2 Bab 2 "TUDUHAN"

HAI SEMUANYA... UP LAGI GUYS.

SEMOGA SUKA YA... WEHEHEHE...

HAPPY READING GUYS...

Zia sedang berjalan ke parkiran bersama teman-temannya, hari ini ia dan teman-temannya mengendarai mobil Lamborghini Aventador berwarna putih, Kia berwana merah dan Dina atau Denis memakai Lamborghini berawarna orange. Puput satu mobil dengan Zia, ketika mobil Zia keluar dari parkiran ada sebuah motor Vespa berwarna biru yang menghalangi mobil Zia.

"Fu***! Breng***! Kenapa si gambar kadal lagi!" makinya mengumpat kesal.

Zia menurunkan kaca mobilnya kemudian melonggokkan kepalanya. "Woi! Gambar sialan! Lo mau gua tabrak?" tanya Zia dengan suara yang meninggi.

Orang yang ada di atas motor yang tidak lain adalah Fadgham itu tidak peduli sama sekali dengan Zia. Zia pun dengan kesal menekan-nekan klaksonnya. "Gambar sialan! Minggir woi!" maki Zia.

Fadgham pria itu kini menolehkan kepalanya menatap Zia dengan tatapan kesalnya. "Mata lo minta gua colok? Buruan minggir!" marah Zai dengan mata melototnya menatap Fadgham.

"Jalanan masih cukup lebar, apa mata lo buta?" tanya Fadgham karena memang jalanan masih cukup untuk mobil Zia lewat. Namun Zia yang malas menyingkir karena mobilnya baru dia mundurkan ingin langsung melaju tidak mau ke arah jalan lain atau Zia yang sedang mencari perkara dengan Fadgham.

"Udah Zi, ke jalan lain aja. Di sebelah sana masih lebar," ucap Puput seraya memegang pergelangan tangan Zia.

Zia memasukkan kepalanya kemudian menatap Puput dengan wajah kesalnya. Namun, setelah itu ia melajukan mobilnya berjalan ke sebelah kiri agar segera keluar. Ia mengeluarkan tangannya dari kaca mobil dan menunjukkan jari tengahnya yang di khususkan untuk Fadgham.

"Cewek bar-bar!" umpat Fadgham ketika melihat jari tengah yang Zia tunjukkan padanya.

Teman Fadgham menepuku pundak Fadgham. "Gham, Gham, lo tuh selalu berurusan dengan Zia. Lo enggak takut kena karma?" tanya Fajri Faturohim teman dekat Fadgham yang sedang berdiri di depan Fadgham.

"Dia yang dapat karma, anak manja sombong dan bar-bar kayak dia yang akan dapat karma!" ketus Fadgham menatap malas Fajri.

"Bukan karma itu, tapi karma jatuh cinta sampai mati sama Zia."

"Dih, najis jatuh cinta sama cewek manja, songong dan bar-bar kayak dia. Amit-amit banget. Huek!" ucap Fadgham yang seoah-olah akan muntah.

"Awas ya, kalau lo sampai jatuh cinta lo harus teriak di kampus lo jatuh cinta sama Zia."

"Enggak akan gua lakuin hal bodoh itu!" ketus Fadgham.

"Kalau lo beneran jatuh cinta. Berani enggak lo lari-lari keliling kampus dan bilang lo cinta Zia."

"Berani!" jawab Fadgham mantap.

"Saksi ya lo semua," ucap Fajri menatap ke empat temannya yang sedang berada di situ seraya menjabat tangan Fadgham.

"Siap!" jawab semua temanya itu serentak.

Zia membawa mobilnya dengan kecepatan cepat membuat Puput memegang seatbeltnya kuat. Ia tahu Zia sedang marah saat ini. Dirinya tahu bagaimana Zia begitu membenci Fadgham, apalagi hanya Fadgham pria yang berani melawannya. Semua pria di kampus selalu datang menghampiri Zia untuk di gombali ataupun hanya diam memandang Zia. Tidak seperti Fadgham yang bersikap berbeda dari pria-pria di kampus itu.

Bahkan teman-taman Fadgham hanya berani ketika ada Fadgham, jika tidak ada Fadgham mereka hanya menatap sinis atau hanya diam saja ke arah Zia dan teman-temannya. Zia sendiri tidak mengganggu teman-teman Fadgham jika mereka hanya berdua atau sendirian saja. Selagi tidak mengusik tepat di depannya Zia dan teman-temannya tidak akan mengusik.

Inilah hal yang baik dari sisi Zia dan teman-temannya. Mereka berlagak sombong tetapi tidak pernah menindas orang-orang di bawah mereka. Mereka juga membantu orang-orang yang sedang di bully di hadapan mereka. Walau ia tidak tahu apa urusannya, mereka akan turun tangan untuk mengurus para pembully.

Sudah sekitar satu tahun setengah ini baik Zia dan Fadgham sama sekali tidak ada yang mau berbaikan terlebih dahulu. Setiap bertemu, pasti ada saja keributan di antara mereka. Jika kata orang benci jadi cinta, sepertinya kata itu tidak ada di antara mereka berdua. Karena sudah satu tahun setengah tetapi tidak ada tanda-tanda jika mereka akan berbaikan.

Bahkan sinyal-sinyal kebencian itu semakin bertambah seiring kesalahpahaman di antara mereka bertambah. Seperti contohnya beberapa hari yang lalu ketika Zia sedang pulang ke rumah ia tidak sengaja menbrak mobil angkot orang tua Fadgham. Fadgham marah-marah di rumah sakit karena akibat kecelakaan itu membuat ayah Fadgham harus beristirahat beberapa hari.

Keadaan Zia hari itu sedang mengantuk karena ia yang tidak memiliki waktu istirahat karena menemani mamanya di rumah sakit. Ia benar-benar tidak sengaja tetapi Fadgham menunduh Zia sengaja melakukannya. Zia padahal sudah meminta maaf pada ayah Fadgham, tetapi Fadgham tetap saja mengatakan jika Zia hanya wanita yang sok baik padahal hatinya busuk.

"Lo memang wanita bar-bar ya, enggak cukup lo itu ngerusuhin gua di kampus?" tanya Fadghma dengan sorot mata marahnya menatap Zia.

Saat itu mereka sedang berada di lorong rumah sakit yang sudah sepi karena sudaha pukul 9 malam. Jam besuk pun sudah usai dari jam 7 malam, jadi wajar jam segini rumah sakit sudah sepi.

"Gambar sialan! Mau lo apa, hah?" tanya Zia kesal seraya mendorong tubuh Fadgham menjauh.

"Lo yang sialan! Karena nyangkut pautin orang tua gua sama masalah kita! Lo marah kan, karena gua udah buat lo malu di depan anak-anak kampus?" tanya Fadgham dan semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Zia.

"Semarah-marahnya gua, gua enggak pernah masukin orang tua ke dalam kemarahan gua. Kecuali orang tua itu udah buat gua marah!" tegas Zia seraya menatap tajam ke manik mata Fadgham.

"Halah! Gua yakin angkot ayah gua ngehalangi mobil lo jadi lo tabrak angkot ayah gua kan! Udah deh lo, enggak usah ngelak. Gua tahu kelakuan busuk lo itu!" ucap Fadgham dengan nada merendahkan dan tatapan mata mencemooh.

"Arjun Fadgham!" teriak Zia dan sorot matanya begitu tajam menatap Fadgham.

Seburuk-buruknya Zia, ia masih menghargai orang yang lebih tua. Di jalanan ketika macet ataupun lenggang ia tidak akan marah-marah jika ada kendaraan yang menghalangi jalannya. Ia mungkin hanya menggerutu kesal tetapi tidak sampai ia memuntahkan keluar makiannya itu pada orang di jalanan karena namanya jalanan pasti seperti itu. Kalau mau tidak ada orang yang berada di jalanan, buat saja jalan sendiri.

Kia dan Denis yang baru saja berlari dengan terburu-buru untuk segera menghampiri Zia karena tadi mereka mendapatkan telephone itu pun segera bergegas menemui Zia di rumah sakit. Mereka terdiam dengan teriakan Zia. Teriakan yang mereka dengar adalah teriakan kemarahan dari Zia sehingga mereka langsung terdiam.

"Denger Arjun Fadgham, kuping lo buka lebar-lebar! Gua sama sekali enggak bermaksud buat sengaja nabrak bokap lo. Ini murni faktor gua yang mengantuk, bukan karena gua sengaja. Dan denger, gua akan ganti rugi semunya. Dari pegobatan, perbaikan mobil dan uang hasil bokap lo ngangkot bakalan gua ganti!" tegas Zia kemudian ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.

Melihat Zia yang datang ke arah mereka Denis dan Kia pun segera menghampiri Zia. "Zi," panggil Denis dan Kia bersamaan.

"Tolong bantu urus bokapnya, gua mau pulang," ucap Zia seraya terus berjalan tanpa menghentikan langkahnya.

"Zi!" panggil Denis karena langkah Zia yang cepat. Kia pun memegang pergelangan tangan Denis yang terlihat bersedih melihat Zia yang seperti itu.

"Kasih Zia waktu," ucap Kia dan Denis pun hanya menatap punggung Zia yang mulai menjauh.

TBC...

YO YO YO GUYS.... GIMANA GUYS, MASIH GERSANG YA ... WKWKWKW... YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA JANGAN LUPA YA GUYS....

avataravatar
Next chapter