webnovel

Teman Diva

Tok Tok Tok

"Masuk!" Diva tetap fokus dengan data pasien yang tengah dia lihat, tanpa melihat siapa orang yang datang ke ruangannya.

"Maaf, apakah saya menganggu!" Diva lantas mengangkat pandangannya kala mendengar suara tak asing itu.

"JESSICA!" ucapnya heboh, Jessica tersenyum melihatnya mereka berdua saling berpelukan layaknya teman lama yang baru saja bertemu.

"Aaa kangen!" ucap Diva.

"Aku juga, udah lama kita nggak ketemu. Sekalinya ketemu kejutan kayak gini, haha!" Mereka berdua duduk di sofa, ini masih jam istirahat membuat keduanya bersantai.

"Sorry telat, tadi aku bingung kamu ngabarinnya dadakan belum ada persiapan hehe." Jessica terkekeh pelan merasa tak enak.

"Iya gapapa, lagian aku yang salah. Dari tadi aku nungguin kamu, aku pikir kamu nggak akan datang!" Diva bangkit membuatkan minum untuk temannya.

"Sayang dong kalau aku nggak datang, nggak baik nolak rezeki. Haha!"

Diva datang dengan dua kopi di tangannya, minum favorit mereka untuk menemani pekerjaan.

"Jess, aku mau minta bantu kamu juga. Eh sebelumnya aku minta maaf karena waktu nikah nggak undang-undang kamu!" ucapnya merasa tak enak.

"WHAT?!! kau sudah menikah, aku syok!" ucap Jessica dengan mulut terbuka, sulit di percaya ini jauh dari yang dia tahu.

"Bukankah dulu kau mengatakan padaku ingin menikah di saat karirmu sudah berdiri? lelaki mana yang bisa mengubah itu semua, Diva!" kekeh Jessica.

"Haha, itu ya kau tahu ini semua terlalu dadakan aku juga tidak tahu dan sulit untuk ku pahami!" balas Diva sekenanya.

Namun Jessica tau ada hal lain yang tengah Diva sembunyikan, hidup bersama selama kurang lebih lima tahun membuat Jessica sangat mengenal Diva.

"Kau ada masalah?"

"Tidak, aku tidak ada masalah hanya saja aku tengah bingung. Jess, suamiku sangat posesif denganku!"

"Hah? itu bagus dong. Bukankah kau suka dengan itu semua? suami yang posesif seperti kebanyakannya suami yang kau baca di novel-novel!" kekeh Jessica.

"Ish, tapi ini keterlaluan. Dokter harus profesional bukan? aku tak bisa membedakan siapa yang bisa ku periksa dan tidak. Semua menjadi tanggung jawabku sebagai seorang dokter!"

"Iya, lalu salahnya dibagian mana?" Jessica masih tidak paham dengan apa yang di maksud temannya.

"Jadi suamiku melarangku untuk memeriksa pasien laki-laki, tidak hanya pasien suamiku melarang keras aku berinteraksi dengan pria, entah itu ob, pasien, atau dokter lain sekalipun!" ucap Diva cemberut.

"PFHTTT!" Jessica menahan tawa mendengarnya namun akhirnya tawa gadis cantik itu keluar juga.

"Oh ayolah, dia terlalu posesif kepadamu. Tapi bukankah itu terlihat menggemaskan?" kekeh Jessica.

"Ya, ya memang menggemaskan namun menyebalkan dalam satu waktu. Jadi aku minta bantuanmu, setiap kali ada pasien laki-laki kau saja yang mengurusnya aku akan mengurus pasien perempuan saja, biasakan?"

"Itu gampang, lagian dokter tidak hanya kita saja kan. Kau pemilik rumah sakit ini itu semua bukanlah hal yang sulit, Diva."

"Tapi, Jess. Aku hanya ingin menjadi dokter yang profesional, bukan seperti ini. Pekerjaanku kita untuk mengobati orang sakit, tanpa melihat siapa orang itu!" ucap Diva lesu.

"Tapi ini sudah menjadi perintah suamimu maka lakukan saja, memang hukuman apa yang dia berikan saat kau melanggar? kau akan di kurung di kamar beberapa hari dengannya seperti yang ada di novel-novel?" tanya Jessica setengah meledek.

"Ish! apa yang kau pikirkan kenapa pikiranmu sangat kotor." Diva memukul pelan lengan Jessica lantaran kesal.

"Lebih dari itu, jika aku melanggar perintahnya dia akan mencabut surat izinku. Menyebalkan bukan!"

"Sudah kau tak perlu khawatir, kan ada aku. Aku yang akan membantumu, kau sedang apa tadi? terlihat sangat sibuk."

"Aku tengah mengantikan tugas Dr. Famela, menangani anak kecil yang sudah lama mengidap penyakit leukimia."

Diva menghela nafas panjang, dia merasa sedih setelah melihat data pasiennya. Sangat buruk bahkan tak sama sekali ada perkembangan. "Aku kasihan kepadanya!"

"Kenapa memang?"

"Dia masih berumur sepuluh tahun, dan sudah dari kecil dia sakit itu. Penyakitnya sangat parah dan akhir-akhir ini selalu memburuk. Aku berharap aku bisa menyembuhkannya, meskipun itu minim berhasilnya, tapi aku akan mencoba!"

"Dia masih terlalu kecil untuk merasakan sakit ini, jalannya masih panjang." Jessica mengangguk.

"Sepertinya jam istirahat sudah mau habis, kau bisa menunjukkan di mana ruanganku? agar aku bisa mulai bekerja untuk membantumu?"

"Oh tentu, aku sampai lupa Jess!" kekeh Diva, dia bangkit mengantar Jessica ke ruangannya yang terletak di sebelah ruangan Diva.

"Tanpa aku katakan sepertinya kau sudah tahu apa tugasmu, Jess!" kekeh Diva.

"Haha, kita ini dokter spesialis bedah, tentu saja tugas kita melakukan operasi bedah!" kekeh Jessica.

"Iya, lima belas menit lagi aku akan melakukan operasi pada gadis yang aku katakan tadi, kau bisa membantu?"

"Tentu, aku akan bersiap terlebih dahulu. Aku tremor karena ini menjadi pertama untukku!" ucap Jessica.

"Apa yang kau katakan? kita sudah pernah melakukan ini saat koas waktu itu!" Jessica mengangguk, tapi tetap saja.

"Ya tapi itu kan sudah lama, aku masih sedikit tremor saja!" kekeh Jessica.

"Nanti ada Dr. Famela yang akan membantu, selama satu Minggu kita akan di bantu olehnya! jadi kau tenang saja."

"Baiklah aku akan kembali ke ruanganku terlebih dulu!" Jessica mengangguk.

****

Kenzo menatap ponsel di tangannya yang bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk, Kenzo mengambilnya namun matanya masih tetap fokus pada berkas yang tengah ia pelajari.

Sepuluh menit lagi, akan ada rapat. Membahas proyek besar yang baru saja berjalan dua Minggu yang lalu.

My wife♡

TN. Muda, aku nanti pulang jam 5

Kmu jam berapa?

Kenzo senang namun juga kesal karena panggilan istrinya, tuan muda? ayolah bukankah tadi dia memanggilnya sayang bahkan memanggilnya dengan embel-embel 'mas'.

Husband😡❤️

Hm

Kenzo mendengus kesal biarlah, biar istrinya itu paham. Kalau dia tidak suka di panggil tuan oleh istrinya sendiri.

"Dia pikir aku tuannya, dan dia babunya!" dengusnya. Kenzo mengabaikan ponselnya lalu kembali melanjutkan pekerjannya.

Tok Tok Tok

"Tuan muda, sudah waktunya. Rapat akan segera di mulai!" Kenzo mengangguk. Dia segera berdiri dan meninggalkan ponselnya di meja.

****

Diva mengernyit heran kala mendapati balasan singkat dari suaminya, kenapa dia kesal. Apa dia telah membuat salah?

"Aneh, selalu begitu!" Diva kembali mengirimkan pesan kepadanya namun nihil Kenzo malah tak membalasnya padahal jelas-jelas jika pesannya centang dua yang artinya Kenzo tengah online.

"Kemana sih! nyebelin, awas aja kamu. Aku marah sama kamu, apa dia lagi deket-deket sama karyawannya di sana!"

Pikiran buruk mulai menghampirinya yang membuatnya semakin kesal. Diva menatap jam yang sudah menunjukkan waktu untuknya melakukan operasi.

Diva terdiam beberapa saat memejamkan matanya berdoa, semoga oeprasi pertamanya kali ini diberikan kelancaran dan dia dapat membantu gadis kecil yang tengah bertaruh nyawa itu.

"Semoga saja operasi kali ini berjalan lancar."

Nb: Ini semua asli fiksi ya jangan bawa-bawa ke nyata, maaf kalau ada kesalahan tentang kedokterannya. Hehe

Harap maklum!!

Next chapter