikanku  dengan alasan dia sudah tak membutuhkanku lagi sebab saat menikah denganku dia tak pernah mencintaiku bahkan dia mengatakan jika dia tak pernah sudi menikahi wanita lemak sepertiku, dia menikahiku karena paksaan dari kakaku dengan jaminan setelah dua tahun menikah kakaku akan memberikan salah satu unit perusahaan padanya dan setelahnya aku benar - benar merasa frustasi dan sangat terpukul atas sikap mantan suamiku dan juga kakaku karena mereka telah mempermainkan hidupku" emly menangis menceritakannya. "kau tau froke aku merasa sangat sedih dan ditengah keterpurukanku kakakku membantuku dan menawarkanku untuk melakukan program sedot lemak dan akhirnya aku bisa selangsing ini, lalu kakaku memintaku untuk masuk dalam kelas modeling" lanjut emly yang mulai berhenti menangis.

"well sekarang kemana mantan suamimu itu dan selanjutnya apakah kau akan tetap menjadi seorang model dan kau tidak berfikir untuk mencari pasangan hidup lagi?" aku mengajukan banyak pertanyaan padanya.

"entahlah dimana perginya pria brengsek itu yang jelas aku ingin bertemu dengannya lalu aku akan memotong penisnya agar pria sialan itu tak bisa hidup lagi dan mengenai pasangan hidup, kau tahu froke sekarang aku sudah menemukan cinta sejatiku pria yang juga memiliki kisah hidup yang sama denganku" emly menunjukan cincin pertunangannya padaku.

"ohh syukurlah, aku sangat senang mengetahuinya" ucapku tulus.

****

Setelah peretemuanku beberapa minggu yang lalu bersama emly aku sudah tak pernah lagi melihatnya karena dia telah kembali ke singapore tetapi aku dan emly masih sering whatsappan. Hari ini aku harus pergi ke airport untuk menjemput sam teman emly saat dihigh school, aku membawa pagging board yang tertuliskan nama Sam Zetlin. Emly telah menjelaskan ciri - ciri temannya kata emly pria itu bertubuh tinggi dan memiliki badan atletis, ada sedikit lesung pipi di kedua pipinya, matanya berwarna coklat terang, pria itu senang memakai kacamata hitam tapi kata emly matanya baik - baik saja dan betapa bodohnya aku yang langsung pergi kebandara tanpa mengunduh foto pria yang telah dikirimkan emly di wa dan aku juga malah tak memiliki kuota, Dengan sangat terpaksa aku harus menerka - nerka wajah pria itu.

Sudah dua jam lebih aku berdiri menunggu pesawat dari paris tapi aku sama sekali tak melihat sosok pria yang dimaksud emly, aku mencoba untuk melihat jam kedatangan pesawat itu and fuck pesawat itu akan delay selama satu jam padahal saat ini aku sudah sangat lapar. Dengan bosan aku mencari tempat untuk duduk kebetulan saat ini bandara tidak terlalu ramai jadi aku dapat meninggalkan papan itu ditempat duduk dan membeli sedikit makanan.

Suara lembut dari speaker bandara sedikit mengagetkanku yang sudah sedikit kekenyangan dengan beberapa bungkus burger. Dengan tertatih aku berlari agar dapat berdiri dibagian paling depan bandara dan bodohnya aku malah lupa membawa pagging board itu lalu kuputuskan untuk kembali mengambil paging board itu dan ternyata pagging boardku sudah tak berada ditempatnya. Aku berusaha tak mempedulikan pagging board itu dan kembali berdiri seperti orang bodoh sambil menuliskan nama sam dilayar ponselku yang kurubah fungsinya menjadi pagging board. Aku melihat seorang pria yang berjalan mendekatiku lalu dia langsung menarik tanganku, entah apa yang ada di otakku aku malah diam dan mencoba menganalisa tangan pria ini and you know guys ini adalah pertama kalinya seorang pria memegang tanganku. Tiba - tiba pria itu membawaku kedalam pelukannya ditatapnya mataku dengan lekat lalu dia menciumku. Aku tak tahu apa yang terjadi saat ini aku malah menutup mataku dengan masih mengatup mulutku dan pria ini terus menggodaku dengan ciumannya dan mau tak mau aku membuka katupan bibirku dan memberikan akses padanya. Saat dia mulai membawaku terbang otakku seakan berhenti berfikir dan pria itu menghentikan ciumannya.

PLAAAAKKKKK.....

Aku menamparnya saat semua kesadaranku telah kembali.

"DENGAR, AKU BUKAN SEORANG PELACUR YANG BISA KAU CIUM SESUKAMU BRENGSEK" makiku tepat didepan wajahnya. Saat ini aku tak peduli dengan tatapan orang - orang yang mulai menjadikan kami berdua tontonan, aku memang wanita amerika tapi aku tak suka berhubungan dengan seorang pria tampa ikatan apapun.

"jangan marah seperti itu sayang, kau tahu aku sangat merindukanmu oleh karena itu aku berhak menciummu bukan, kau istriku. Apakah kau sudah melupakanku sayang?" ucap pria itu dengan nada sedih yang dipaksakan. Mendengar ucapannya aku langsung memicingkan mataku tak suka menatapnya dengan sejuta amarahku yang membludak didalam diriku.

"'ayolah kita kembali kerumah sayang" pria itu langsung menarik tanganku dia membawaku masuk kedalam sebuah mobil.

"Heeyyy kau siapa dan apa kau ingin menculiku setelah kau menciumku dengan paksa" aku mencoba membrontak dengan terus memakinya tapi dia hanya diam.

"apa kau sekarang tiba - tiba tuli tuan? Lepaskan aku sekarang juga, aku harus mencari seseorang saat ini" aku mencoba melepaskan cengkraman tanganya sambil berusaha membuka pintu mobil itu. Pria itu kembali menarik tanganku dengan kasar membuatku harus bersandar didadanya.

"kau bisa diam nona, orang yang kau cari sekarang ada dihadapanmu" ucapnya dengan penuh penekanan.

"kau, kau sam zetlin" tanyaku tergagap dan masih tak percaya karena pria ini memiliki irish mata hitam pekat bukan coklat.

"aku bukan sam zetlin tapi aku adiknya shanz zetlin" dia menatap mataku lekat membuatku merasa sedikit takut.

"tapi emly memintaku untuk menjemput sam bukan kau" aku mencoba mengelaknya dengan pertanyaan bodohku.

"kau terlalu banyak bicara" dia terlihat kesal padaku.

"aku takkan pernah berhenti bicara sebelum kau menjelaskan semuanya padaku tuan" ancamku dan pria itu malah mendekatkan wajahnya padaku dengan sigap aku mendorong wajahnya, jujur aku takut dia akan kembali menciumku mengingat tadi dia sudah merenggut ciuman pertamaku yang akan kuberikan pada suamiku nanti.

"ahhhhhh kau ini, benar - benar membuat emosiku naik, dengar jika kau tak ingin aku menciummu maka berhentilah bicara nona" terangnya. Dengan terpaksa aku harus duduk mematung.

Pria itu meminta sang supir taksi untuk menjalankan mobilnya. Selama perjalanan aku harus menahan mulutku agar tak mengeluarkan kata sedikitpun.

"kau tinggal dimana?" tanyanya dan aku hanya diam saja.

"hey, nona berikan aku alamatmu" tanyanya lagi dan aku masih diam saja lalu dia menarik tasku dengan paksa.

"hey berikan tasku, kau mau apa tuan" aku berusaha menggapai tasku yang telah dirampas olehnya.

"nice, pak antar kami ke........" ucap pria itu setelah menemukan ID cardku.

"dasar perampok" gerutuku kesal.

****

"kau mau apa disini?" tanyaku padanya saat supir taksi itu telah meninggalkan kami berdua didepan halaman rumahku.

"apa kau akan memperkosaku dirumahku sendiri? Dengar tuan aku akan berteriak dan semua tetanggaku akan menghabisimu" ancamku.

"teriak saja, lagi pula ini jam kerja bukan dan disini cukup sepi nona tidak akan ada orang yang mendengar teriakanmu" ucapnya mantap lalu dia berjalan mendekatiku membuatku harus mundur kebelakang secara perlahan, entah mengapa aku tak bisa berkompromi dengan kakiku untuk segera melarikan diri darinya. Dan sekarang sudah tidak ada jarak diantara kami, aku mencoba melawannya dengan satu kali tinju diperutnya.

"hey kau ini, apa yang sedang kau lakukan. Aku sama sekali tak berniat untuk memperkosa wanita gemuk sepertimu, aku lebih memilih untuk meniduri para bitch diluar sana daripada aku harus bercinta dengan wanita yang tak menggairahkan sepertimu lagi pula kau lebih tua dariku nona" makinya dan sekarang dia mulai menghinaku lalu aku kembali meninjunya.

"dengar tuan, aku tak peduli kau tertarik denganku atau tidak tapi kau harus tahu satu hal bahwa keberadaanmu disini sangat menggangguku" aku membalas makiannya, dia tidak bisa seenaknya menghinaku seperti itu. Dengan cepat aku membuka pintu rumahku dan langsung menguncinya.

avataravatar
Next chapter