2 Prolog 2

Setelah menyelesaikan sekolah yang lumayan melelahkan.Ersya memutuskan untuk pulang dengan bis.

Gadis itu tengah duduk di halte menunggu bis yang akan di tumpangi nya sembari menatap hujan yang turun dengan deras.

Hanya suara hujan memenuhi telinga Ersya.Sampai,terdengar sebuah bunyi berdecit yang nyaring dimana suara itu semakin terdengar jelas.

Ersya berusaha mencari asal suara itu dengan panik,dia tak melihat apa-apa karena jarak pandang yang terbatas akibat hujan.

Tapi suara itu makin keras dan semakin jelas.Suara klakson juga terdengar dan membuat Ersya sadar bahwa ada sebuah mobil yang kehilangan kendali tengah melaju ke arah nya.

Ersya berusaha menghindari mobil itu dengan cepat.Tapi,sayang nya Ersya kalah cepat oleh mobil yang menabrak nya.

Ersya yang berdiri untuk menyelamatkan diri malah tertabrak dan badan nya terbentur pada salah satu tiang yang ada di halte.

Rasa sesak di dada,dan nyeri menyerang seluruh tubuh Ersya.

Lagi-lagi hanya suara hujan yang terdengar.Ersya berusaha membuka mulut nya untuk meminta pertolongan namun sia-sia hanya ke gelapan yang di dapat nya.

●●●●●

Ersya terbatuk perlahan,berusaha membuka mata yang terasa sangat berat.

Percobaan pertama untuk membuka mata gagal,hanya rasa nyeri yang dia dapat di sekujur tubuh nya.

Ersya mencoba meraba sekitar nya yang dapat dirasakan nya hanya lah rasa empuk kasur dan seseorang yang memegang tangan nya.

"Ada yang aneh?tangan nenek yang keriput tidak terasa selembut ini."Batin Ersya yang terheran.

Karena penasaran dia mencoba sekali lagi untuk membuka mata nya.Usaha nya tidak sia-sia,Ersya berhasil membuka mata nya dengan merintih kesakitan.

Lihat apa yang di temukan oleh mata Ersya pertama kali nya.Dia melihat ada sorang pria dengan mata biru padam berambut gelap tengah menatap diri nya dengan rasa khawatir sembari menggenggam tangan Ersya.

"Stella rodgers lychnus apa kamu tidak apa-apa?"tanya pria itu dengan suara nya yang tidak terlalu berat tetapi penuh dengan wibawa.

Tunggu!stella apa?dia memanggil ku siapa?tanya batin Ersya yang tidak percaya atas apa yang barusan dia dengar.

Ersya berusaha membuka mulut nya untuk bicara tapi sia-sia.Lagi-lagi rasa nyeri itu menyerang tubuh nya.

Dari pada berusaha sekali lagi untuk berbicara Ersya memutuskan untuk menarik tangan nya dari genggaman pria asing itu.

Sebenar nya,Ersya merasa sangat nyaman saat pria asing itu menggenggam tangan nya dengan lembut dan penuh dengan rasa kekhawatiran yang belum pernah dia rasakan.Tapi,Ersya tak ingin dianggap sebagai wanita murahan.Nggak punya uang banyak nggak papa,yang penting harga diri masih ada.

Pria itu tampak cukup kaget dan tak percaya melihat sikap Ersya yang melepaskan genggaman tangan nya.

"Kamu pasti ingin istirahat ya,baiklah aku tidak akan mengganggu mu.Tapi jika ada yang terasa sakit aku mohon beri taulah aku."

Ersya hanya terdiam menatap pria itu yang mulai beranjak dari duduk nya di samping Ersya dan melangkah pergi ke arah pintuk bermaksud untuk keluar dari ruangan itu.

Ersya menelaah di sekitar nya,dia melihat ruangan yang di tempati nya sekarang terkesan jauh lebih mewah dari kamar nya,bukan! sangat-sangat jauh lebih mewah dari kamar nya.

Ruangan itu bisa di bilang sangat luas untuk ukuran sebuah kamar,dimana ruangan itu di dominasi oleh warna ungu seperti warna yang di sukai oleh Ersya.

Tidak hanya itu,terlihat ada lemari besar dengan ukiran sangat unik dengan meja rias di samping nya.

Wangi ruangan nya terkesan baru bagi hidung Ersya tetapi sangat membuat nya tenang ketika wangi itu memenuhi paru-paru Ersya.

"Dimana aku?kenapa tempat ini bagus sekali?lalu siapa pria tadi?"gumam Ersya yang berusaha untuk bangun dari posisi nya yang terbaring.

Disaat dia berhasil duduk di tempat tidur itu,tidak hanya rasa nyeri,sekarang dada nya juga terasa sesak.

Ersya terbatuk-batuk dan merangrang kesakitan,dia berusaha menahan rasa sakit yang menyerang dada nya tapi sia-sia tubuh nya tak cukup kuat untuk menahan rasa sesakit itu.

Suara kesakitan Ersya mengundang wanita asing masuk ke ruangan itu.Suara pintu di banting karena khawatir terdengar di susul dengan langkah yang bergegas ke arah Ersya.

"Stella rodgers lychnus apa kamu tidak apa-apa?"Ujar wanita asing itu saar duduk di samping Ersya yang kesakitan.

Lagi-lagi Ersya di panggil dengan nama asing itu.Stella?siapa stella?aku Ersya bukan Stella!ingin rasa nya Erysa berteriak seperti itu,tapi rasa sakit masih menyerang tubuh nya.

"Apa yang terjadi pada nya?"Suara itu berasal dari pria asing yang kembali datang ke kamar itu tentu saja dengan rasa khawatir.

"Aku tidak tau!dia kesakitan seperti ini saat aku datang!"Jelas wanita itu yang ikutan panik.

"Sonya!cepat panggil para penyembuh kesini!"perintah pria itu dengan suara khas penuh wibawa.

Wanita yang di panggil sonya itu mengangguk paham dan bergegas pergi memanggil seseorang yang di sebut penyembuh,tentu saja seseorang lain nya yang tidak di ketahui oleh Ersya.

Ersya tidak hanya menahan kesakitan dia malah semakin panik karena tidak memahami keadaan saat ini.Dimana dia?siapa mereka?Ersya sangat ingin mengatakan nya tapi mulut nya untuk sementara ini hanya mampu berteriak karena kesakitan.

"Stella bertahanlah sebentar lagi,penyembuh akan segera datang."Ujar pria itu yang berusaha menenangkan.

Ersya mencoba beranjak dari kasur yang dia duduki sekarang dan berharap bisa pergi dari tempat yang tidak di kenal itu.

Saat kaki nya menyentuh lantai dan hendak berdiri tidak hanya rasa sesak yang menyelumuti dada nya kali ini rasa terbakar ikut hadir.

"aaaagggghhhh!!!!"Secara spontan Ersya memegangi dada nya karena rasa sakit yang sudah tak tertahankan.

"Stella tolonglah tetap berbaring."Pria itu tampak memeluk tubuh Ersya dan membantu membaringkan nya di tempat tidur.

"Sa-sakiiittt...."gumam Ersya yang sudah terbaring.Bibir nya terlihat pucat dengan tangan yang masih memegangi dada nya yang terasa sakit.

"Brengs*k!kenapa sonya itu lama sekali!apa dia tidak tau adik nya kesakitan seperti ini?!"

Adik?apa maksud nya?

Pria itu nampak kesal sambil menatap ke arah pintu karena seseorang yang dia harapkan tak kunjung datang.Pada saat mata nya kembali menatap kearah Ersya tatapan khawatir itu kembali muncul.

Ersya benar-benar sudah tidak sanggup lagi untuk manahan rasa sakit itu.Sebelum pandangan yang gelap menyerbu nya,Ersya merasakan sesuatu yang lembut kembali meraih tangan nya.

●●●●●

Esok nya Ersya terbangun,kali ini rasa sakit nya sudah mendingan.Ersya hanya berbaring sambil membuka mata nya dan kembali mengingat apa yang terjadi kemaren.

Seseorang mengetuk pintu kamar yang di tempati oleh Ersya saat ini.Ersya menemukan dua orang wanita masuk ke dalam kamar nya.

Salah satu diantara mereka adalah seseorang yang di panggil Sonya oleh pria asing kemaren,dan satu nya lagi terlihat seperti pelayan di zaman kerajaan dengan sebuah nampan di tangan nya.

"Biar aku saja,kamu silahkan keluar."Suara gadis bernama Sonya itu terdengar penuh dengan karisma yang membuar Ersya terpukau dan segera duduk dari baring nya.

Wanita yang terlihat seperti pelayan itu tampak mengangguk lalu meletakan nampan itu di atas meja kecil di samping tempat tidur Ersya sebelum beranjak pergi.

"Stella,apa dada mu masih sakit?"tanya Sonya sembari duduk di sebuah kursi kecil di samping ranjang.

Ersya hanya duduk terdiam memperhatikan wanita itu,di mulai dari gaun bermotif bunga berwarna hijau gelap nya,rambut terurai yang sedikit pirang,dan mata biru,tetapi warna mata nya tidak sepadam pria kemaren.

"Hei!aku bertanya kepada mu!"

"Ah!a-aku sudah cukup baik."

Ersya masih tidak mengerti kenapa dia masih di panggil dengan sebutan stella.Dia segera ingin menanyakan nya.

"Ayo makan!akan aku suapi!ini sup kesukaan mu!"

Sonya mulai mengambil mangkok putih yang ada di nampan dan menyuapi Ersya dengan penuh kasih sayang.

Meskipun terasa asing,Ersya tak menolak untuk di suapi,dia malah membuka mulut nya dengan senang hati karena ini pertama kali nya dia di suapi oleh seseorang selain nenek nya.

Ersya mengunyah sembari menelusuri rasa apa saja yang terdapat di dalam mulut nya.Biasa nya lidah Ersya hanya akan meresakan asin nya garam,atau tawar nya air ketika menikmati sebuah sup tapi kali ini beda.

"E-enak...."

Ersya mulai menangis,entah kenapa dia bisa menangis karena bisa merasakan makanan dengan rempah yang terasa dan bumbu nya yang pas.

"Hei...kenapa adik kecil ku menangis?"Sonya membantu menghapus air yang keluar begitu saja dari mata Ersya.

Ersya yang awal nya tak ingin melanjutkan tangisan nya malah berakibat sebalik nya,dia merasa sangat bahagia karena seseorang memanggil nya adik kecil,hal sekecil itu adalah kebahagiaan besar bagi seorang Ersya.

Ersya ingin bertanya kenapa wanita bernama Sonya itu menyebut nya adik kecil,tapi batal kerena ada seseorang yang menerobos masuk.

Ersya dan Sonya spontan melihat ke arah pintu yang terbuka tampa ada suara ketokan terlebih dahulu.

"Soni rodgers tempestus!tidak bisakah kamu meminta izin untuk masuk ke kamar orang lain?!"Begitulah suara penuh karisma yang dimiliki Sonya membentak seorang pria yang bernama Soni.

Soni?berarti pria yang terlihat sangat khawatir kemaren nama nya soni.

"Sonya rodgers tempestus!aku tidak butuh izin untuk masuk ke dalam kamar adik ku!"Ujar Soni yang melangkah mendekat.

"Ke-kenapa kalian berdua menganggap ku sebagai adik kalian?"Ersya membaranikan diri untuk bertanya.

"Hei!what kind of question is that?!"potong Soni tidak terima lalu berdiri di samping sonya.

"Kenapa bertanya seperti itu stella rodgers lychnus?kamu kan memang adik kami!"tambah Sonya yang terheran.

"Dan lagi!aku bukan Stella atau apalah itu!aku Ersya!"

"Ersya?omong kosong macam apa itu!"bantah Soni.

"Ini bukan omong kosong!aku Ersya!terakhir kali aku....aku..."Ersya berusaha mengingat apa yang terjadi pada nya tapi dia hanya mendengar suara hujan deras dan suara itu membuat kepala nya terasa sakit.

"Kenapa aku tidak ingat?!"ujar Ersya yang memegangi kepala nya yang terasa sakit.

"Stella jangan di paksakan!konsi mu belum membaik!"Sonya yang mulai khawatir.

"Sudah ku katakan!aku Ersya bukan Stella!"

Ersya terus berusaha mengingat apa yang terjadi.Namun,sejauh ini hanya suara hujan yang terdengar deras menyerang ingatan dan telinga nya.

"Eleman api melukai stella kita cukup parah Sonya!"

Kalimat yang di ucapkan oleh Soni lah yang terakhir di dengar oleh Ersya sebelum semua nya kembali gelap.

avataravatar