webnovel

Bab. 1

Syakira dengan marah membanting pintu kamarnya. Kedua orang tua Syakira Umi Maryam dan Abi Jalal hanya bisa menghela nafas melihat sikap keras kepala putri semata wayang mereka.

"Apa kita salah sudah memaksa Syakira menikah dengan Haqi, Abi?" tanya Umi Maryam cemas.

"Abi rasa tidak ada yang salah dengan rencana pernikahan ini." jawab Abi Jalal tetap tenang.

"Tapi, Umi khawatir Syakira akan tertekan dan nekad berbuat sesuatu yang tidak kita kehendaki, Abi." Ucap Umi Maryam.

"Umi tenang saja! Abi justru lebih khawatir kalau Syakira tidak kita nikahkan dengan pemuda sholeh seperti Haqi. Syakira bisa terjerat pergaulan yang tidak baik, jika bergaul dengan temannya yang benama Revan itu dan setelah lulus nanti, mereka tetap memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Sementara kita sudah mengenal keluarga Haqi dengan baik, Abi juga bersahabat baik sejak lama dengan Hasyim. Selain itu, Haqi juga menantu pilihan yang bertanggung jawab, sabar, dan pastinya tidak akan mengecewakan kita. Abi yakin kalau Haqi akan membahagiakan Syakira, meski diawal mereka menikah tanpa cinta." Abi Jalal tersenyum simpul.

Di dalam kamarnya, Syakira mengambil ponselnya yang berada di dalam tas sekolahnya. Dengan perasaan kesal Syakira menghubungi Revan sang kekasih. Namun beberapa kali Syakira menghubungi Revan, pemuda tampan itu tidak mengangkat telepon dari Syakira.

"Sayang, terima kasih!" laki-laki tampan itu tersenyum puas.

"Sama-sama, sayang!" seorang gadis cantik membalas ucapan kekasihnya.

Saat ini Revan tengah berada di sebuah kamar hotel bersama Raisa kekasihnya. Tanpa sepengetahuan Syakira, Revan sudah sejak lama mengincar Raisa adik kelasnya. Bahkan Revan dan Raisa menjalin hubungan di belakang Syakira.

Raisa yang sangat mencintai Revan tidak keberatan jika Revan masih berhubungan dengan Syakira. Toh hubungan Revan dan Syakira sejauh ini hanya sebuah status. Sementara hubungan Raisa dan Revan sudah lebih dari sekedar pasangan kekasih pada umumnya.

"Apa hubungan kita akan tetap aman, Kak?" tanya Raisa.

"Selama kita bisa bermain dengan cantik. Pasti aman, sayang! Kamu jangan khawatir! Syakira percaya penuh padaku." Jawab Revan dengan nafas tersengal karena selesai bermain dengan Raisa.

"Kakak gak akan ninggalin aku kan, setelah apa yang sudah kita lakukan?" tanya Raisa khawatir.

"Kamu ini bicara apa, sayang? Mana mungkin aku akan meninggalkan kamu! Aku sangat mencintai kamu!" Revan mengecup kening Raisa dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Lalu bagaimana dengan perasaan Kakak terhadap Syakira?" lagi Raisa menanyakan sesuatu yang selalu membuatnya merasa takut kehilangan.

"Kakak memang mencintai Syakira, tapi itu sebelum Kakak bertemu kamu. Sekarang ini Kakak hanya mencintai kamu seorang, sayang! Kakak sudah kecewa dengan Syakira." Jawab Revan berbohong.

"Kecewa kenapa?" tanya Raisa ingin tahu.

"Syakira diam-diam menjalin hubungan dengan Fauzan di belakang Kakak, sayang." Revan mengarang cerita palsu, dan itu tentu saja membuat Raisa percaya.

Fauzan adalah teman dekat Syakira yang selalu ada membantu, disaat Syakira membutuhkan pertolongan. Hubungan Fauzan dan Syakira tidak disukai Revan, sebab Revan menilai jika Fauzan menyukai Syakira bukan sebagai seorang teman. Melainkan ada sesuatu yang lain lebih dari sekedar perasaan sebagai seorang teman.

"Revan kemana sih? Kenapa telepon aku gak diangkat sama dia?" gerutu Syakira kesal.

Akhirnya Syakira memutuskan untuk menghubungi Haqi, calon suami yang tidak pernah dia sukai sama sekali. Gaya Haqi yang menurut Syakira sangat kuno, dan memalukan jika menjadi istri dari laki-laki yang berpenampilan alim itu.

Haqi, pemuda tampan itu selalu memakai baju koko yang sedikit panjang dengan lengan tiga perempat, serta celana komprang menurut Syakira terlihat sangat culun. Dan kemana-mana Haqi selalu memakai kopiah. Itu yang Syakira tidak suka, sebab gaya seperti itu istilahnya kurang gaul dan tidak tren bagi seorang gadis seusia Syakira.

"Assalamu'alaikum…!" sapa Haqi memberi salam diujung teleponnya membuat Syakira memutar bola mata dengan malas.

"Aku ingin bertemu sekarang!" ucap Syakira ketus tanpa berniat menjawab salam dari Haqi.

"Dimana?" tanya Haqi dengan suara yang lemah lembut.

"Aku kirim lokasinya!" Syakira menutup panggilan teleponnya sepihak membuat Haqi mengurut dadanya pelan.

"Astaghfirullahaladzim…" Haqi sampai geleng-geleng kepala dengan sikap Syakira.

Tak lama ponsel Haqi berbunyi, satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya dari Syakira. Lokasi yang Syakira kirim pada Haqi adalah sebuah café yang dekat dengan kantor tempatnya bekerja saat ini. Haqi tersenyum saat menerima pesan pertama dari calon istrinya itu.

"Galak juga calon istri ane!" gumam Haqi tersenyum simpul.

Syakira yang sudah siap pergi segera keluar dari dalam kamarnya. Melihat Syakira sudah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian biasa, membuat Umi Maryam dan Abi Jalal menatap heran pada Syakira.

"Kia sayang, kamu mau kemana putri Umi yang sholehah?" tanya Umi Maryam dengan lembut.

"Kia mau pergi sebentar, Umi!" ucap Syakira.

"Kemana?" timpal Abi Jalal.

"Ketemu Haqi!" celetuk Syakira membuat bola mata Umi Maryam dan Abi Jalal kompak membulat sempurna hampir keluar dari tempatnya.

"Bertemu Haqi? Apa Umi tidak salah dengar, sayang?" tanya Umi Maryam tak percaya.

"Tidak! Kia memang ingin bertemu dengan Haqi." Jawab Syakira datar.

"Alhamdulillah…" ucap Umi Maryam dan Abi Jalal serempak.

"Umi sama Abi kenapa sih? Kok kayaknya senang sekali mendengar Kia mau bertemu dengan Haqi?" tanya Syakira dengan bibir mengerucut.

"Sudah nanti saja kita bicara lagi! Sekarang Kia cepat pergi temui Haqi, jangan sampai Haqi menunggu Kia terlalu lama. Kasihan Haqi." Sahut Umi Maryam.

"Kia sayang, kalau bisa tolong jangan memanggilnya Haqi. Usia Haqi 8 tahun lebih tua dari Kia, hormati Haqi selayaknya kalian calon suami istri yah sayang!" ucap Abi Jalal penuh kelembutan.

Syakira hanya menanggapi dengan putaran bola mata dengan malas. Sesungguhnya Syakira bukanlah anak yang suka membangkang pada kedua orang tuanya. Syakira adalah anak yang sangat baik dan selalu menuruti perintah kedua orang tuanya.

Syakira juga merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya. Dia disukai oleh teman-teman, adik kelas, kakak kelas, dan guru-gurunya. Banyak yang menyukai Syakira karena dia cantik, baik, ramah, serta selalu menebar senyum.

Walau sampai saat ini Syakira belum menutup auratnya, namun Syakira adalah seorang pribadi yang taat pada Allah Sang Maha Pencipta. Syakira tidak pernah meninggalkan kewajiban shalat lima waktu dalam keadaan apa pun, kecuali jika memang sedang berhalangan saat tamu bulanan datang.

"Syakira!" Haqi melambaikan tangannya saat melihat Syakira celingak celinguk mencari keberadaan Haqi di dalam café.

"Heh! Kenapa dia terlihat bersemangat sekali bertemu denganku? Dia tidak tahu saja kalau aku mengajaknya bertemu untuk membatalkan rencana perjodohan ini!" gumam Syakira di tengah langkahnya menuju meja dimana Haqi berada.

"Duduklah!"

Haqi membuka kursi untuk Syakira, dan mempersilakan gadis cantik itu untuk duduk di seberang kursinya yang terhalang meja di hadapannya.

"Langsung saja! Aku mau perjodohan kita dibatalkan! Dan pernikahan kita tidak boleh sampai terjadi! Titik!!!"

Syakira mengatakan hal itu dengan kalimat penuh penekanan. Haqi yang mendengarkan hanya menatap sekilas dengan senyuman tipis yang terbit di sudut bibirnya yang berwarna merah jambu.

Haqi adalah pemuda tampan lulusan universitas Kairo, Mesir. Saat ini Haqi bekerja sebagai seorang eksekutif muda di perusahaan yang dia bangun sendiri bersama sahabat-sahabatnya.

Haqi sebenarnya belum memiliki keinginan untuk menikah, hanya saja kedua orang tuanya Uma Habibah dan Buya Hasyim selalu memintanya mengenalkan calon menantu dikeluarga mereka.

Haqi sejauh ini belum memiliki gadis pujaan hati yang dirasa cocok, maka Haqi menyerahkan urusan jodohnya kepada kedua orang tuanya.

Haqi berjanji siapa pun pilihan kedua orang tuanya, itu adalah pilihan yang terbaik untuknya. Maka saat sahabat dari sang ayah mengajakya besanan, bagai gayung bersambut.

Buya Hasyim setuju untuk menjodohkan Haqi putra keduanya dengan Syakira putri semata wayang dari sahabatnya Abi Jalal.

"Kenapa kamu ingin perjodohan kita dibatalkan? Apa ada alasan bagus yang masuk akal, sehingga aku bisa menyampaikannya kepada kedua orang tuaku juga kedua orang tuamu?"

Haqi bertanya dengan tenang sekilas melirik Syakira, lalu membuang pandangannya ke arah lain. Haqi tidak ingin pertemuannya dengan Syakira menyebabkan terjadinya zina mata dan akan membuat dosa yang tidak terasa.

Walau Syakira adalah calon istri pilihan kedua orang tuanya, namun bagi Haqi Syakira tetap belum halal untuk ditatap apa lagi di sentuh.

"Pertama, aku tidak mencintaimu sama sekali! Kedua, aku masih sekolah dan ingin melanjutkan kuliah sampai S3 nanti di luar negeri. Ketiga usiaku masih di bawah umur untuk menikah. Keempat, aku sudah punya pacar yang sangat aku cintai dan dia juga mencintaiku. Aku dan kekasihku sudah berjanji akan melanjutkan kuliah di luar negeri bersama-sama. Setelah lulus kuliah barulah kami berdua akan segera menikah. Sebagai seorang lulusan universitas Kairo, Mesir, kamu tentunya tahu kalau ingkar janji itu jatuhnya dosa, bukan? Jadi aku gak mungkin mengingkari janji pada kekasihku itu. Pahamkan maksudku? Jadi gak ada alasan bagimu untuk menolak keputusanku membatalkan perjodohan ini!"

Syakira menatap Haqi dengan penuh percaya diri. Dia begitu yakin jika Haqi akan iba kepadanya, dan tidak mungkin memaksanya menikah diusia muda dengan laki-laki yang tidak dicintainya juga tidak mencintainya.

"Itu saja alasanmu?" tanya Haqi.

"Iya! Kenapa?" Syakira balik bertanya.

"Bagaimana jika Abang tidak akan mengabulkan keinginanmu untuk membatalkan perjodohan kita?"

Haqi tersenyum dengan menerbitkan dua lubang manis di kedua belah pipinya, membuat Syakira susah payah menelan ludahnya sendiri menatap ketampanan Haqi yang baru dia sadari. Namun Syakira tidak mungkin jatuh cinta pada Haqi, laki-laki yang usianya 8 tahun jauh lebih tua darinya.

"Kenapa diam?" Haqi menghela nafasnya. "Jangan menatapku seperti itu. Khawatir jadi penyebab awal terjadinya zina mata. Kalau kamu mau terus menatapku seperti itu, kita harus menikah dulu biar halal."

Syakira yang tahu maksud ucapan Haqi, segera mengalihkan pandangan matanya ke arah lain.

"Kamu egois! Jelas-jelas kita tidak saling mencintai satu sama lain, tapi kenapa kamu masih mau melanjutkan perjodohan konyol ini?" Syakira mendengus kesal. "Pokoknya aku tidak mau menikah denganmu! Aku masih muda dan cantik! Sedangkan kamu sudah tua!"

"Abang tekankan sekali lagi sama kamu, Syakira! Abang tidak bisa menolak perjodohan ini. Dan maaf! Abang harus mengecewakanmu karena beberapa alasan yang kamu berikan, bagi Abang itu tidak masuk akal."

"Alasan yang mana yang menurutmu tidak masuk akal?" tanya Syakira kesal.

"Pertama, bukan hanya kamu yang tidak mencintai Abang. Bahkan Abang pun tidak pernah mencintaimu sebelumnya. Tapi, itu bukan alasan yang kuat untuk menolak perjodohan ini. Sebab, setelah kita menikah nanti lambat laun cinta itu akan hadir seiring dengan berjalannya waktu kebersamaan kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga."

"Ck…! Percaya diri sekali kamu!" tepis Syakira.

"Harus!" jawab Haqi tegas.

"Lalu alasan kedua?" akhirnya Syakira mulai penasaran dengan penuturan Haqi.

"Alasan yang kedua, kamu masih bisa sekolah walau kita sudah menikah. Abang akan mengatakan alasan kuat kepada orang tua kita untuk menunda kehamilanmu, sampai kamu lulus sekolah tahun depan. Soal kuliah, kamu juga masih bisa melanjutkan kuliah sampai jenjang S3 sesuai keinginanmu. Itu tidak masalah, banyak pasangan suami istri yang masih mencari ilmu setelah menikah. Bahkan suami atau istri, dan anak tidak akan jadi penghalang untuk kita menuntut ilmu dan beraktivitas. Justru adanya suami, istri dan anak-anak itu akan jadi penyemangat buat kita belajar dan beraktivitas nantinya."

Dengan gamblang Haqi menjelaskan kepada Syakira, yang membuat gadis itu mencebikkan bibirnya dengan kesal.

"Siapa juga yang mau hamil anak kamu! Huh…!"

Syakira geram, sebab Haqi justru memiliki argument kuat untuk menentang alasan Syakira yang ingin membatalkan perjodohan itu. Sebenarnya hati Syakira sendiri tidak memungkiri jika pendapat Haqi jauh lebih masuk akal.

"Kamu tidak punya alasan lain untuk menentang keinginanku. Apa lagi…" Ucapan Syakira terhenti karena Haqi langsung menjawab alasan Syakira yang ketiga.

"Kalau soal usia, di dalam islam sudah dijelaskan bahwa seorang perempuan dikatakan baligh saat sudah memasuki usia 9 tahun dan dia sudah mendapatkan haid untuk yang pertama kalinya. Sedangkan laki-laki dikatakan sudah baligh saat usianya sudah memasuki 15 tahun atau dia sudah mimpi basah. Jadi apa yang membuatmu ragu tentang usia? Sekarang Abang tanya, berapa usiamu dan apa kamu sudah haid?"

Wajah Syakira memerah saat Haqi dengan polosnya menanyakan apakah dirinya sudah haid atau belum. Itu pertanyaan yang sangat sensitive bagi seorang perempuan, tapi bagi Haqi sendiri orang yang mengerti ilmu agama tentu pertanyaan itu wajar.

"Untuk alasanmu yang keempat, kamu harus segera memutuskan kekasihmu itu secepatnya mulai sekarang sebelum kita menikah, sebab diantara kalian berdua tidak ada ikatan yang sah menurut agama. Hubungan kalian juga sudah zina jatuhnya, karena kalian berpacaran sudah pasti itu sebuah kesalahan besar sebab mendekati Zina bahkan mungkin secara tidak sengaja kalian sudah melakukan zina! Zina adalah termasuk dosa besar, bahkan mendekatinya saja haram. Lalu apakah kedua orang tuamu merestui hubungan kalian berdua? Atau justru kedua orang tuamu tidak tahu sama sekali kalau anak gadis mereka menjalin hubungan dengan laki-laki lain yang disebut pacaran?"

Lagi, Haqi benar-benar membuat Syakir tidak berkutik. Itu semakin menjadikan Syakira tak berdaya dengan segudang alasan yang dia bawa kepada Haqi, sebagai senjata untuk menolak perjodohan mereka dan membatalkan pernikahan yang sudah ditentukan waktunya.

"Mengenai janjimu dengan pacar harammu itu! Abang rasa itu bukan janji yang wajib untuk kalian tepati, sebab kalian bukan pasangan suami istri yang sah. Kita saja sebagai manusia terkadang suka berjanji kepada Allah untuk bertaubat dan tidak akan melakukan dosa itu lagi pada kenyataannya masih saja mengingkari janjinya sendiri, apa tidak malu berbuat seperti itu? Jadi, lupakan saja janji manismu itu! Sekarang kamu pulang, istirahat. Nanti malam shalat istikharah jangan lupa berdo'a."

"Sekuat apa pun argument kamu, aku tetap tidak akan menyetujui perjodohan ini! Aku tidak mau menikah denganmu! Titik!!!" sentak Syakira dengan kesal.

"Silakan kamu katakan saja itu kepada kedua orang tuamu, agar mereka mengerti setiap alasan dan keinginanmu. Setelah itu barulah minta kepada kedua orang tuamu bertemu dengan kedua orang tua Abang, agar mengatakan kepada kedua orang tua Abang yang sebenarnya. Apa pun hasil keputusan kamu dan kedua orang tuamu. Abang tidak ingin menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tua Abang."

Syakira akhirnya pergi meninggalkan Haqi di café itu dengan mendengus kesal, karena semua usahanya menemui Haqi terasa sia-sia.

"Arrrggghhh…!!!"

Syakira menjambak rambutnya. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang, untuk membatalkan rencana perjodohan kedua orang tuanya dengan kedua orang tua Haqi. Jalan satu-satunya, Syakira harus berani mengatakan keinginannya kepada kedua orang tuanya.