80 Oh Veronica (2)

Seorang perempuan pengantar makanan keluar dari lift dan berjalan ke meja sekretaris dan meletakkan kotak kue di meja.

Lalu si pengantar makananan melirik pintu ruangan Marco yang terbuka lebar, dengan mengendap-endap dia mengintip dan melihat seorang pria tampan sedang berkutat di depan komputer dengan wajah hitam.

Si pengantar makanan meluruskan punggungnya, merapikan bajunya, memakai masker dan membenamkan kepala dalam topi, lalu dia melangkah masuk sambil menenteng kotak bekal makan siang.

"permisi pak, ini pesanan makan siangnya" kata pengantar makanan itu dengan mengubah suaranya, dia menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.

Marco melirik si pengantar makanan dengan dingin dan menjawab "aku tidak pesan, bawa pergi" katanya kejam.

"tapi tadi ada mbak-mbak yang pesan untuk di antar ke sini" pengantar itu ngotot.

"kamu salah kirim" Marco masih menjawab tanpa mengalihkan matanya dari komputer

"tapi alamatnya benar pak, bapak pak Marco kan ? bahkan mbak tadi bilang minta di antar langsung, tidak boleh di titip di costumer service atau sekretaris" si pengantar masih tetep ngotot.

Akhirnya Marco mengalihkan perhatiannya dari komputer dan menatap si pengantar dengan curiga "bagaimana ciri-ciri orang yang memesan ?"

Melihat sorot mata Marco, si pengantar makanan agak gemetar dan menjawab "dia.....emm....wajahnya manis, matanya bulat, dan saat dia tersenyum ada dua lesung pipit di pipinya"

Sudut bibir Marco naik, lalu dia bersandar di kursi dengan santai sambil melipat tangannya di dada "baik aku terima kirimannya"

"en....oke saya permisi dulu" si pengantar makanan segera berbalik dan berderap menuju pintu.

"tunggu !" tepat ketika si pengantar sampai di ambang pintu, Marco menghentikannya "tutup pintunya !"

Si pengantar ragu-ragu, tapi akhirnya menutup pintu. Marco berdiri dan berjalan perlahan memutari meja kerjanya, lalu dia bersandar di depan meja "kemarilah !" perintah Marco dengan suara lebih lembut.

"saya pak ?" tanya si pengantar menunjuk hidungnya.

"tidak ada orang lain di sini selain kita" Marco menaikkan sebelah alisnya

Ragu tapi akhirnya si pengantar berjalan mendekat, setelah jarak sekitar dua meter dia berhenti.

"apakah istriku hanya mengirim ini ?" tanyanya sambil menunjuk makanan yang teronggok di meja dengan dagunya.

"iya pak" jawab si pengantar makanan

"kenapa kamu berdiri jauh sekali ?" kilatan licik muncul di mata Marco, dia membuka lipatan tangannya dan melangkah mendekati si pengantar makanan, " bagaimana kamu tahu kalau yang memesan adalah istriku ? hmm ?" tanya Marco tanpa menghentikan langkahnya.

"eh....mbaknya tadi bilang minta di kirim buat suaminya"

Setelah dia berdiri tepat di depan si pengantar Marco membungkuk dan mulai mengendus "aku suka aroma ini, menurutku aroma ini lebih menarik dari pada makanan yang kamu bawa...sayang"

Marco tersenyum lalu melepas topi dan masker, wajah istri mungilnya muncul di balik masker.

"jadi apakah ini menu spesialnya ?" Marco tersenyum cabul.

"bagaimana kamu tahu kalau itu aku ?" tanya Chloe sambil mengulurkan kedua tangannya meraih leher suaminya.

"aromamu" Marco kembali mengendus dan menghirup aroma yang membuat tubuhnya memanas.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Marco menunduk dan melumat bibir istrinya.

Chloe menanggapi ciuman itu dengan panas. Yah memang niatnya datang ke kantor suaminya hari ini selain untuk mengantar makan siang juga untuk memberi makanan tambahan untuknya. untuk menebus ketidak puasan suaminya selama beberapa waktu maksudnya 🤭.

Ciuman makin intens, kaki Chloe mulai lemas, dan Marco langsung mengangkat istrinya dalam gendongan tanpa melepaskan bibirnya lalu berjalan masuk ke kamar.

Dan apa yang terjadi di balik kamar ? Tentu saja seperti yang kalian bayangkan 😁 (makan makan sampe kenyang)

🥰🥰🥰🥰🥰

Satu jam kemudian Chloe dan Marco duduk di sofa makan. Lebih tepatnya Chloe menyuapi bapaknya bayi atau mungkin boleh di bilang bayi besar, sementara yang di suap memeriksa dokumen.

"kamu tadi mengatakan padaku bahwa kamu mengenaliku karna aromaku, memangnya aku memiliki aroma apa ?" tanya Chloe penasaran.

Marco menatap istrinya dengan lembut "sebelum melahirkan aromamu kopi, tapi setelah melahirkan aromamu kopi susu"

"??????????" serius ? Chloe mengendus badannya, dan merasa tidak mencium apa pun selain sisa bau detergent di bajunya.

"tapi aku suka aroma barumu, apa lagi yang ini" Marco mengendus dada istrinya.

"sial...bagaimana aku bisa lupa kalau kamu omes, jawaban apa pun yang kuterima pasti tidak jauh dari situ" dumel Chloe.

Marco mengecup bibir istrinya dengan senyum puas.

Jelas puas, habis di kasi makan kenyang.

Yola yang telah kembali dari makan siang memberanikan diri mengetuk pintu untuk menanyakan menu makan siang apa yang di inginkan bosnya.

"Masuk !" perintah Marco saat mendengar suara ketukan.

"en.....pak...." kata-kata Yola berhenti saat dia melihat penyelamatnya menyuap dewa siwa.

Marco mengangkat kepala dan melirik Yola karna tidak melanjutkan kata-katanya "eh...tidak jadi pak, saya pikir bapak belum makan, saya permisi pak silahkan di lanjutkan makannya" kata Yola lega. Sebelum menutup pintu dia mengacungkan jempolnya 👍🏿 pada Chloe sambil melafalkan 'thank you'.

Yola kembali ke mejanya dan menghembuskan nafas lega. Akhirnya badai petir berlalu.

"sayang" panggil Marco

"hhmmm" gumam Chloe sambil menyendok makanan dan menyuapkannya ke mulut suaminya.

"bagaiman dengan anak-anak ?" ada nada kuatir di dalam pertanyaan yang di lontarkan Marco.

Chloe mencibir 'sekarang, setelah kenyang kamu baru ingat kalau punya anak' batin Chloe, tapi mulutnya tetap menjawab "aku mengirim mereka ke rumah Ny. Suri sampai besok"

"cerdas" puji Marco "perpanjang sampai dua hari" tambahnya.

"hei...." protes Chloe.

"aku akan memberitahu Ny. Suri" Marco mengambil ponselnya dan mengirim pesan "jadi selama dua hari ini kamu milikku" setelah mengatakan itu Marco mengecup hidung istrinya.

"memangnya kamu tidak kerja ?"

"kita bermalam di sini, malam ini aku ingin melakukannya di meja kerjaku" sekali lagi senyum cabul tersungging di bibir Marco.

😈😈😈😈😈

Jam 16.20 mereka keluar dari ruang rapat. Yola dan Veronica berjalan di belakang Marco.

Yola tersenyum puas, hari ini adalah hari terakhirnya masuk kerja sebelum dia mulai cuti melahirkan. Tadi pagi saat melihat suasana hati bos yang mendung gelap bercampur badai petir, dia sempat berkecil hati dan harus siap-siap pulang larut, tapi untung pereda badai datang.

Dalam perjalanan kembali ke mejanya Yola berbisik pada Momo "ingatkan aku untuk memberimu nomor ponsel SAR, untuk mengantisipasi saat badai petir melanda kantor kita lagi pas masa cutiku"

Momo melihat Yola dengan tampang bloon 'SAR ? badai petir ?'

Yola memahami kebingungan Momo, itu terlihat jelas dalam ekspresinya. Yola menepuk pundak Momo prihatin.

Ketika telah beberapa meter Yola melihat ada seorang wanita tengah berdiri bersandar di meja kerja Momo, upss...bukankah itu tante Veronica ?. Yola mempercepat langkahnya demi melihat ekspresi pak bos dewa siwa ketika melihat Veronica.

Momo melebarkan matanya tidak percaya kalau Veronica temannya akan tetap datang meski tadi siang Yola sudah mengingatkan.

"selamat sore pak Marco" sapa Veronica dengan senyum paling menawan yang dia miliki ketika dia melihat Marco mendekat.

Marco melirik perempuan yang menyapanya dengan ujung matanya dan mengabaikannya, melanjutkan langkahnya masuk ke ruangannya.

Veronica tidak menyerah, dia mengambil paper bag yang tadi dia letakkan di meja kerja Momo dan berlari mengejar Marco, mengikutinya masuk ke dalam ruangan.

Yola dengan perut buncitnya menarik tangan Momo dan mengajaknya mengintip di pintu, 'apakah perlu untuk merekam adegan drama yang sebentar lagi akan berlangsung ?' batin Yola.

Momo yang di tarik hanya mengikuti dengan pasrah.

Marco langsung duduk di balik meja kerjanya dan membuka dua kancing kemeja atasnya.

Veronica yang telah berdiri di depan meja terpana sambil meneteskan air liur melihat dada Marco yang sedikit terbuka di balik kemejanya.

"siapa kamu ?" tanya Marco tidak suka saat melihat ada perempuan berdiri di depan mejanya.

"ah....eh.....saya Veronica, tadi pagi saya menumpahkan kopi di kemeja bapak, sekarang saya mau meminta maaf dan menebus kelalaian saya" kata Veronica dengan rona merah di pipinya, dan meletakkan paper bag di meja.

Marco melirik paper bag lalu berteriak "Yola...."

Yola yang tengah mengintip di pintu bergegas masuk sambil mengelus perut besarnya "ya pak, ada perintah ?" tanyanya dengan semangat 45.

"bawa sampah ini keluar dan buang paper bag ke tempat sampah ! Dan kalian bisa pulang !" kata Marco dingin, lalu Marco beranjak meninggalkan kursi menuju ke kamar istirahatnya.

"baik pak, segera" jawab Yola dengan senyum tertahan. Yola menarik tangan Veronica yang tegang karna marah, dalam seumur hidupnya ini adalah pertama kalinya dia di bilang sampah. "mbak Vero silakan keluar" Yola mengingatkan sambil tak lupa membawa paper bag untuk di buang di tempat sampah sesuai dengan instruksi dewa siwa.

Veronica menghentakkan kakinya dan berbalik keluar, tapi saat berada di depan pintu kamar istirahat langkahnya terhenti, dia mendengar samar-samar suara perempuan yang terkikik geli di sela-sela pintu yang tidak tertutup rapat. Tangannya mengepal, dan dia menguatkan tekadnya untuk bertindak lebih ekstrim untuk menarik perhatian seorang Marco Wiguna.

"sebaiknya kamu bangun dan berhenti bermimpi" bisik Yola pada Veronica "kalau kamu tidak berhenti kamu akan menyesal nanti" tambahnya sambil mendorong punggung Veronica agar dia cepat keluar dari ruangan bos. Yola tahu pak bos tidak suka di ganggu saat dia bersama dengan istri mungilnya, dan Yola tahu kalau suara perempuan di dalam kamar adalah istri pak bos yang datang untuk meredakan amukan badai.

Veronica melirik Yola dengan benci, lalu meraih paper bag yang di pegang, kemudian dia melangkah pergi dengan suara dentuman high heelnya.

Yola menutup pintu kantor pak bos dan berkata pada Momo "lain kali jangan biarkan temanmu itu datang ke sini, kalau tidak kamu harus mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaanmu"

"apa yang terjadi mbak ? Vero di usir sama pak Marco ? aku sudah mengingatkan dia mbak, tapi dia ngotot mau datang ke sini jadi aku tidak berdaya" kata Momo pasrah.

"tapi ini yang terakhir, ingat mulai besok kamu kerja sendiri jangan membuat masalah dengan membiarkan siapa pun masuk ke ruangan pak Marco tanpa seijinnya, mengerti ?"

"iya mbak"

"sekarang ayo pulang !".

avataravatar
Next chapter