1 Pagi Yang Mengejutkan

Dering nada alarm terus saja berbunyi dari ponsel yang terletak di atas sebuah nakas dalam ruangan yang bernuansa abu-abu dengan interior senada ini. Keributan yang disebabkan oleh ponsel tersebut, ternyata sama sekali tidak dapat membuat wanita yang kini tengah terbungkus rapi dalam selimutnya itu membuka matanya dan segera beranjak.

Hanya sebelah tangannya saja yang dikeluarkan dari dalam selimut dan mencari-cari di mana letak ponselnya. Terlihat dengan sangat jelas bagaimana wanita itu sangat lihai mengusap layar ponselnya sehingga dering tersebut mati dengan sendirinya saat dia telah berhasil meraih ponselnya.

Mungkin saja ini sudah ribuan kalinya dalam satu bulan ini dia melakukan hal yang sama. Setiap hari sama sekali tidak ada niat dalam dirinya untuk membuka mata dengan cepat dan segera beranjak dari ranjangnya. Namun, realita yang harus dihadapinya tidak dapat membuatnya bisa bermalas-malasan lagi.

"Ah, sial ...." Wanita ini mengumpat dari balik selimut. Kedua matanya sangat susah untuk dibuka, sementara otaknya telah memerintahkan dirinya untuk segera beranjak dari tempat tidurnya.

"Aku bahkan merasa hanya tidur beberapa jam!" gumamnya. Dia segera mencoba untuk membuka matanya perlahan. Digerakkannya tubuhnya itu agar bisa segera merespon perintah otaknya.

Wanita ini sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata ketika dia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya, kedua matanya mendadak terbuka dan terbelalak melihat fakta yang ada.

"What the ...!" Wanita ini terperanjat. "Arrrrghhh ...." Dia berteriak lantang.

Dengan segera dia menarik selimutnya dan menutupi tubuh bagian atasnya. Hal yang dilihatnya saat ini benar-benar ada di luar nalarnya. Dia sama sekali tidak bisa mengendalikan diri untuk terus berteriak sehingga membuat sosok pria yang kini tengah terbaring di sampingnya mau tidak mau membuka mata.

"Hei, gadis bodoh, hentikan teriakanmu atau aku akan membungkam mulutmu lagi seperti semalam!" ujar pria itu. Pria itu bahkan tidak membuka dengan benar kedua matanya, dia lantas memejamkannya kembali.

Wanita itu kemudian menutup mulutnya ketika mendengar ancaman yang dilontarkan oleh pria tadi. Dia kemudian merapikan rambutnya yang masih berantakan kemudian kembali menarik selimutnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Lionel?!" pekik wanita cantik berambut coklat keemasan itu.

Dilihatnya dengan jelas bagaimana tubuh Lionel yang saat ini tidak mengenakan sehelai benang pun. Walau tubuhnya terlihat sangat berkilauan karena terkena biasan sinar mentari pagi, hal ini sama sekali tidak membuat wanita ini merasa terpesona. Justru dia merasa sangat kesal karena ternyata pria ini tidak menggubrisnya.

"Lionel!" teriaknya kembali. Dia lalu menendang pria itu dengan satu kakinya seakan merasa sangat jijik. "Cepat bangun dan pergi dari sini!" imbuhnya. Bahkan kali ini teriakannya terdengar lebih lantang.

Pria ini menggeliat karena terus saja mendapat serangan dari wanita yang saat ini sedang menutup tubuh tanpa busananya dengan selimut.

"Fiona, bisa tidak kamu sedikit lebih tenang dan jangan terlalu berlebihan seperti itu?" ujar pria bernama Lionel itu.

Wanita bermanik mata biru bak samudra lepas itu terlihat menggigit bibir bawahnya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia tidak bisa berkutik hanya karena mendengar ucapan pria itu.

Dia kemudian memegang kepalanya dan mencoba untuk menenangkan diri. Saat ini situasinya benar-benar diluar kendalinya. Apalagi ditambah dengan sikap Lionel yang sepertinya tidak terlalu mempedulikan kepanikannya.

"Kamu benar-benar keterlaluan, Lionel!" pekik Fiona. Wanita yang masih menggigit bibir bawahnya ini merasa sangat ingin segera mencabik-cabik tubuh pria itu.

Walaupun tubuh Lionel terlihat sangat kekar dan juga penuh dengan otot-otot yang sangat seksi, tetapi sepertinya wanita bernama Fiona ini tidak terlalu mempedulikannya. Baginya asal bisa meluapkan dan menyalurkan emosinya dengan cara yang tepat, dia sudah merasa sangat puas.

Sayangnya, semua itu hanya ada dalam angan-angannya saja. Dia bahkan tidak berani untuk menyentuh tubuh Lionel, apalagi harus mencabik-cabiknya. Sangat mustahil.

"Hey, kenapa kamu diam saja? Apa kamu sekarang sudah sadar sepenuhnya dari mimpimu?" tanya Lionel dengan nada yang terdengar mengejek. Dia bahkan belum membuka kedua matanya saat mengatakan hal itu.

Fiona sama sekali tidak menyahut. Dia saat ini memang benar seperti apa yang dikatakan oleh Lionel, baru menyadari situasi yang dihadapinya.

Situasinya kini benar-benar tidak menguntungkan baginya. Fiona harus bisa menarik napasnya panjanga dan menghembuskannya lagi agar bisa rileks dan temamg.

Akan tetapi, wanita ini sekarang sedang mengumpat dalam hatinya, dia sama sekali tidak menyukai bagaimana sikap dari pria tampan dengan rahang tegas di sampingnya ini. Pria itu bahkan sukses untuk mengejeknya sekali pun kedua matanya sedang terpejam.

"Kamu menyebalkan! Sialan!" gumam Fiona mengumpat.

"Katakan sekali lagi dengan keras, Baby! Jangan mengumpat dengan berbisik seperti itu! Aku bahkan tidak bisa dengan jelas mendengar suaramu!" Lionel yang masih terpejam ternyata terus saja melontarkan kalimat provokatif pada Fiona.

Fiona terkejut karena ternyata Lionel mendengar apa yang baru saja dikatakannya. Tentu saja jika sanggup, sebenarnya Fiona ingin berteriak dengan lantang di telinga pria itu menggunakan umpatan-umpatan yang ada dalam hatinya.

Sayangnya, lagi-lagi itu hanya sebuah ilusi. Fiona tidak seberani itu untuk melakukannya meskipun sangat ingin.

Wanita cantik bertubuh sintal itu kemudian menatap lekat ke arah Lionel. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia dan pria itu akan berada dalam satu ranjang yang sama.

Entah hal apa yang merasukinya semalam, sehingga pagi ini dia terbangun dengan penuh penyesalan dan juga rasa marah yang bertubi-tubi. Ya, walaupun dia sama sekali tidak bisa mengungkapkannya secara terang-terangan kepada Lionel.

"Fiona!" panggil Lionel. "Kamu jangan melamun seperti itu. Apa kamu tahu apa akibatnya kalau kamu melamun? Wajahmu menjadi sangat jelek!" ucap Lionel santai. Pria ini dengan tanpa berpikir panjang lantas mendekati Fiona.

"Jangan mendekat! Kamu benar-benar membuatku kesal, Lionel!" hardik Fiona. Dia lalu melemparkan sebuah bantal ke tubuh polos Lionel seakan memberikan jarak di antara mereka.

Lionel sama sekali tidak mempedulikan perintah dari wanita yang sedang marah itu. Justru saat ini pria itu merasa sangat tertantang untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Fiona.

Bantal yang dilemparkan oleh Fiona itu kemudian dilempar kembali ke arah wanita cantik dengan lesung pipi itu. Rupanya Lionel sangat ingin melihat bagaimana ekspresi kesal yang akan diperlihatkan oleh Fiona.

"Kamu benar-benar ...." Belum sempat Fiona menyelesaikan ucapannya, Lionel telah membungkam bibir wanita itu dengan kecupan kilatnya.

Spontan Fiona menutup bibirnya dengan kedua tangannya saat Lionel telah selesai mengecupnya. Bahkan secara refleks wanita ini kembali menggigit bibir bawahnya.

Kekesalannya kepada Lionel terlihat semakin besar. Apalagi pria ini terus saja melakukan tindakan-tindakan yang memancing amarahnya. Seperti ciuman tadi.

Jika saja pria yang mengecupnya tadi adalah orang lain dan bukan Lionel, mungkin Fiona tidak akan semarah ini. Sayangnya, ternyata pria ini adalah pria yang sangat dibenci oleh Fiona selama bertahun-tahun.

"Jangan bersikap berlebihan seperti itu, Fiona. Apa kamu tahu kalau semakin kamu marah maka kamu akan semakin jelek?" ejek Lionel. Pria itu kini justru menarik selimut yang menutupi tubuh Fiona.

"Lionel!" pekik Fiona. Wanita ini kemudian merebut kembali dengan cepat selimut yang ditarik oleh Lionel dan menutupi tubuhnya.

Lionel tersenyum usil. "Kenapa kamu malah menutupi tubuh indahmu dari suami tercintamu ini, Sayang?" ujar pria tampan bermanik mata coklat itu dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya.

*****

avataravatar