4 4. Pria Sombong.

Aziza berharap lampu segera menyala dan dirinya terbebas dari laki-laki yang ada di belakangnya. walau tidak di pungkiri jika laki-laki yang ada di belakangnya telah menolongnya yang panik saat lampu tiba-tiba padam.

"Sombong," Gumam Aziza.

"Kamu bilang apa? katakan dengan jelas?" Kata Alvian, yang mendengar gumaman Aziza walau tidak jelas.

"Sombong sekali Anda Tuan." Aziza kembali membalikan tubuhnya kini dirinya membelakangi pria yang membuatnya harus pergi ke pijat yang merasakan linu di bagian pinggulnya saat tabrakan, bahkan pergelangan kakinya masih terasa linu hingga saat ini.

Tidak berapa lama lampu kembali menyala. Aziza merasa lega dirinya tidak terlambat ke pesta ulang tahun Siska sang sahabat. sampai di lantai dasar Aziza mempercepat langkahnya menuju mobil miliknya.

Di parkiran dirinya kembali bertemu dengan pria yang memiliki manik hitam itu.

"Apakah kamu akan terus mengikuti ku Tuan?" tanpa basa-basi Aziza menuding pria itu mengikutinya.

"Percaya diri sekali dirimu nona? lihat mobilku terparkir disini dan apartemen ini milik keluargaku? apa kamu tidak percaya? kamu bisa tanyakan pada keamanan disini siapa aku sebenarnya." Kata Alvian, pemilik yang sebenarnya pemilik apartemen dan dirinya membeli dengan nama orang lain. agar keluarganya tidak curiga jika dirinya memiliki apartemen.

Alvian memasuki mobil mewah miliknya. dirinya benar-benar sial hari ini, setelah pertengkaran dengan sang Mama dirinya harus bertemu dengan wanita yang berapa kali bertemu dan belum lagi menghadapi sifat manja sang istri yang benar-benar membuat dirinya berada di antara orang-orang yang menyebalkan.

Aziza memasuki mobil miliknya, meskipun mobilnya tidak semewah milik Alvian namun masih layak untuk di pakai.

Aziza melajukan Kendaraannya dengan kecepatan rata-rata di jam seperti ini jalanan masih macet mengingat malam ini adalah malam minggu dimana anak muda akan berkencan dengan kekasihnya.

Tiga puluh lima menit dirinya telah sampai di rumah besar milik Siska, kebanyakan orang akan melakukan pesta di malam hari namun tidak dengan Siska dirinya mengadakan pesta menjelang pukul tujuh malam.

Aziza di sambut hangat oleh keluarga Siska, mereka menganggap Aziza seperti anaknya sendiri.

"Selamat sore Om, Tante.q" Aziza memeluk mereka bergantian.

"Sore sayang, apa kabarmu hari ini?" Ratna yang sudah menganggap Aziza adalah putrinya, tanpa membeda-bedakan kasih sayang di antara mereka berdua.

"Kabar Aziza baik Tante, dimana Siska apa dia masih berada di kamarnya Tante?" Aziza melihat sekeliling ruangan namun sosok Siska tidak nampak di antara para tamu.

"Apa kamu tidak lupa jika Siska melakukan segala sesuatunya harus sempurna nak?" Mereka tertawa mengingat kelakuan Siska yang selalu berpenampilan sempurna, walau berujung tidak sesuai keinginannya.

"Aziza temuilah Siska di kamarnya, suruh dia segera turun para tamu sudah berdatangan." kata Ratna.

"Baiklah Tante, Aziza pergi dulu." Baru melangkahkan kakinya terlihat Siska menuruni tangga dengan anggunnya.

Siska adalah anak tunggal dari keluarga kaya namun Siska memiliki perusahaan sendiri selain perusahaan dari keluarganya dirinya adalah pemilik Klub ternama di ibu kota. di balik kepandaiannya mengelolah usahanya dirinya adalah gadis yang manja dan mudah merajuk, sifat yang dimilikinya hanya orang tertentu yang mengetahuinya. di mata para karyawannya dirinya seorang pemimpin yang tegas dan baik.

"Aziza kamu sudah datang, kenapa tidak menemuiku di kamar hah?" Siska berlari kecil mendekati Aziza yang tengah berdiri di ruang tamu.

"Tadinya aku mau menemui mu di kamar, tapi kamu sudah turun." Aziza menjawab pertanyaan Siska setelah mereka melepas pelukannya.

"Kamu sudah bertemu dengan Mama sama papa mereka mencari mu. mereka takut sesuatu terjadi denganmu." Kata Siska.

"Aku sudah menemui Tante, sekarang ayo sebentar lagi acara potong kue bukan? jangan lupakan untuk meniup lilin yaaa hahaha .." Aziza menggoda Siska yang tidak pernah melupakan acara tiup lilin dan di nyanyikan lagu happy birthday, membuat Aziza tertawa terpingkal-pingkal.

"Aziza awas ya aku akan memukulmu!!" Mereka saling berlarian tawa mereka memenuhi ruang tamu. mereka tidak peduli para tamu melihat sikap kekanakan mereka berdua namun mereka kagum melihat dua wanita cantik yang sudah dewasa tidak malu menjadi pusat perhatian para tamu undangan.

"Sudahlah aku lelah mengejar mu Aziza!!" Seru Siska mengatur nafasnya dirinya benar-benar lelah mengejar Aziza, meskipun Aziza memakai high heels namun tidak membuatnya kesulitan berlari.

"Baru lari sebentar kamu sudah lelah seperti itu Siska, kamu harus banyak berolahraga. jika tidak aku pastikan dirinya tidak akan mampu melangkah hahaha .." Aziza terus menggoda Siska yang terlihat ngos-ngosan setelah berlari mengejarnya.

"Berhenti menggoda ku Aziza!!" Siska mengerucutkan bibirnya, saat Aziza tidak henti-hentinya menggodanya.

"Sudah-sudah kalian ini, seperti anak kecil saja. apa kalian tidak malu banyak tamu yang melihat kelakuan kalian." Ratna mendekati dua gadis yang tertawa terpingkal-pingkal tanpa ada rasa gengsi, mereka berhenti tertawa setelah dua-duanya melihat seorang pria yang bertubuh tegap tengah berjalan ke arah mereka. dia adalah Marco kekasih Siska.

"Happy birthday sayang." Marco mencium kening Siska di hadapan Aziza dan Ratna. orang tua Siska telah memberikan lampu hijau pada putrinya.

"Terima kasih sayang." Siska membalas mencium pipi Marco. dirinya telah lama menjalin hubungan bahkan dirinya akan melangsungkan pertunangan terlebih dahulu.

"Aziza apa kabar?" Marco menjabat tangan Aziza. lelaki dengan tinggi Seratus tujuh puluh dua menyapa dengan lembut.

"Kabar ku baik, Marco. Siska cepatlah kesana apa kamu ingin malam ini aku tidak bekerja?" Kata Aziza menatap Siska yang bergelayut manja pada sang kekasih.

"Baiklah, ayo." Mereka kini berada di taman samping rumah yang di sulap menjadi tempat pesta. acara memotong kue pun telah usai, dari banyaknya tamu di acara pesta ulang tahun Siska. sosok wanita yang tidak lagi muda diam-diam menatap Aziza namun dirinya tidak ada keberanian mendekati gadis cantik itu. di penghujung acara pesta ulang tahun Siska, tibalah Marco memberikan kejutannya.

Tanpa sepengetahuan Siska dirinya telah menyiapkan cincin berlian yang dia selipkan di jari manis sang kekasih.

"Siska, maukah kamu menjadi istriku?" Tanya Marco.

Siska yang terkejut namun dirinya tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. tanpa berfikir untuk kedua kalinya, Siska dengan lantang menjawabnya.

"Ya, aku mau." Kata Siska dengan suara lantang, membuat para tamu undangan bertepuk tangan pad dia sejoli yang ada di atas panggung kecil.

Aziza mendekati mereka, mengingat dirinya akan bekerja.

"Siska, Marco selamat untuk kalian dan Siska ini hadiah untukmu." Aziza mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Siska membuka kotak kecil yang di berikan Aziza padanya.

Alangkah bahagianya dirinya mendapatkan sebuah kalung yang lama dia inginkan.

"Aziza bagaimana kamu bisa mendapatkan ini? bahkan berapa kali aku memintanya tapi mereka bilang sudah tidak ada." Dengan wajah sendu dan bahagia Siska menceritakan semuanya pada Aziza.

"Aku sudah lama membelinya Siska, hanya menunggu kamu ulang tahun dan sebagai hadiah istimewa untukmu." Sahut Aziza.

"Terima kasih Aziza, saudaraku." Siska mencium pipi Aziza berulang kali. membuat jenggah Aziza.

"Berhenti menciumiku Siska, lihat kekasihmu bahkan merasa jijik melihatmu seperti ini." Siska tersenyum malu, dirinya benar-benar bahagia saat Aziza menghadiahkan kalung yang lama menjadi incarannya.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam Aziza saat ini berada di sebuah Club ternama di ibu kota. disinilah sosok Aziza berubah, jika di kehidupan sebenarnya Aziza memiliki sifat yang cetas-cetus namun sangat hangat disini sebaliknya dirinya menjadi seorang yang dingin. Aziza memakai pakaian yang terlihat dikit terbuka, dengan mengunakan dress yang ketat membuat lekuk tubuhnya yang tinggi ramping terlihat. rambutnya yang bergelombang dia biarkan tergerai.

dirinya bersiap untuk memulai menjadi seorang DJ topeng makeup yang tebal menutupi wajahnya yang asli bahkan mereka tidak mengenali siapa Diva dan siapa Aziza.

Gemuruh tepuk tangan terdengar saat aziza yang terkenal dengan nama Diva memulai memainkan alat musik di depannya.

"Waahh... akhirnya hari ini, aku benar-benar beruntung bisa melihat Diva. dia benar-benar misterius. Samapi detik ini tidak ada yang melihat wajah aslinya." Seru berapa pengunjung klub malam

"apakah kamu ingin mendekatinya?" Kata salah satu laki-laki yang ada di sampingnya.

"Tentu, siapa yang tidak ingin mendekatinya." mereka saling tertawa, namun tatapan matanya tidak lepas dari sosok Aziza atau Diva.

"Aku, akan pasti bisa melihat wajahnya aslinya. dan kamu tetap di sini aku akan menunggunya jik perlu kau pulang saja." Kata laki-laki yang kini menyeringai saat melihat kearah Aziza.

avataravatar
Next chapter