11 10

Pelukannya sangat hangat dan membuatku merasa nyaman. Aku menggeliat didalam pelukannya dan menyandarkan kepalaku semakin dalam pada lengan kokohnya. Lalu membalas pelukannya hingga sebuah kecupan mendarat tepat dikeningku.

"maafkan aku" ucapnya dan membuatku terbangun membuka mataku lalu menatap matanya.

"Apa??????? " aku berteriak histeri karena keterkejutanku. Rupanya ini hanya sebuah mimpi buruk yang entah bagaimana bisa aku memimpikan hal seromantis itu bersama pria menyebalkan ini. Tidur disiang hari memang membawa petaka apalagi ternyata aku tertidur disamping pria menyebalkan ini.

Kutengok kearahnya, rupanya dia masih tertidur. syukurlah dia tidak terganggu dengan suara teriakanku. Kutaruh tanganku dikeningnya dan suhu tubuhnya mulai menurun.

Ahhhhh memeng benar kata dokter itu kalau aku akan menjadi susternya.

Tiga jam kemudian Pria menyebalkan itu terbangun dan melirikku yang sedang duduk disampingnya sambil asyik menonton tv.

"aku ingin pergi ke toilet, bisakah kau membantuku" ucapnya dengan sangat lemah, dengan sigap aku langsung membantunya berdiri sambil berjalan ke toilet.

Aku membiarkannya masuk dan akan menunggu didepan toilet. Dia sangat lama didalam sana dan membuatku takut terjadi sesuatu padanya. Kuputuskan untuk masuk, ternyata dia sedang berdiri diposisi yang sama dengan terus mencoba membuka resleting celana jeans yang dikenakannya.

Aku melihat tangannya bergetar..... Sepertinya dia membutuhkan bantuanku.

"biar aku saja yang membukannya" ucapku dan langsung membuka resleting celana itu perlahan sebab sejujurnya aku juga ikut gemetar saat akan membukannya. Ini kali pertama bagiku melakukan adegan tak senonoh ini.

"selesai, sekarang kau bisa kencing" ucapku lalu kembali menunggunya didepan pintu.

Dia keluar dan berjalan sempoyongan. Aku mencoba kembali membantunya berjalan.

"apa kau mau mengganti bajumu?" tanyaku dan hanya dibalas anggukan olehnya.

Aku mencari shirt didalam kopernya mengambil celana pendek yang nyaman dan sebuah dalaman pria.

Ku berikan padanya dengan harapan dia mengganti pakaiannya sendiri tapi sayangnya dia hanya menatap pakaian itu tanpa minat.

"ada apa?" tanyaku padanya.

"tanganku bergetar, aku tak bisa melakukannya sendiri" ucapnya.

Dia membuatku harus mengambil kendali lagi.

Kubuka shirt yang dikenakannya, lagi dan lagi aku harus melihat dada telanjangnya yang seksi dan selalu membuatku terpukau, dengan cepat aku mengembalikan fokus otakku. Menarik celana panjangnya yang sangat ketat ditubuhnya dengan memintanya berdiri.

Beberapa kali dia hampir terjatuh karena sulit menyeimbangkan tubuhnya.

Aku meliriknya sebentar dan tatapannya tertuju pada jendela kamar yang sedikit terbuka. Sepertinya dia sedang banyak pikiran.

"apa kau bisa melanjutkannya? aku tak mungkin membukanya" ucapku padanya dan yang kumaksud adalah celana dalamnya.

"baiklah" jawabnya dan dia langsung membukanya. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuatku terkejut dan segera memalingkan badanku.

"berikan dalaman baruku" lanjutnya dan aku segera memberikan dalamnya yang kebetulan berada dalam genggamanku dengan posisi yang sama tanpa menghalihkan pandanganku.

"berbaliklah" pintahnya. Aku segera membalikan badanku.

Kupasangkan celana pendeknya lalu membantunya berbaring.

"apa kau lapar?" tanyaku dan dijawab anggukan olehnya "tunggu sebentar aku akan memesankan makanan untukmu" sambungku.

Setelah selesai memesan makanan aku kembali duduk disamping pria menyebalkan itu. Dia berbaring terlentang dan tatapannya fokus pada langit-langit kamar hotel ini.

"jika kau ingin tidur, tidurlah, aku akan membangunkanmu jika makanannya sudah datang" ucapku dan dia langsung menutup matanya.

Seketika seulas senyum tercetak di pipiku akibat dirinya yang tak membantah omonganku sedikitpun. Entah ini perasaaan bahagia karena merasa menang atau aku benar-benar menyukai tindaknya yang seperti bayi.

Dua puluh menit kemudian suara bel menghentikan aktivitas menontonku. Aku segera bangkit dan mengikat pajamasku.

Sebelum membuka pintu aku mengintip pada peephole. Rupanya itu adalah seorang waiters.

Ku buka pintu perlahan.

"selamat malam nyonya, maaf mengganggu" ucap waiters itu "saya hanya ingin mengantarkan pesanan anda dan sepucuk surat" lanjutnya.

"baiklah, silahkan masuk" ku buka pintu dengan lebar.

"nyonya ingin makanannya diletakan dimana?" tanyanya.

"oh kau bisa meletakannya di meja tepat didepan televisi"

Setelah kepergian waiters itu, dengan cepat aku memeriksa nampanya dan mengambil surat itu.

Ternyata surat itu ditunjukan untuk pria menyebalkan itu. Tapi sepertinya ini bukan sebuah surat melainkan sebuah undangan pernikahan yang berukir inisial G&E.

Undangan ini sedikit membuatku bertanya-tanya siapa pasangan pengantin itu yang telah mengundang pria menyebalkan itu tapi aku segera mencoba mempungkiri semua tanda tanya di otakku karena  itu bukan urusanku. Saat ini aku hanya perlu memberi makan pria menyebalkan itu dan merawatnya lalu kembali ke new york.

****

"aku ingin sekarang kau mengganti pakaianmu" pintah pria menyebalkan itu.

Aku meliriknya lalu kembali menonton dan tak memperdulikan ucapannya.

"dengar nona, aku tak ingin bermain-main denganmu" aku tak mengerti maksud ucapannya.

"kenapa aku harus mengganti pakaianku? Sekarang aku tak ingin kemana-mana jika kau ingin keluar silahkan aku tak akan melarangmu lagipula sekarang kondisimu sudah baik jadi aku tak perlu menemanimu" terangku.

Dia mendekat kearahku lalu menarik wajahku. Tiba-tiba dia menciumku membuatku sangat terkejut dengan sikapnya walaupun ini bukan pertama kalinya dia menciumku. Aku mendorong tubuhnya dengan sekuat tenaga tapi pria menyebalkan itu malah mencengkram lenganku dan memperdalam ciumannya..

"kalau kau tak mendengarkanku aku bisa melakukan sesuatu yang lebih padamu" ucapnya setelah menciumku. Seketika bulu romaku merinding.

Aku segera berlari ke kamar dan Rupannya dia sudah menyiapkan pakaian untukku.

Itu dia sebuah dress sederhana tapi membuatku jatuh cinta pada designnya. Ini pertama kalinya dia memberikanku dress dan aku benar-benar menyukainya.

"haruskah aku mengucapkan terima kasih padanya" gumamku "tapi aku tak tahu apa tujuannya memberikanku dress ini!!".

"apa kau suka berbicara sendiri seperti itu?" ledek pria menyebalkan itu, yang sudah berdiri di ambang pintu.

Saat melihatnya perasaanku menjadi kacau sebab dia mengenakan tuxedo yang berwarna senada dengan dressku.

"ayo berangkat sekarang juga" ajaknya "kau tak perlu melihatku dengan tatapan pujianmu itu" mendengarnya membuatku mengumpat dalam hati.

Sejak kapan aku memujinya justru dia membuat kesal harus berpakaian seperti pasangan.

"kemana kau akan membawaku?" tanyaku padanya di dalam mobil.

"nanti kau juga akan tahu" jawabanya.

Entah teka-teki apa yang ingin dibuatnya.

Kami tiba didepan sebuah gereja. Supir itu menurunkan kami di gereja itu, telah banyak orang yang memenuhi geraja. Awalnya aku mengira ini sebuah ibadah pagi tapi semakin lama aku sadar sepertinya dari seluruh hiasan akan di adakan sebuah upacara pernikahan. Sekarang aku ingat, dua hari yang lalu aku membaca sebuah undangan untuk pria menyebalkan ini, rupanya dia telah melihat undangan itu. Entah kenapa dia malah mengajakku menghadiri upacara pernikahan ini.

Dia mengajakku duduk dibaris terdepan. Beberapa saat upacara akan segera dimulai. Hingga sampai diacara puncak pengantin wanita berjalan menuju altar. Hey,,,,, wanita itu, maksudku pengantin wanita itu adalah wanita yang menampar pria menyebalkan itu beberapa waktu yang lalu di lobby hotel. Dia terlihat sangat cantik dan ternyata aku salah menduga jika wanita ini memiliki hubungan spesial dengan pria menyebalkan ini.

Setelah upacara pernikahan selesai pria menyebalkan ini malah mengajakku pergi padahal aku ingin sekali mencicipi makanan yang telah disiapkan pada ruang berbeda.

Selama dimobil aku hanya bisa diam dan terus menggerutu. Rasanya perutku sudah mulai memberontak.

"ada apa denganmu?" tanyanya.

"memangnya ada apa denganku?" ucapku sinis lalu dia kembali diam.

Sesampainya di kamar hotel dia memintaku segera mengemasi barang-barangku karena sebentar lagi kita akan kembali ke new york.

Ku kemasi semua barangku lalu pergi seorang diri ke bandara sebab pria menyebalkan itu telah lebih dulu pergi.

Dia mengirimkan kode booking padaku dan saat boording pass sudah ada ditanganku, aku benar-benar terkejut setelah melihat tujuan penerbanganku adalah sydney dan bukan new york.

Sekarang harus mencari pria menyebalkan itu, aku butuh penjelasannya.

Baru saja aku memutar badan orang yang kucari telah hadir dihadapanku.

"kenapa sydney?" tanyaku.

"karena kita akan melanjutkan liburan kita yang kedua" jawab pria menyebalkan itu.

"liburan kedua?" aku benar-benar tak mengerti maksudnya.

"apa kau lupa nona phant? Jika kita memang akan berlibur di dua negara"  aku tak percaya ucapannya.

Tatapan curigaku mengarah tepat padanya "dengar tuan shanz zetlin yang terhormat, aku bukan wanita bodoh yang bisa kau bohongi, karena aku mengingat dengan jelas bahwa granmamu mengatakan kita hanya akan berlibur dibali lalu kembali lagi ke new york setelah masa liburan selesai" ucapku tegas dengan nada suara yang cukup besar.

Dia tersenyum lalu menarikku kedalam pelukannya "aku tahu itu dan kau tak perlu berteriak mengatakannya, ikuti saja rencanaku ini lagipula aku juga tak sudi jika harus berlibur lagi denganmu" bisiknya ditelingaku. Jika saja ini bukan dibandara aku sudah akan memakinya yang sudah berani menghinaku.

Karena kesal aku melepaskan pelukannya lalu memincingkan mata padanya.

****

Perjalanan bali sydney bukanlah perjalanan yang singkat. Rasanya anggota tubuhku akan rapuh sebab rasa lapar mulai mengganggu daya tahan tubuhku.

"ayoooo kita pergi ke hotel" ucap pria menyebalkan itu dan aku hanya bisa melihatnya samar-samar.

Tak mampu rasanya kakiku mengikuti langkah kakinya lalu tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Aku merasakan sesuatu yang membengkam mulut dan hidungku.

Dengan susah payah aku menyentuhnya, rupanya ini adalah alat bantu pernapasan.

Aku segera membuka matakh dalam keterkejutan setelah mengetahui alat yang menempel diwajahku. Walaupun kepalaku masih terasa berat tapi aku dengan susah payah melepaskannya dan bangun dari tidurku. Baru saja aku akan sampai diambang pintu kepalaku malah semakin berat dan terasa sakit lalu aku terjatuh dalam pelukan seseorang. Kualihkan pandanganku padanya, ternyata dia adalah pria menyebalkan itu.

"dasar keras kepala sudah tahu sakit masih saja mencoba berjalan" makinya.

"diiiiimaaaanaaaa ini?" tanyaku yang tak memperdulikan makiannya.

"apa kau lupa kalau kita ada disydney?  Dan kau sudah tak sadarkan diri selama 2 hari" terangnya.

"aku ingat, tapi kenapa aku bisa berada dirumah sakit?" kulepaskan pegangannya pada tanganku.

"kau pingsan jadi aku membawamu kerumah sakit"

"pingsan?"

"dasar phant bodoh, apa kau tak sadar jika kau akan pingsang?"

"bukan itu maksudku, apa yang menyebabkan aku pingsang?" bukannya menjawab pertanyaanku dia malah memapahku lalu menidurkanku ditempat tidur.

"jawab dulu pertanyaanku"

Dia menarik napasnya, sepertinya dia sedang menaham emosinya "meski kau sakit kau tetap saja meyebalkan" ejeknya tanpa sadar jika dia sakit dia lebih menyebalkan untukku "kau kelaparan, oleh karena itu kau jatuh pingsan" sambungnya.

Aku ingat sekarang, sebelum berangkat ke sydney aku merasa sangat lapar dan semua ini karena pria menyebalkan ini yang tak membiarkanku menikmati makanan dulu pesta pernikahan itu dan selama perjalanan di pesawat aku hanya memakan sedikit roti.

"semua ini karenamu, kalau saja kau memberiku makan aku takan kelaparan" ucapku kesal.

"kau saja yang terlalu berlebihan, aku juga sama sepertimu tak makan apapun tapi aku baik-baik saja saat ini, tak sepertimu yang harus terbaring selama 2 hari dan harus memakai alat bantu pernapasan" sial dia malah menghinaku "sekarang kau diam saja disitu akan memanggil dokter untuk memeriksamu" lanjutnya.

Aku menunggunya beberapa saat sambil mencerna seluruh perkataannya. Aku memang memiliki sedikit penyakit dengan ususku dan pernapasanku yang saat lapar keduanya akan membuatku kesakitan.

Dokter mengatakan jika kondisiku mulai membaik dan aku sudah bisa kembali dua hari lagi dengan catatan aku harus memperhatikan pola makananku.

"kenapa harus 2 hari lagi? Itu terlalu lama untukku" protes pria menyebalkan ini.

"kalau kau keberatan menjagaku, kau bisa tinggalkan aku disini lagi pula aku bukan anak kecil yang harus kau jaga" timpalku.

"bukan itu maksudku phant, kau tak perlu tersinggung, besok aku akan bertemu seseorang dan memiliki janji dengannya untuk memperkenalkanmu" memperkenalkanku? Apa dia yakin dengan ucapannya.

Aku mencoba mencari kebohongan dari raut wajahnya, ternyata tak terlukis diwajahnya.

"kau bisa meminta dokter untuk mengeluarkanku besok sebelum waktu pertemuan itu berlangsung, aku sudah merasa baikan saat ini" entah apa yang baru saja aku ucapkan yang seakan mempertegas bahwa aku menyutuji idenya untuk memperkenalkanku pada seseorang.

"baiklah, aku akan mengatakannya pada dokter" ucapnya lalu pergi.

"apa aku merasa senang dengan sikapnya yang akan mengakui dihadapan orang lain" gumamku.

avataravatar