1 1. Mencintai Pekerjaan.

Aziza gadis cantik yang kini, bekerja di sebuah Club malam milik temannya. Siska adalah teman satu-satunya yang mengenal Aziza lebih dari siapapun namun juga tidak mengerti siapa Aziza sebenarnya. dirinya mengerti jika Aziza seorang yatim-piatu yang di besarkan oleh bibinya. namun pada saat Aziza akan lulus sekolah. sang Bibi meninggal karena usianya yang sudah tua.

"Aziza, apa kamu tidak ada kegiatan lain hari ini? jika tidak bisakah kamu mengantar ku ke mall?" Kata Siska merayu Aziza untuk menemaninya berbelanja.

"Hari ini aku tidak ingin kemana-mana. pergilah sendiri kalau tidak ajaklah kekasihmu." Jawab Aziza dengan malas.

"Dia sibuk, tidak sempat mengantar ku pergi. ayolah Aziza aku mohon," Siska terus membujuk temannya yang sangat sulit jika di ajak keluar dari Apartemennya selain bekerja. bosan mendengar rengekan Siska, terpaksa Aziza mengiyakan ajakan sang sahabat.

"Baiklah, dua jam aku menemanimu Siska. jika lewat dari itu aku akan pergi!" Seru Aziza dari dalam kamar mandi.

"Oke!! sayang aku anji!!" Siska berjingkrak penuh kemenangan setelah bersusah payah merayu sahabatnya.

"Tunggu disini, aku akan Menganti baju." Kata Aziza, keluar dari kamar mandi.

"Baiklah nona cantik, aku akan bersabar menunggu mu!!" Sahut Siska tigak kalah seru dari sahabatnya.

Aziza memasuki kamar pribadinya yang rapih dan bersih, Aziza adalah gadis yang menyukai kebersihan. sehingga tidak nampak satu barang yang tidak terpakai tergeletak di sembarang tempat.

Lima belas menit Aziza keluar dari kamar, dengan memakai setelan celana jeans berwarna hitam dan kaos oblong berwarna merah muda dan blazer berwarna hitam. rambutnya yang di sanggul asal membuatnya terlihat santai dan kecantikannya yang semakin terpancar.

"Ayo kita pergi!" Aziza melewati kursi yang di duduki oleh Siska.

"Tunggu Aziza, apa kamu akan pergi dengan penampilan seperti ini?" Siska menatap penampilan Aziza dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan kembali lagi sampai ke ujung kepala.

"Ada apa dengan penampilan ku Siska?" Tanya Aziza.

"Lihat wajahmu?" Jawab Siska, menunjuk kearah wajah Aziza.

"Jika yang kamu maksud aku harus memakai makeup? buang jauh-jauh dari pikiranmu Siska." Kata Aziza.

"Ayo kita berangkat, aku tidak akan mempermasalahkan penampilanmu Aziza!" Seru Siska, pada akhirnya Siska tidak ingin sahabat satu-satunya yang tidak menyukai makeup dan hanya bekerja wajahnya tersentuh makeup. dan Aziza memiliki alasan, dirinya tidak ingin orang lain mengenali siapa dirinya yang sebenarnya.

"Itu bagus Siska. jika tidak maka acara mall hari ini akan batal dan aku berakhir di tempat tidur." Kata Aziza, keluar dari apartemennya di ikuti oleh Siska di belakangnya. mereka masuk kedalam life menuju lantai dasar.

"Aziza apa kamu tidak ingin memiliki kekasih seperti aku? lihatlah dirimu. kamu sangat cantik, bahkan kecantikan yang aku miliki tidak apa-apa denganmu? dan banyak laki-laki yang menyukai dirimu dan mereka rela melakukan apapun untuk mendapatkan dirimu. kenapa kamu menolaknya?" Tanya Siska.

"Memiliki kekasih, akan membuang-buang energi dan emosi. aku tidak ingin tujuan hidupku berakhir dengan air mata Siska. aku mencintai pekerjaanku saat ini. hanya itu yang ada dalam pikiranku." Sahut Aziza tanpa menoleh pada Siska yang berada di belakang kemudi.

"Aziza, apakah kamu tidak memiliki, pria idaman? maksudku tidak dalam pikiranmu sosok pria yang bisa membuatmu jatuh cinta?" Pertanyaan Siska, tidak mendapatkan respon apapun dari Aziza. baginya cinta hanya membuang waktu dan pikiran dan dirinya tidak ingin merasakan jatuh cinta. mobil memasuki basement Aziza yang lebih dulu keluar dari mobil.

"Aziza, apakah kamu?" Siska yang ingin tahu alasan sang sahabat yang tidak ingin jatuh cinta, membuatnya berfikir jika sang sahabat tidak menyukai mahluk yang bernama laki-laki.

"Apa yang kamu pikirkan? aku wanita normal memiliki impian, menikah dengan pria yang aku cintai dan memiliki anak. apa jawaban dari ku memuaskan Siska?" Jawab Aziza cetus. membuat Siska terkekeh.

"Lalu apa kamu sudah mendapatkan pria itu?"

Aziza tidak lagi menjawab pertanyaan dari sahabatnya. dirinya benar-benar malas jika terus meladeni Siska. Aziza meninggalkan Siska yang masih berada di dalam mobil Lamborghini merah milik Siska.

"Apa kamu akan terus menatapku seperti itu Siska?" suara dingin dari Aziza membuat Siska tidak lagi memandang wajah Aziza, dan memilih mengekor Aziza yang lebih dulu pergi.

"Aziza bagaimana kalau kita makan dulu?" Tanya Siska.

"Tidak sekarang. sebaiknya kamu belanja lebih dulu? aku tidak ingin mengelilingi Mall dengan perut kenyang," Jawaban Aziza cukup jelas dan sangat di pahaminya.

Aziza memasuki butik ternama, namun dirinya lebih memilih untuk duduk di sofa yang tersedia di dalam butik. membiarkan Siska yang sibuk dengan gaun-gaun rancangan ternama.

"Aziza lihat gaun ini, menurutmu apakah cocok dengan tubuhku?" Tanya Siska, memperlihatkan gaun yang ada di tangannya pada Aziza.

"Kenapa tidak kamu coba dulu?" Sahut Aziza datar.

"Oke, aku akan mencobanya." Aziza memandang punggung Siska hingga menghilang di balik tirai. tidak lama dirinya kembali melihat majalah fashion yang tersedia di atas meja.

Di ruang yang tidak jauh dari Aziza. seorang Pria tengah menunggu gaun yang di pesannya. Reivan Alvian Radityatama.

Dirinya ingin memberikan kejutan pada sang istri, hari ini adalah hari yang spesial untuk mereka berdua. dimana hari ini bertepatan dengan hari Anniversary yang ke Lima tahun. pernikahan dirinya dengan sang istri.

"Tuan Alvian ini pesanan Anda," Sabilla memberikan paper bag berisi gaun mewah kepada Alvian.

"Terima kasih Sabilla, tidak salah kamu bisa mengembangkan butikmu sampai ke mancanegara, lihatlah rancangannya sungguh indah, istriku pasti akan menyukainya." Kata Alvian, Sabilla adalah teman SMA Alvian mereka berteman hingga saat ini.

"Jangan memujiku berlebihan seperti itu Alvian, bisa-bisa aku akan terbang ke angkasa," Sabilla tidak dapat menahan tawanya saat Alvian memujinya.

"Aku bicara sesungguhnya Sabilla. Oke, aku harus pergi sekarang terima kasih atas bantuan mu. Sabilla." Kata Alvian.

"Dengan senang hati aku akan membantumu Alvian." Sabilla mengulurkan tangannya pada sang sahabat Alvian.

"Aku pergi dulu, istriku telah menungguku di rumah." Alvian keluar dari ruang kerja Sabilla. saat memasuki ruang tunggu dirinya tanpa sengaja melihat Aziza yang tengah duduk dengan tenang, tanpa berniat untuk menatapnya lebih dalam lagi. Alvian melewatinya begitu saja.

"Aziza bagaimana menurutmu?" Siska memutarkan tubuhnya agar Aziza bisa menilai gaun yang dia kenakan.

"Bagus, warnanya cocok denganmu." Kata Aziza.

"Aku akan mengambil gaun ini," Siska kembali ke dalam ruang pas dan mengganti dengan gaun yang lainnya.

"Waktu belanja mu tinggal satu jam lagi Siska. pergunakan waktu sebaik mungkin." Kata Aziza.

Siska menghentikan langkahnya dirinya benar-benar di buat kesal oleh Aziza. namun dirinya tidak bisa menolaknya, tanpa adanya Aziza dirinya tidak akan bisa membeli gaun yang telah lama menjadi incarannya.

Siska menghilang dari hadapan Aziza untuk melepas gaun yang dicobanya.

Menunggu lebih dari satu jam membuat Aziza merasa tenggorokannya sangat kering, sehingga Aziza memutuskan pergi ke restoran yang tidak jauh dari butik. Aziza meninggalkan butik dimana Siska yang tengah mencoba berapa gaun. di Restoran Aziza hanya memesan minuman tanpa berniat untuk makan, dan kembali lagi ke butik.

"Aziza kenapa kamu tidak memberitahuku jika kamu akan pergi kesini?" Aziza terkejut saat dirinya keluar dari restoran tiba-tiba Siska berdiri di depannya.

"Waktumu sudah habis Siska? aku memesan minuman kesukaanmu minumlah." Aziza memberikan minuman yang di belinya pada Siska, dan memilih kembali ke dalam restoran dan duduk menghadap pintu restoran dirinya tidak ingin Siska, membrondong pertanyaan padanya sehingga Aziza memutuskan tidak memperhatikan Siska.

"Aziza bagaimana kalau kita pesan makanan, aku sangat lapar? kamu pesan apa Aziza?"

"Pesankan aku nasi dengan Ayam geprek super pedasnya." Sahut Aziza tanpa menoleh pada Siska.

"Oke!! cuma itu?" Tanya Siska.

Aziza menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Siska, aku pergi ke toilet sebentar." Kata Aziza, saat Siska beru berapa langkah meninggalkan meja yang mereka duduki. tanpa menunggu jawaban dari Siska. Aziza berdiri dari duduknya, menuju toilet yang berada di restoran. saat akan berbelok ke arah toilet wanita tidak sengaja dirinya bertabrakan dengan seorang.

BRUK !!!

"Aarrggh..." Jerit Aziza. tubuhnya mendarat dengan mulus di lantai. namun dirinya merasa jika tubuhnya tidak merasakan sakit dan, sepertinya bukan hanya dirinya yang terjatuh. Aziza memandang ke arah samping dan pandangan matanya terkunci dengan manik hitam yang tajam kearahnya.

"Apa kamu tidak bisa melihat jalan hah? apa tubuhku ini masih tidak terlihat jelas olehmu?" Kata seorang pria dengan suara tegas. dan melepas tangannya yang menopang kepala Aziza. mereka berdua sama-sama terpelanting ke lantai hanya saja mereka jatuh saling tindihan sehingga Aziza tidak merasakan sakit.

"Seharusnya Anda kalau berjalan lihat jalur mana yang untuk masuk dan jalur mana untuk keluar? lihat anda memakai jalur masuk jadi siapa yang salah disini saya atau Anda Tuan?" Kata Aziza tidak kalah dingin. pria yang tidak lain Alvian memandang sekeliling dan benar yang di katakan Aziza jika dirinya berada, di jalur masuk yang dia gunakan untuk keluar.

"Oke! maafkan saya nona, saya terburu-buru sehingga tidak memperhatikan jalur mana yang saya gunakan." Kaya Alvian, berdiri mengibaskan celananya yang sedikit kotor akibat terjatuh.

"Baiklah saya maafkan." Aziza meninggalkan Alvian yang masih membersihkan celana.

"Tunggu!!" Alvian yang tanpa sengaja melihat Aziza berjalan dengan menahan sakit. segera menghentikan langkahnya.

"Bagaimana kalau kita ke Dokter? aku lihat kamu kesakitan saat berjalan?" Alvian menatap wajah anggun Aziza. entah kenapa dirinya merasa tidak asing dengan gadis di depannya.

"Tidak perlu, ini hanya sedikit linu. nanti juga sembuh sendiri." Kata Aziza, yang baru menyadari jika pergelangan kakinya merasakan linu. Aziza memerhatikan pria yang depannya yang menyebutkan dirinya denah alat aku dan kamu.

"Apa kamu yakin?" Alvian menyakinkan gadis yang berada di depannya.

"Hum, sangat yakin, saya permisi dulu Tuan." Aziza membalikan tubuhnya ke arah toilet wanita yang tidak jauh dari posisi mereka berdiri saat ini.

avataravatar
Next chapter