32 Jajak Pendapat para Tamu Sekolah

Rendi bergegas keluar dari ruangan nya tidak lama setelah Andrea keluar. Di luar ruangan di meja sekertaris tampak Amora sedang sibuk menyusun proposal yang masuk. Ia juga sibuk mengecek email yang diterima dan email yang harus dibalas.

Amora melihat Rendi keluar dari ruangannya. Amora segera berdiri dengan memasang wajah sok imut. "Siang Pak. Jangan lupa jam 3 nanti ada pertemuan dengan para vendor untuk seluruh proyek kita yang sedang berlangsung."

"Oh ya?? Tolong batalkan saja" Kata Rendi dengan enteng. Mata Amora membulat dengan indah.

"Bagaimana bisa Pak? Bukankah pertemuan itu sangat penting. Ini berkaitan dengan keberlangsungan pasokan bahan baku" Kata Amora

Rendi jadi meradang mendengar kata-kata Amora. "Kalau ada diantara mereka yang protes, putuskan saja kontrak kerjasama nya. Selama ini Aku tidak pernah menunda pembayaran. Bahkan seringkali Aku mentransfer uang terlebih dahulu sebelum mereka mengirimkan barang. Mereka yang lebih perlu Aku dibandingkan Aku yang memerlukan mereka."

Muka Amora mendadak pucat pasi. Ia salah bicara. "Mmm Iya Pak.. baiklah. Dibatalkan saja"

Rendi melangkah pergi sambil sedikit cemberut. Tapi malah membuat Amora semakin bergetar. Bibir Rendi kalau lagi cemberut terlihat semakin menggemaskan.

Ia baru mau duduk ketika Rendi membalikkan badannya lagi. Amora tidak jadi duduk Ia segera berdiri tegak lagi.

"Oh ya..geser pertemuan dengan para vendor jadi besok jam 10..eh bukan jam 10 karena besok jam 10, Aku harus ke tempat Nona Andrea.."

"Ke Nona Andrea????" Amora terkejut.

"Kenapa? mengapa suaramu seperti yang terkejut begitu?"

"Ti.. tidak Pak. Hanya saja bukankah biasanya Nona Andrea yang datang kesini."

"Iya...itu karena Aku menghentikan pertemuan hari ini sehingga sebagai penebus rasa bersalah Aku yang akan datang ke tempatnya besok."

"Oh iya Pak. Jadi jam berapa besok Pak?"

" Jam 2 siang saja"

"Siap Pak"

Rendi lalu pergi dengan tergesa-gesa diiringi pandangan heran Amora. Rendi termasuk orang yang workaholic, ontime, disiplin dan sangat berdedikasi terhadap perusahaannya. Sehingga tidak heran dalam waktu singkat perusahaan Rendi langsung melesat menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan property di pulau Jawa.

Sekarang hari ini Rendi memundurkan dua agenda sekaligus. Yang pertama penundaan pembicaraan dengan Andrea dan rapat dengan para vendor. Kalau dulu tidak pernah sekalipun dia melakukan hal seperti ini. Walau tengah malam kalau dia sudah ada janji rapat atau pertemuan Ia pasti akan datang.

Amora jadi heran dengan perubahan beberapa tingkah laku Rendi saat-saat ini. Memang Rendi mau kemana dan ada apa. Semakin kesini Rendi semakin misterius.

Rendi sendiri 4terlihat tanpa beban, Ia melangkah tenang menuju mobilnya yang sudah menunggu di depan kantor dengan Andri sopirnya. Rendi masuk ke dalam mobil dan mulai menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi. "Ke Sekolah nya Serena"

Walaupun sedikit heran, Andri tidak banyak bertanya Ia segera meluncur ke Jalan tempat sekolah Serena. Rendi menutup matanya menikmati lagu "On My Way" Alan Walker. Pikirannya melayang mengingat wajah Jasmine. Wajah Jasmine yang cantik jelita bagai gadis suku Uyghur.

Semenjak hati nya terenggut oleh Yesi baru kali ada wajah wanita lain menyelip dalam hatinya. Ia jadi gelisah dan merasa ingin selalu berada dekat dengan gadis galak itu. Ia terpanah asmara walau kadang Ia merasakan bahwa perasaannya salah. Ia pria dewasa dan Ia mencintai gadis dibawah umur.

Tidak berapa lama. Mobil sudah sampai di parkiran Sekolah Serena dan Jasmine. Rendi turun dari mobil. Agar tidak terlihat terlalu formal Ia melepaskan jas dan dasinya. Kemeja lengan panjang nya digulung sampai siku. Penampilan Rendi malah menjadi semakin menarik. Begitu Rendi turun dari mobil dan masuk ke tepat guru piket. Guru piket sampai tercengang melihat penampilan Rendi.

"Assalamualaikum Bu.." Sapa Rendi.

"Wa... waalaikumsalam Pak.." Guru piket tergagap. Guru PKn yang masih muda itu tidak bisa menutupi rasa kekaguman nya pada pria bak artis Drakor itu.

"Maaf, Saya walinya Jasmine, Mau bertemu dengan Ibu Tiara. Kira-kira dimana Saya bisa menemuinya."

"Oh..iya pak..iya Mari saya tunjukkan." Ibu Wati guru PKn itu segera berdiri dan keluar dari ruangan piket lalu berdiri di depan Rendi. Ia lagi-lagi kaget melihat betapa tinggi badan Rendi dan betapa bagus badannya. Mimpi apa Ia semalam bisa bertemu makhluk setampan ini. Apa Ia orang Indonesia atau orang Korea yang kesasar.

Rendi mengikuti Ibu Wati menuju ruang guru. Para siswa yang kebetulan sedang diluar karena memang sudah waktunya pulang tampak riuh melihat Rendi. Mereka berbisik-bisik dengan mata melotot ke arah Rendi.

"Lihat dia mirip banget sama Cha Eun Woo, apa mungkin dia Cha Eun Woo?" Seorang murid wanita tampak melotot tanpa malu-malu.

"Apa dia sengaja datang ke sekolah kita untuk promosi film Drakor terbaru?" bisik temannya

"Ayo kita sapa saja. Itu lihat dia bersama Ibu Wati"

"Jangan gila Kamu, Bu Wati itu salah satu guru yang galak, Kamu mau disemprot"

"Ga apa-apa kali, demi Cha Eun Woo. Kapan lagi ketemu aktor"

"Kayaknya bukan Cha Eun Woo deh. Masa dia datang sendiri. Tanpa wartawan atau siapapun"

"Bodo amat, Iya atau bukan . pokok nya Aku harus difoto bareng sama dia buat story di Insta. Lagipula Aku salah satu wartawan sekolah, terbiasa bersiasat buat nyari berita sekolah" Kata murid wanita yang bernama Asri

Asri siswi kelas XI IPS 1 yang memang fans berat dari artis itu langsung menghampiri Ibu Wati. "Maaf Bu..."

Langkah Rendi dan Ibu Wati yang satu meter lagi mau masuk ke ruang guru jadi tertahan.

"Ya...ada apa?" Kata Bu Wati dengan heran.

Asri segera mengambil tangan Bu Wati dan menciumnya bahkan Ia juga dengan nekat mengambil tangan Rendi dan sebelum sempat Rendi menarik nya Asri sudah menciumnya. Asri hampir semaput memegang tangan yang begitu halus dengan wangi aroma parfum yang tercium di nadi tangan Rendi.

" Sayakan pengurus majalah bulanan sekolah Bu, Apa boleh minta waktunya untuk berbincang-bincang dengan Kakak ini"

"Kakak ini?? Ini tamu yang bukan ke sekolah untuk diwawancarai. Ia walinya Jasmine mau bertemu Ibu Tiara"

'Sialan.. walinya gadis preman.. bisa-bisa Aku dihajarnya.' Asri langsung berubah kesal.

"Oh maaf Kalau begitu. Silahkan Bu, sebenarnya memang Saya lagi mensurvey tentang pendapat para tamu tentang fasilitas sekolah."

"Oh ya, Kegiatan bagus itu. Ibumah tidak keberatan. Nanti Ibu dampingi. Tinggal silahkan ijin dulu sama Pak Rendinya" Ibu Wati jadi semangat. Wawancara dengan pria ini berarti akan berlama-lama bisa melihat paras nya yang rupawan.

Sekedar mengagumi kan tidak apa-apa. Walaupun guru Ia juga manusia yang punya rasa ketertarikan walaupun bukan jatuh cinta. Walaupun Ia masih single yang tahu diri sekali. Pria ini jelas bagaikan bintang yang tidak akan pernah bisa Ia gapai.

Rendi mengerutkan keningnya. Mengapa jadi melebar begini urusannya. Ia kan belum bertemu dengan Walikelasnya Jasmine malahan mau diwawancarai segala.

"Bagaimana Pak, Apakah bapak mau membantu siswi kami dalam membuat jajak pendapat para tamu? " Tanya Ibu Wati

"Eummmm..Ya baiklah. Mungkin setelah urusan adik saya Jasmine beres ya Bu"

Rendi tidak bisa berkata tidak. Nanti kalau menolak bisa dianggap tidak mendukung program pendidikan.

"Kakak, Kakaknya Jasmine?" Tanya Asri. Sejak kapan si preman itu punya Kakak sebegini ganteng. Asri terkejut bukankah biasanya walinya Jasmine adalah kakek-kakek. Jasmine adalah anak tunggal dan kedua orangtuanya meninggal dunia.

Dia tidak memiliki Kakak Kandung karena seingat dia satu-satunya kakak yang pernah ke sekolah juga adalah Kakak sepupunya Jay. Dan dilihat dari wajah Rendi. Amat sangat mustahil Jasmine memiliki hubungan darah dengan Rendi. Dari matanya saja sudah amat sangat berbeda. Mata Jasmine besar, lebar dan dalam bagaikan Danau Toba. Mata Rendi sipit walaupun berkelopak ganda. Ia bermata seperti mata orang Korea yang habis dioplas.

"Iya..apa kamu kenal dengan nya?" Tanya Rendi.

avataravatar
Next chapter