1 Ketakutan!

.

"Kenan kenapa sih istri kamu belum hamil-hamil juga?" tanya mama Rani dengan sinisnya.

Pertanyaan dari mama Rani membuat Bianca dan Kenan tersedak kaget. Saat ini posisinya sedang makan malam. Kebetulan Rani Melinda dan Roy Mahendra datang berkunjung ke rumah Kenan sekalian makan malam bersama.

"Bener apa kata Mama kamu Kenan. Kenapa Bianca belum hamil juga. Kalian sudah hampir 3 tahun loh menikah, masa tidak ada tanda-tanda kehamilan," sambung papa Roy.

Mendengar perkataan mertuanya membuat Bianca tidak berselera makan, Bianca mengaduk-ngaduk makanannya.

"Ma, Pa. Sudah jangan di bahas terus. Kita sudah berusaha namun Tuhan belum berkehendak," kata Kenan.

"Apa kalian berdua tidak ada masalah dalam kesuburan?" tanya mama Rani dengan tatapan penuh penyelidikan.

Tatapan mama Rani menurut Bianca sangat menyeramkan.

"Alhamdulilah Ma, Pa. Kita berdua tidak ada masalah, cuman belum waktunya saja," jelas Kenan dengan enteng.

Kenan sudah berbohong, selama ini ia sudah mengetahui kekurangan Bianca selama masa pacaran, Bianca mengalami penyakit kista yang sudah memburuk, hingga pada akhirnya Bianca harus di oprasi dan dengan terpaksa rahimnya di angkat sehingga Bianca tidak akan pernah bisa mempunyai keturunan.

Kenan yang sangat mencintai Bianca dengan sepenuh hati menerima kekurangan Bianca. Masalah anak bisa adopsi di panti asuhan.

"Ya sudah. Kalau dalam 2 bulan ini Bianca tidak hamil, Mama akan periksa Bianca ke dokter kehamilan. Mama akan buktikan ucapan Kenan benar atau enggak," ancan mama Rani dengan ketus.

Bianca tercengang. Ia begitu sangat ketakutan. Mama Rani sedari tadi memperhatikan ekpresi Bianca yang menurutnya sangat mencurigakan.

Kenan menegang tangan Bianca yang sudah mulai panas dingin.

Setelah selesai makan malam, mama Rani dan papa Roy pamit pulang.

Kenan dan Bianca merebahkan tubuhnya di atas ranjang , posisinya saat ini Bianca sedang membelakangi Kenan. Kenan melilitkan tangannya di perut Bianca, hidungnya terus mencium rambut istrinya yang tergerai dan sangat wangi.

"Sayang, kenapa tidurnya membelakangi aku sih?" tanya Kenan yang semakin mempererat pelukannya.

"Aku sangat takut Mas," ucap Bianca yang masih membelakangi suaminya.

"Takut kenapas sih?" tanya balik Kenan.

"Aku takut Mama sama Papa tahu soal kekurangan ku ini Mas , aku wanita mandul yang tidak akan pernah bisa hamil," ucap Bianca lirih.

Kenan memutar tubuh Bianca hingga posisi tidur Bianca terlentang. Kenan menatap lekat raut wajah istrinya yang tampak sangat sedih. Kedua matanya mulai sendu. kenan merapikan ke belakang telinga helayan rambut yang sedikit menghalangi raut wajahnya Bianca.

Cup..

Kenan mengkecup kening Bianca. Kenan melebarkan senyum.

"Sayang tidak usah takut. Tenanglah, nanti kita akan pikirkan solusinya. Ok," ujar Kenan dengan lembutnya. Kenan akan berusaha menenangkan istrinya.

Bianca menganggukan kepalanya.

"Tidurlah... tapi jangan membelakangi ku seperti tadi," kata Kenan seraya mengkerucutkan bibirnya.

Bianca menyinggulkan senyum,"Maaf," ucap Bianca dengan manjanya.

"Tidak apa-apa sayang," ujar Kenan.

Kemudian Kenan dan Bianca tidur dalam posisi miring saling berhadapan.

Pagi telah tiba, matahari mulai melakukan tugasnya untuk menyinari sepanjang hari. Kenan dan Bianca sudah selesai sarapan paginya.

"Sayang, Mas pergi kerja dulu ya. Soalnya di kantor lagi banyak pekerjaan akhir-akhir ini," sahut Kenan yang sudah beranjak dari duduknya.

"Iya Mas... " Bianca mencium punggung tangan suaminya.

"Assalamu'alikum." Kenan mengucapkan salam.

"Wa'alaikum salam Mas." Bianca menjawab salam suaminya.

Bianca terus memperhatikan punggung Kenan sampai tak terlihat dari pandangan kedua matanya.

"Kalau Mas Kenan disibukan dengan pekerjaannya, lalu bagaimana kita membahas soal solusinya?" gumamnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi rhingtone dari ponselnya, Bianca segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja makan. Saat Bianca membukanya terpampang jelas di layar ponselnya mama ku is calling.

Bianca segera menggeser tombol wara hijau.

Mama : "Assalamu'alaikum Bianca."

Bianca : "Wa'alaikum salam Ma."

Mama : "Sayang Mama minta tolong sekali, Mama hari ini lagi sibuk-sibuknya, tolong kamu datangi kontrakan Mama yang dekat dengan pusat kota. Kan ada yang kosong. Katanya ada sepasang suami istri yang mau ngontrak, tolong kamu kesana ya dan temui dia," jelas sang Mama.

Bianca : "Iya Mama. Bianca on the way kesana."

Mama : "Makasih sayang. Hati-hati."

Bianca : "Iya Mah. Assalmu'alaikum Ma. Bianca tutup ya teleponnya."

Mama : "Iya sayang. Wa'alaikum salam."

Tut..

Telepon terputus.

Bianca segera bergegas ke lantai 2 menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan tasnya.

**

Setibanya Bianca di kontrakan milik Anita Mamanya. Kebetulan sepasang suami istri itu sudah ada di depan kontrakannya. Bianca segera menghampirinya lalu berbincang sambil melihat-lihat isi rumahnya.

"Gimana Bu?Pa? Apakah kalian mau mengontrak di sini?" tanya Bianca setelah selesai melihat-lihat isi rumah kontrakannya.

"Saya setuju Mba," jawab si istri.

Bianca menyinggulkan senyum."Alhamdulilah," ujar Bianca.

Setelah itu Bianca menyusuri jalanan sekitaran kontrakan milik Mamanya. Bianca mulai kepikiran soal perkataan Mama mertuanya kalau Bianca tidak hamil juga dalam waktu 2 bulan, Bianca akan di periksa oleh mama mertuanya ke dokter kandungan.

"Aku tidak mau sampai mertua ku mengetahui soal kekuranganku," gumam Bianca.

"Ya Allah aku harus bagaimana?"

Bianca mulai prustasi, ia mengusap wajahnya secara kasar.

Saat tiba di pertengahan jalan Bianca mendengar dan melihat ada keributan di depan teras rumah.

"Bu Tika saya tegasin kalau dalam waktu satu minggu Bu Tika tidak bisa membayar hutang, Bu Tika harus menyerahkan keponakan Bu Tika yang cantik ini kepada saya, dia akan saya jadikan istri ke 4," kata lentenir itu dengan sangarnya.

"Hahaa..." Lentenir dan kedua pengawalnya ketawa terbahak-bahak. Lalu pergi meninggalkan rumah Tika.

"Bibi, Andin tidak mau menikah dengan laki-laki tua itu," pekik Andin bergetir. Andin benar-benar sangat ketakutan. Andin terus merangkul kedua bahu Tika.

"Bibi juga tidak ridho, tidak ikhlas kalau Andin harus menikah dengan lintah darat itu," kata Tika lirih seraya mengelus-ngelus puncak kepala Andin yang bersenderan di bahunya.

Bianca terus memperhatikan,"Ya Tuhan kasian sekali," kata Bianca seraya menyentuh bidang dadanya.

Bianca tiba-tiba kepikiran soal solusi yang tepat agar rahasianya yang tidak bisa hamil tidak di ketahui oleh mertuanya.

"Hemmm... aku harus nekad melakukan ini?" gumamnya.

Bianca segera menghampiri rumah Andin dan Tika , saat ini Andin maupun Tika sudah masuk ke dalam rumah.

Tok..

Tok..

Tok..

Bianca mengetuk pintu.

"Bi siapa lagi yang bertamu?" tanya Andin yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Tidak tahu Ndin. Kalau begitu Bibi bukakan dulu ya pintunya."

Andin mengangguk, lalu duduk di ruang tengah. Andin sangat takut kalau yang bertamamu itu para lintah darat lagi.

Tika membukakan pintunya.

"Siapa ya?" sahut Tika setelah ia membukakan pintunya.

Bianca melebarkan senyum."Boleh saya masuk Bu," kata Bianca dengan ramahnya.

"Oh boleh-boleh," seru Tika.

Tika menggaruk-garuk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal. Tika sangat penasaran dengan wanita yang penampilannya seperti orang kaya.

"Silahkan duduk Mba," kata Tika mempersilahkan duduk.

"Terimakasih Bu," ujar Bianca yang selalu memancarkan senyum. Bianca kemudian duduk di sebelah Andin.

Andin dan Tika saling melempar pandang dan saling kode-kode lewat mata. Bianca tersenyum saat memperhatikan dua wanita yang tampak kebingungan dengan maksud dan tujuan kedatangannya berkunjung.

avataravatar
Next chapter