webnovel

Salah Duga

Begitu tangan Jasmine akan menyentuh dadanya. Mata Rendi terbuka lebar lalu dengan gerakan manis Rendi memiringkan tubuhnya ke samping hingga pukulan Jasmine mengenai tempat kosong. Belum sempat Jasmine berbalik untuk menyerang kembali. Tangan Rendi bergerak cepat memiting tangan Jasmine ke belakang lalu menekannya ke atas ranjang.

Jasmine langsung berteriak keras. "Lepaskan Aku, Keparat. Aku bersumpah akan membunuhmu."

Rendi menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba tangan kirinya terhulur ke depan melakukan suatu gerakan yang membuat Jasmine terkejut bukan alang kepalang. Ia berteriak histeris.

"Jangan!!!...Jangan dipegang.. Tidak!!"

Rendi menghentikan gerakannya. Ia tersenyum lebar. Jasmine tidak berkutik dipiting olehnya. Hanya kakinya yang bisa bergerak-gerak menendang-nendang kecil. Mukanya merah padam. Nafasnya tersengal-sengal. Airmatanya mulai bercucuran saking marahnya. Tangan Rendi begitu kurang ajar memegang puncak dadanya. Ia tidak tahu malu.

"Pagi-pagi itu, Yang harus dilakukan oleh seorang istri adalah menyediakan sarapan untuk suaminya. Bukan malah hendak menghajarnya. Bagaimana bisa Aku tidak menghukummu.

Aku sudah bilang kemarin. Bicara kasar aku akan menciummu. Berani memukulku maka Aku akan menyentuhmu di sini.." Katanya sambil menyentuhkan telunjuknya di puncak dada Jasmine.

Jasmine langsung berteriak ngeri. "Aku akan memotong lenganmu, Aku akan mencincang tubuhmu. Aku akan membuat mu menyesal sudah menikahiku. Lepaskan Aku! Ayo kita bertarung."

Rendi melepaskan pitingannya. Ia lalu berdiri memperhatikan Jasmine yang langsung meloncat bangun dari tempat tidur lalu berdiri bersiaga. Rendi memandang wajah Jasmine yang merah padam. Matanya yang bulat,lebar tapi sayu menatapnya dengan buas. Rendi malah memutar tubuhnya melangkah pergi menuju kamar mandi.

Jasmine melihat Rendi seakan tidak perduli Ia melayangkan kakinya ke arah punggung Rendi. Tendangan yang menggunakan kaki bagian samping ini akan menghajar punggung Rendi. Kalau sampai kena maka punggung Rendi pasti akan lebam. Tapi Rendi yang merasakan ada Sambaran angin dibelakangnya dengan tenang menggeser tubuhnya ke samping.

Melihat buruannya kembali dapat mematahkan serangannya. Tendangan yang sudah terlanjur menyerang sekuat tenaga diputar ke arah depan melalui samping kemudian kembali mengarah ke bagian kepala Rendi. Rendi memiringkan kepalanya ke kanan lalu kaki yang akan menghajar kepalanya kini berada diatas bahunya. Rendi menangkap kaki itu lalu mencekalnya dengan kuat.

Jasmine berdiri dengan sebelah kakinya ada di atas bahu Rendi. Rendi memutar tubuhnya sambil tetap memegang telapak kaki Jasmine. Sebelum Jasmine menyadari apa yang akan terjadi. Rendi menarik kaki tersebut ke depan lalu memutarnya sehingga tubuh Jasmine ikut berputar. Posisi Jasmine yang asalnya menghadap Rendi kini menjadi membelakangi Rendi dengan sebelah Kaki dipegangan Rendi. Jasmine hendak membalikkan tubuhnya sekaligus menarik kakinya tetapi tenaga Rendi sangat kuat. Rendi mendorong tubuh Jasmine melalui kakinya.

Tubuh Jasmine terlempar ke atas ranjang pengantinnya. Bunga mawar dan melati yang memenuhi ranjang berhamburan ke atas. Jasmine menjerit kaget. Suaranya terdengar sampai ke lantai bawah. membuat semua orang berhamburan ke atas.

Rendi menatap Jasmine yang mencoba bangkit lagi untuk menerjangnya. Tapi Rendi malah membalikkan badannya dan melompat masuk ke dalam kamar mandi.

Jasmine terlihat sangat gusar, jelas Ia tidak akan bisa mengejar Rendi ke dalam kamar mandi. Ia lalu mengambil pot bunga yang berisikan rangkaian bunga mawar putih lalu melemparkannya ke arah pintu kamar mandi. Rendi yang sedang menggosok giginya sedikit kaget. Tapi Ia mencoba untuk bersikap tenang. Ia hanya berdoa pintu ini akan kuat menahan lemparan barang-barang lainnya.

Setelah melemparkan pot bunga, Jasmine meraih kursi kecil yang berada didepan meja rias dan kembali melemparkannya. Ia juga melemparkan semua yang ada di meja samping tempat tidur. Gelas, teko dan pinggan berisi buah-buahan. Jasmine berharap Rendi segera keluar dan melayani amarahnya. Tapi ketika dilihatnya Rendi samasekali tidak terpancing Ia menjadi kesal dan akhirnya Ia menyerah.

Jasmine melangkah menuju pintu keluar dan begitu Ia membuka pintu Ia terkejut didepan pintu kamarnya banyak berdiri orang-orang yang mencoba menguping dan mengintip didepan pintu kamarnya.

Beberapa tubuh bahkan hampir terdorong masuk. Mereka terkejut karena pintu tiba-tiba terbuka. Sebelum mulut Jasmine terbuka maka Orang-orang yang mencoba mengintip langsung berpura-pura melakukan suatu kegiatan. Ada yang berpura-pura menyapu lantai. Ada yang mencoba melap selasar. Ada yang ngelus-ngelus tembok. Ada yang melihat lukisan di dinding.

Muka Jasmine merah padam. Ia memang masih 17 tahun tapi Ia bukan gadis bodoh. Ia tahu persis kelakuan Kakeknya, Kakeknya Rendi, para saudara sepupunya dan sepupu nya Rendi mencoba mengintip dia dan Rendi. Jasmine membalikkan badannya lalu bergegas menuruni tangga menuju kamar Serena.

Melihat Jasmine pergi semua yang mengintip langsung menghentikan kegiatan pura-puranya dan melihat ke arah Jasmine. mereka semua melihat cara berjalan Jasmine. Dan ketika melihat Jasmine yang berjalan dengan gagah. Mereka langsung menyadari bahwa tidak terjadi apa-apa diantara Jasmine dan Rendi.

Kalau Rendi melakukan sesuatu pada Jasmine pasti sekarang Jasmine akan berjalan dengan tertatih-tatih. Lantas kegaduhan apa yang diciptakan oleh Jasmine sampai suaranya begitu heboh sehingga mereka semua mengira kalau Rendi sedang memaksa Jasmine untuk memberikan haknya kepada Rendi.

Kakeknya Rendi dan Jasmine menjadi sangat penasaran. Mereka lalu mengintip ke dalam kamar. Dan mereka langsung berpandangan heran melihat isi kamar bagaikan kapal terbelah. Acak-acakan dan berhamburan. Sementara itu dikamar mandi malah terdengar suara Rendi sedang mandi sambil bersiul-siul.

Dua pasang mata Kakek Rendi dan Jasmine saling berpandangan tidak mengerti. Tapi Mereka tidak mau terpergok Rendi sedang mengintip. Pintu Kamar segera ditutup dan mereka pun membubarkan diri.

Next chapter