28 Marah

Malam semakin larut, Camelia pun pulang kerumahnya bersama dengan David. Padahal gadis itu berniat untuk naik taksi atau angkutan umum lainnya, namun sang ibu mertua tentu tidak akan mengijinkan itu terjadi. Dia meminta anak sulungnya David untuk mengantar Camelia pulang dengan selamat, bahkan selama diperjalanan pun lelaki itu terlihat terus mengajak sang adik ipar mengobrol.

Perbedaan yang cukup signifikan ketika sang adik yang begitu sombong dan juga bermulut besar, namun Camelia dibuat nyaman dengan pembicaraan yang selalu dilontarkan oleh David kepada dirinya. Mungkin untuk masa-masa ke depan mereka bisa menjadi sepasang teman yang akrab.

Beberapa menit diperjalanan, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Lelaki itu keluar dari mobil karena melihat Rey sedang duduk di teras rumah sembari menghisap rokok ditangannya. Wajah yang sangat putih terlihat begitu merah karena efek alkohol yang sudah menguasai tubuh dan juga pikirannya. Beberapa saat yang lalu dia baru saja sampai dirumah, namun tidak melihat Camelia disana. Rey pun menanyakan keberadaan istrinya kepada para pelayan dan mereka pun mengatakan jika Camelia pergi bersama David untuk menemui nyonya Yuna. Merasa tidak dihargai oleh istrinya sendiri, Rey pun sangat kesal. Dia akan menunggu gadis itu pulang lalu memarahinya.

"Wah lihatlah siapa yang datang, kakak kenapa kau pergi bersama wanita yang sudah bersuami hah?" tanya Rey kepada kakaknya.

David tersenyum kecil setelah melihat kondisi sang adik yang sedang mabuk parah seperti itu, "Kau lupa? malam ini kau ada janji bersama ibu dirumah, tapi kenapa malah pergi keluar? wah tega sekali kau Rey."

Camelia merasa tidak enak dengan situasi yang mulai memanas ini, Rey pasti marah karena sang istri pergi tanpa dia disisinya. Bukan masalah cemburu, melainkan lelaki itu hanya tidak suka jika Camelia keluar dari rumah besar ini tanpa sepengetahuannya.

"Kak David, terima kasih sudah mengantarku sampai rumah. Aku permisi dulu, Rey ayo kita masuk!" ajak Camelia kepada suaminya.

Lelaki itu menatap tajam kepada sang istri, namun tetap ikut ke dalam karena David pun juga mulai pergi meninggalkan mereka. Perasaan kesal bercampur marah menyelimuti hati Rey, entah sejak kapan dia mulai memperhatikan Camelia sampai seperti ini?

"Dasar gadis gatal, berani sekali kau pergi dengan lelaki lain tanpa seijin suamimu!" bentak Rey kepada istrinya.

Camelia melepaskan cengkraman yang tadinya dia lakukan dengan sangat kuat, dia menatap wajah sang suami dengan penuh perasaan bingung. Bukankah selama ini Rey tidak pernah perduli walau pun Camelia pergi dengan siapa saja termasuk seorang lelaki? namun kenapa sikapnya jadi berubah seperti ini? dia seolah menunjukkan amarah dan rasa tidak sukanya.

Sekarang mereka berada di depan kamar lelaki itu, namun Rey bersikeras untuk tidak masuk ke dalam. Dia masih berdiri disana dengan wajah yang sudah benar-benar mabuk, bahkan kedua kaki itu bergetar saking lemas menahan berat badan sendiri.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Camelia yang merasa risih karena terus diperhatikan.

Rey memperhatikan setiap detail penampilan gadis yang berdiri dihadapannya, dari mulai pakaian bahkan hingga make-up tebal yang dikenakan Camelia malam ini. Semua itu terlalu berlebihan, karena dirumah saja dia jarang memakai lipstik. Namun kenapa ketika dia pergi bersama David, Camelia melakukan semua hal itu? Rey tidak bisa menerimanya.

"Ikut aku!"

Lelaki itu menyeret paksa Camelia untuk kembali ke kamarnya yang berada hampir di ujung rumah ini, dengan perasaan kesal Rey menamparnya sekali kemudian mendorong gadis itu untuk masuk ke dalam. Tubuh mungil itu pun tersungkur ke lantai dengan begitu malangnya, tidak ada rasa belas kasihan sedikit pun kecuali tertawaan gila yang lelaki kejam itu lakukan kepada istrinya.

"Dasar istri sialan! awas saja jika kau sampai pergi tanpa ijin dariku lagi, aku patahkan kedua kakimu itu!"

Brakkk !

Rey menutup pintu kamar sang istri dengan sangat kencang, bahkan sampai menggetarkan jendela kamarnya. Camelia tidak menangis lagi kali ini, mungkin karena dia sudah terbiasa dengan perlakuan sang suami yang begitu kejam bagaikan iblis. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Camelia beranjak dari lantai tempatnya terjatuh. Dia berjalan dengan kaki yang terpincang-pincang karena keseleo dengan dorongan Rey beberapa saat yang lalu.

"Sakit sekali, lelaki itu benar-benar psikopat," gumam Camelia kesal.

Satu persatu high heels miliknya Camelia buka, kemudian dia pun merentangkan tubuhnya di atas ranjang yang super empuk itu. Tidak ada waktu untuk membersihkan make-up atau pun berganti pakaian, matanya sudah benar-benar mengantuk karena tidak sempat tidur siang tadi. Akhirnya dengan dress pendek yang dia kenakan itu, Camelia mulai memejamkan mata sampai tertidur dengan pulas. Melupakan semua kejadian yang sudah terjadi hari ini, lalu menyambut hari esok yang mungkin indah.

"Camelia, buka pakaianmu..."

avataravatar
Next chapter