3 Bab 3 "BETINA JANTAN"

HAI SEMUANYA... UP LAGI GUYS. SEMOGA SUKA YA... WEHEHEHE...

HAPPY READING GUYS...

Zia dan teman-temannya pergi ke kafe milik orang tua Denis. Mereka akan mengerjakan tugas bersama. Di kafe itu banyak para artis Production House milik orang tua Denis berada di sana karena memang kafe itu di bangun di lingkungan Production House.

Zia, Kia dan Puput lebih dulu pergi ke ruangan tempat biasanya mereka berkumpul sedangkan Denis sedang memesan minuman dan makanan untuk mereka berempat mengerjakan tugas dan juga bergibah. Ketika Denis membalikkan pesannya setelah menginput makanan apa saja yang ia pesan, Denis di buat terkejut dengan seorang wanita di hadapannya ini.

"Eh, Denis. Udah lama tidak bertemu, ya," ucap wanita itu seraya tersenyum.

"Ah, iya mbak," jawab Denis dengan suara yang macho. Jangan salah, di kampus dan lingkungan pertemanan Denis agak lentik. Tetapi berbeda jika di lingkungan pekerjaan orang tuanya dan lingkungan keluarganya.

Dia akan mejadi seorang pria macho dengan suara bas yang begitu enak di dengar. "Lagi sama temen-temen?" tanya wanita dengan dres biru tali spagheti dan celana jensnya. Rambutnya hitam , panjang sepunggung dan rambut bergelombang.

"Iya, mbak. Ya udah ya mbak, aku mau gabung sama temenku," ucap Denis seraya tersenyum manis dan segera menyusul teman-temannya yang sudah ke ruangan tempat biasanya mereka gunakan untuk berkumpul.

Ruangan itu terdapat ps4, meja billiard dan sofa yang bisa di buat untuk rebahan. Walau mereka lebih banyak perempuan tetapi mereka suka dengan permainan itu. Zia berjalan ke arah balkon yang ada di ruangan itu kemudian menatap pepohonan yang ada di depannya.

"Kesel banget tuh Zia pasti sama Fadgham," ucap Kia yang kini duduk di sofa seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan kakinya ia letakkan di atas meja depan sofa.

"Ya, tahu sendiri gimana Zia sama Fadgham. Lagian Fadgham tuh, hobi banget buat Zia darah tinggi. Sumpah ya, kejadian di rumah sakit itu masih buat gua kesel banget!" kesal Denis dengan suara ngondeknya.

"Sebenernya bukan Fadgham juga yang salah Zia juga salah—"

"Apa lo bilang?" tanya Kia yang langsung menegakkan tubuhnya menatap tidak suka Puput.

"Maksud aku, mereka berdua sama-sama salah. Fadgham yang masih sering ngajak ribut Zia dan Zia juga."

"Zia enggak salah, si Fadghmannya aja yang sering cari perkara sama Zia! Kadang hanya lewat aja dia cari perkara!" kesal Kia.

Suara ketukan pintu membuat Denis dan Puput mengalihkan pandangan mereka. Puput pun berjalan ke arah pintu. "Eh, Mput. Celana lo merah. Lo, lagi bocor ya?" tanya Denis seraya menatap celana Puput yang merah.

"Ah, serius?" tanya Puput seraya menolehkan kebelakang melihat bokongnya.

"Ah, sial!" maki Puput kemudian ia berjalan ke arah lemari yang ada di ruangan itu untuk mengganti celananya. Di lemari itu tersedia pakaian untuk mereka dan juga keperluan beberapa wanita.

Denis berjalan ke arah pintu kemudian ia membukakan pintunya. Pesanan Denis untuk teman-temannya pun datang. Pelayan meletakkan minuman pesanan Denis tadi di atas meja sofa. Setelah meletakkan pesanan minuman yang di pesan Denis, pelayan itu pun keluar.

Ruangan ini di bangun atas permintaan Denis sebagai tempat mereka berkumpul. Kia memberi kode pada Denis untuk memanggil Zia, dengan bibirnya yang menggerutu kesal Denis pun berjalan mendekati Zia.

"Zi," panggil Denis tetapi tidak ada sahutan dari Zia.

Denis kemudian memegang bahu Zia seraya memanggil nama Zia. "Den, gua butuh sandaran," ucap Zia dengan suara lirihnya tanpa menoleh ke arah Denis. Denis pun menarik tubuh Zia untuk masuk ke dalam pelukannya.

Denis termasuk pria yang tinggi, tinggi badannya 170 cm. Tubuhnya besar tetapi bukan otot. Perutnya langsing tidak buncit walau badannya besar karena dia tidak suka dengan perut buncit. Denis termasuk yang paling heboh jika perutnya menjadi sedikit buncit.

Denis memang pria lentik, namun pelukannya pada Zia membuat Zia menjadi nyaman. Di balaik wajah dingin Zia nyatanya Zia wanita yang lemah. Ia memiliki dua orang kakak laki-laki, tetapi tidak ada satupun kakaknya yang dekat dengannya. Ia pun memiliki ayah dan masih hidup, tetapi ayahnya hanya sibuk bekerja. Ia pun hanya dekat dengan ibunya dan saat ini ibunya sedang sakit.

Zia butuh sebuah sandaran dan pelukan hangat dari seorang pria. Selama ini ia merasa hanya mendapat pelukan hangat dari ibunya saja. Itu sebabnya Denis lah tempat ternyaman Zia ketika dirinya sedang seperti ini. Andai dia bisa berpacaran mungkin saja ia akan meminta pelukan itu pada pacarnya.

Namun, Zia tidak berpacaran. Ia bukan tidak bisa berpacaran karena papanya melarang tetapi, tidak ada pria yang mendekatinya karena apa adanya Zia. Kebanyakan dari meraka mendekati Zia hanya karena apa yang Zia miliki. Itu sebabnya sampai detik ini Zia belum memiliki kekasih. Terkahir ia menjalain hubungan saat kelas X12 SMA dan itu hanya bertahan 3 minggu karena Zia mengetahui apa yang di inginkan pria itu. Dari situlah Zia seperti membentengi dirinya untuk tidak termakan ucapan manis pria.

"Ziaku kuat kok, hum," ucap Denis seraya mengusap punggung Zia sayang. Zia tidak berkata ia hanya diam saja di dalam pelukan Denis. Kia dan Puput yang sudah selesai mengganti celananya pun hanya diam menatap Zia yang berada di dalam pelukan Denis.

Denis yang lentik bisa menjadi seorang pria yang melindungi ketiga teman wanitanya. Ia memiliki kakak perempuan itu sebabnya ia lebih nyaman jika berteman dengan seorang wanita. Denis lentik dan juga seorang gay, ia memiliki kekasih seorang pria. Zia dan Kia selalalu menasehati Denis, tetapi Denis tidak pernah mendengarkan ucapan mereka berdua.

Kia sampai bosan mengingatkan Denis, sampai akhirnya ia tidak pernah mengingatkan Denis lagi. Sedangkan Zia, sampai detik ini masih sering mengingatkan Denis. Dan ya, tanpa teman-temannya tahu Denis sudah pecah perjakanya bukan dengan kekasihnya tetapi dengan seseorang di masalalu. Denis sama sekali tidak pernah mengatakan hal ini pada teman-temannya. Dia malu dan takut jika teman-temannya menjauhinya, jadi Denis menyimpannya rapat-rapat jika dirinya sudah tidak perjaka lagi.

Puput dan Kia pun menghampiri Zia dan Denis. Denis masih setia memeluk Zia seraya mengusap punggung Zia. Kia dan Puput pun langsung memeluk tubuh Zia dan Denis bersamaan. Pelukan mereka bertumpuk, seperti teletubis yang berpelukan. "Gua enggak bisa napas," ucap Zia karena Kia dan Puput sengaja memeluk erat sehingga hidung Zia terlalu menempel ke dada Denis hingga kesusahan bernapas.

"Ya! kalian berdua!" teriak Denis dengan suara melambainya. Kia dan Puput langsung melepaskan pelukannya dan mereka tertawa. Zia terbatuk-batuk setelah terlepas dari pelukan Denis.

Serasa ia bisa bernapas lega lagi, Zia langsung menatap Kia dan Puput kesal. "Kabur! Betina jantan mau terkam!" teriak Kia dan langsung berlari. Zia pun langsung mengejar Kia dan Puput. Mereka seperti anak kecil yang sedang berkejar-kejaran.

Betina jantan, mungkin terdengar aneh. Sudah betina, jantan juga. Itu yang mereka sematkan pada Zia karena Zia tubuhnya wanita tetapi jika marah dia seperti lelaki. Zia berani menantang siapapun termasuk pria tinggi besar akan Zia lawan. Semasa SMA dulu saja, sudah banyak para pria yang tumbang dengan Zia. Bagaimana tidak tumbang jika kepalanya di benturkan kebatu, atau memukulkan botol di kepala lawannya.

Bahkan Zia pernah masuk penjara karena ikut tawuran. Hanya sebentar saja karena pengacar keluarganya langsung membebaskannya. Ada saja kenakalan yang Zia lakukan ketika SMA dulu, Semenjak kuliah saja kenakalannya sudah cukup berkurang. Ah, atau tambah menjadi karena Zia sering ikut balapan liar.

TBC...

YO YO YO GUYS.... GIMANA GUYS, MASIH GERSANG YA ... WKWKWKW... YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA JANGAN LUPA YA GUYS....

avataravatar
Next chapter