1 •Prolog•

"Hei, udah denger kabarnya?"

"Tentu lah, udah..."

"OMG! Gue gak lagi mimpi kan?!"

"Katanya, dia ganteng banget. Sama persis kek bokapnya, cuman yang beda anaknya punya lesung pipit"

"Moga dia sekelas sama gue, moga dia sekelas sama gue"

"Tapi bukannya aneh? Dia anak horkay, masak mau gitu sekolah dimari yang murah?"

"Lagi ngantuk mungkin pas milih sekolah, jadinya ya gini hahaha"

"Mungkin kali ya"

Gosip hangat menyelimuti seluruh wilayah sebuah sekolah negeri. Semuanya tak luput membicarakan seseorang yang memiliki kehidupan yang mewah akan kekayaan, yang akan menginjakkan kaki di sekolah negeri yang harga masuknya terbilang murah. Sekolah yang kebanyakan adalah anak anak dengan kehidupan yang dibawah rata rata maupun cukup.

"Wih, ternyata beneran kalo ada murid baru. Eh, Ailee-"

"Gak, gue gak denger"

Dibangku paling depan, duduk dua orang siswa yang tengah mengobrol atau harus dibilang hanya salah satunya, sebab yang satunya lagi tengah membaca novel dengan kapas yang menyumbat telinganya. Matanya fokus melihat tulisan yang tertata rapih dengan bahasa apik, tanpa ingin berpaling.

"Gak seru Lo bro! Sekali kali lah, bahas gosip yang lagi anget"

"Gak tertarik"

Teman sebangkunya hanya menghela napasnya dan meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala. Lelah dengan sikap cuek teman disampingnya yang sibuk dengan kekasih bukunya yang dibilang tebal. Hampir setiap hari sebelum bel pelajaran berbunyi, ia akan membaca novel dan mengabaikan sekitarnya. Entah apa enaknya membaca buku setebal itu.

"Gue tetep milih Ailee, gak bakal berpaling"

"Yee... Lo mah apa apa yang ganteng jadi mangsa Lo! Tapi kalo bener nih cowok ngelebihin Ailee, jangan berpaling ya!"

"Palingan cuman 5 dari 10. Emang siapa sih yang gak bisa nahan cantiknya muka dia?"

"Iya sih, dia udah cantik, banyak juga yang suka. Jujur, gue juga gak rela kalo ngelepasin Ailee"

"Nah loh, jadi Lo milih yang mana?"

"Dua duanya!"

"Dih! Hahaha"

Siswa yang tengah fokus membaca novel nya di bangku depan, diam diam tersenyum kecil. Dan diketahui oleh teman disampingnya yang tidak sengaja meliriknya yang tengah tersenyum kecil.

"Ekhem! Ciee... Yang dipuji, ciee..."

"Gue tabok Lo pake nih buku!"

"Ampon bang jago!"

*****

Disisi lain, pada halaman sekolah itu. Sebuah Honda Civic Type-R terparkir manis pada halaman depan.

Seseorang keluar dari balik kemudi, berseragam sekolah seperti para siswa yang bersekolah disana. Rambutnya hitam legam dipermanis dengan kacamata hitam yang bertengger pada batang hidungnya. Mata dibalik kacamata hitam itu menelisik setiap sudut sekolahan yang terbilang kecil dimatanya.

"Hmph! Ngapain juga gue sekolah di sekolah yang bisa gue beli 14 juta ini"

"Rey! Jangan sok Sultan ngapa? Ini bukan wilayah Lo juga kali"

"Yah, gitu doang Lo marah. Lagian, ini cuman sekolah kecil. Kalo dibandingin sama yang direkomendasiin bokap Lo, ni sekolah kalah"

Sebuah tendangan diterima dengan mulus tanpa perlawanan dari belakang tubuhnya. Membuatnya tersungkur ke tanah dengan wajah yang mencium tanah kering.

"Apaan sih Zhen?! Gue kan cuman becanda! Jangan dibawa serius ngapa?!"

"Tapi becanda Lo kagak bisa dibilang becanda"

Orang yang menendangnya mengulurkan tangan, membantunya berdiri. Seragamnya sama seperti siswa itu kenakan. Dengan rambutnya yang berantakan tertiup angin, menambah kesan tampannya. Matanya tajam penuh sarat dingin yang mendalam.

"Ah, kalian pasti Tuan Zhen dan Tuan Rey! Selamat datang di sekolah kami, mari saya tunjukkan ruang kepala sekolah"

Seorang guru wanita menghampiri mereka dengan sedikit terburu buru. Napasnya tersenggal senggal seperti baru saja berhasil kabur dari kejaran hantu atau semacam hukuman.

"Ah, tolong jangan panggil kami dengan Tuan. Kami juga akan menjadi murid disini"

"Ah, oh, baiklah. Mari, ikuti saya"

Keduanya mengangguk dan mengikuti guru wanita itu yang berjalan didepan mereka. Jika mereka memiliki pendengaran yang sangat tajam, akan tahu apa yang terjadi pada guru wanita di depan mereka. Ia mati matian menenangkan jantungnya yang berdebar debar kencang. Berkali kali menghembuskan napasnya dalam saat perjalanan menuju kantor kepala sekolah.

Berbeda dengan si guru yang menenangkan jantungnya, kedua siswa yang berada di belakangnya melihat ke sekitar. Melihat setiap kelas yang tenang tanpa adanya riuh ricuh, memilik kesan tersendiri bagi keduanya. Bagi Zhen, siswa dengan rambutnya berantakan, tenang adalah dirinya. Akan sangat menyenangkan jika nantinya tidak ada hal yang mengusik ketenangan itu. Sedangkan bagi Rey, sedikit riuh ricuh sepertinya akan menyenangkan. Ditambah jika ia merusak ketenangan milik Zhen. Akan menjadi menyenangkan jika Zhen mengamuk dihari pertama ia menjadi murid baru.

"Silahkan masuk"

Guru wanita didepan keduanya membuka pintu setelah mendapat izin dari kepala sekolah. Mengangguk, mereka berjalan ke dalam ruangan kepala sekolah. Sebelum benar benar masuk ke dalam ruangan, Rey dengan tanpa bersalah mengedipkan matanya pada guru itu sebagai ucapan terimakasih. Yang mendapat kedipan hanya membeku ditempat, mencoba mencerna apa yang terjadi sebelum wajahnya bersemu merah dan kembali ke kelasnya untuk mengajar dengan berlari.

"Ngapain juga gue harus punya sepupu yang pakboi?"

*****

"Zhen, salam kenal"

Singkat, jelas dan padat. Namun memikat banyak perhatian. Terutama para siswi. Kelas yang awalnya tenang tenang saja sebelum kedatangan Zhen, kini riuh ricuh karena kedatangannya.

"Kyaaa!!! Mata gue gak salah liat kan?!"

"Kalo ini mimpi, gue kagak mau bangun! Titik no koma!"

"Woi!!! Anak keluarga Zhen woi! Mimpi apa gue semalem?!"

"Ini produk dalam negeri?! Yang bener aja woi! Mau dong satu!"

"11 12 sama kayak Ailee kyaa!!!"

Ailee yang merasa namanya terpanggil, mendongakkan kepalanya dari balik novelnya. Kapas yang menyumpal telinganya ia lepas dan lengkingan lengkingan keras memasuki gendang telinganya. Ia bisa tuli lama lama jika kelas ini terus berisik.

Saat ingin mengenakan kembali kapas untuk menghambat suara suara yang mengganggunya, sebuah tangan seseorang menghentikannya. Ia menaikkan sebelah alisnya, bertanya tanya siapa pemilik tangan itu. Ia mendongakkan kepalanya, menatap lurus mata tajam itu yang dingin.

"Ah, mau kenalan? Salken, gue Ailee. Ketua kelas. Maap banget nih kelas jadi rame"

avataravatar