webnovel

Terlempar ke Masa Lalu

Terlempar ke Masa Lalu

Gelombang gairah menggoyangkan seluruh isi kamar pengantin. Tepatnya di dalam kanopi tempat tidur. Raka seperti binatang buas yang telah dilepaskan. Dia adalah laki-laki paling perkasa, yang mengungkapkan kegembiraannya dengan penuh kepuasan. Bahkan Raka seolah tidak mengenal kata lelah.

Sementara Sisi seperti perahu kecil yang terjebak pada gelombang ombak yang sangat besar. Sisi seperti di robohkan secara brutal. Namun Sisi  sadar mengenai suatu kenyataan, bahwa Raka adalah suaminya, yang harus dituruti segala keinginannya, jika ingin menjadi istri yang baik. Dan Bukankah Raka yang merawatnya selama 5 tahun ini?

"Sisi ayo kita jadwalkan pernikahan kita besok di kantor pencatatan sipil?" Masih terdengar jelas suara Raka yang lembut dan tulus di telinga Sisi.

 

"Oke," jawab Sisi, "tapi bagaimana dengan keluargamu? Bagaimanapun aku ini adalah mantan istri keponakan kamu? Apakah mereka akan menyetujui hal ini?" kata Sisi muram.

"Kenapa harus izin orang lain? Kamu adalah milik saya dan saya ini milikmu. Untuk hidup ini dan seterusnya." Sungguh jawaban Raka amat menenangkan hati Sisi.

Di dalam hati Sisi berjanji, bahwa dirinya bersedia secara sukarela, bahkan tanpa diminta, ingin menjadi milik Raka selalu. Baik di kehidupan ini, selanjutnya, selanjutnya dan selanjutnya. Sisi berjanji akan mencintai Raka dengan segala yang dimilikinya. Dalam bentuk cinta paling penuh. Dengan segala apa adanya yang Sisi miliki, yang dapat dipersembahkan untuk suami tercintanya.

Mengingat hal itu membuat Sisi tersenyum kecil. Kemudian merasakan kelelahan yang luar biasa dan tiba-tiba matanya terasa berat. Sisi ingin tidur. Sebuah ciuman mendarat di tubuh Sisi yang terekspos. Siapa lagi kalau bukan Raka? Sisi merasa melayang.

Sisi teramat bahagia, karena dicintai oleh orang yang dirinya juga cintai. Bukan cinta bertepuk sebelah tangan. Hal ini menurut Sisi adalah sesuatu yang paling membahagiakan di dunia.

Sisi bahkan merasa tidak pernah tidur setenang malam ini, selama 5 tahun terakhir. Dia baru saja merasakan nikmatnya bisa tidur dengan perasaan yang bahagia. Seperti bunga-bunga yang mulai bermekaran dalam mimpinya, dalam taman indah surga yang selalu dia impikan.

Sisi yakin setelah ini, dia akan  bangun dengan tersenyum bahagia.

Siti lalu memposisikan diri untuk segera berkelana ke alam mimpi. Dengan malas, akibat merasakan sakit di sekujur tubuh. Tentu saja akibat ulah Raka!

"Ehemm ... Raka!" gumam Sisi pelan, mengingat segala hasrat yang dimiliki Raka padanya, membuat Sisi bahagia. Karena bagi Sisi adalah penghinaan, ketika memiliki suami, namun yang diinginkan adalah tubuh wanita lain. Seperti mantan suaminya dulu. Tidak, tidak, Sisi tidak ingin menangis untuk kali ini. Dia tersenyum bahagia dan kemudian terlelap.

Pagi sudah tiba. Sisi menarik selimut dan mengulurkan tangan untuk memeluk suaminya. Namun alangkah terkejutnya Sisi, saat dia merasa tidak menemukan apapun!

Di mana Raka? Kemudian dengan sekali hitungan, mata Sisi terbuka. Tidak ada Raka di sebelahnya. Hanya ada lampu di atas meja berwarna hijau sederhana, di samping tempat tidur. Nafas Sisi serasa tercekat. Seperti sebuah Dejavu, dia pernah merasakan tidur di kamar ini.

Ingatan Sisi mulai berpikir keras. Bukankah lampu ini adalah lampu hadiah dari kak Rani? Susi merasa pening di kepalanya. Kemudian Sisi duduk tegak, untuk mengurai apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba hati Sisi menjadi dingin, memikirkan sesuatu yang buruk akan terjadi.

Sisi memindai kamar itu. Sebuah kamar yang dirinya pernah kenal. Jantungnya berdebar cepat,  nafasnya menjadi cepat, seakan udara didalam paru-parunya berdesakan untuk keluar dan semuanya berhenti.

Sisi lalu menghirup udara dalam-dalam, untuk menenangkan detak jantungnya sendiri. Tangan kanannya memegang dada kirinya. Kemudian memejam dan membuka matanya lagi.

"Ini adalah kamar pertamaku sebelum aku menikah dengan keluarga Yudana? Kenapa aku kembali ke sini? Bahkan sejak aku menikah 7 tahun yang lalu, aku tidak pernah menghabiskan waktu bermalam di kamar ini lagi. Hal itu adalah aturan!"

Karena dalam budaya, adalah anak perempuan yang sudah menikah, akan menjadi anak perempuan dari keluarga lain. Orang tua sudah jelas akan mengatakan pada anak perempuannya, bahwa tidak ada tempat di rumahnya lagi 

Seperti ada alarm peringatan yang berdering keras di kepala Sisi. 

"Di mana Raka? Semalam aku dan Raka tinggal bersama di rumah keluarga Yudana?"

Seingat Sisi, mereka berdua bahkan menghabiskan malam bersama yang sangat indah. Dan bukankah hari ini Sisi dan Raka akan memberitahu semua orang, bahwa dirinya telah menikah?

Sebelum tidur, Raka bahkan sempat memasangkan cincin di jari Sisi yang mungil, dan mengatakan bahwa itu adalah pusaka keluarga Yudana. Dengan lembut Raka menyematkan di jari manis Sisi. Tiba-tiba tangan Sisi gemetar dan hatinya gemetar. Lalu terdengar suara dari pintu, seseorang yang bersuara keras.

"Sisi  jangan bilang kamu masih tidur! Apa kamu tahu sekarang jam berapa?" Suara itu amat dikenal Sisi. Berasal dari luar pintu kamar. Suaranya terdengar sangat lembut seperti seorang wanita terhormat, namun disertai desisan yang tajam, menyakiti hati Sisi.

Selanjutnya rasa dingin menjalari hati Sisi. Perasaannya menjadi gelisah. Gelisah yang sangat akrab, mencengkram hatinya.

Sisi lalu melompat dari tempat tidur untuk membuka pintu. Seseorang yang berdiri di luar pintu ternyata adalah seseorang tidak pernah ingin dilihat dalam hidupnya lagi, kakak perempuannya, Vanda.

Terlihat alis indah Vanda berkerut. Kemudian dia menjaga suaranya agar tetap lembut dan menyenangkan, "Sisi kamu baik-baik saja? Apakah kamu bermain video game lagi? Apa kamu lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Ayah yang ke-50? Setiap anggota dari keluarga Latuconsina dan keluarga Yudana akan datang. Kamu lebih baik pergi dan segera bersiap. Jangan buat keluarga Latuconsina malu!"

Kepala Sisi berdengung dengan keras. Mendadak kepala Sisi menjadi pening. Menurut Sisi ulang tahun ayahnya seharusnya sudah 60 tahun untuk tahun ini. Dan kenapa baru 50? 

"Apakah aku telah dilahirkan lagi, dan berada di masa 10 tahun yang lalu?" gumam Sisi.

"Hai, Sisi! Apa kamu tidak mendengarkan ku?" suara Vanda berubah melengking. Kemudian Vanda mengulurkan tangan untuk mendorong adiknya.

Sisi lalu terhuyung-huyung ke belakang. Kakinya terpeleset di atas sebuah buku yang terserak dan jatuh terjerembab ke lantai

"Sisi berhenti bertindak bodoh!" Vanda jelas terlihat tidak senang dengan Sisi. Kemudian Vanda menendang lutut adiknya tersebut. Rasa sakit kemudian membangunkan Sisi seketika. Kesadarannya mulai muncul ke permukaan.

Sisi lekas berdiri untuk menghindari hukuman dari Vanda lagi. "Iya, Kak. Aku akan segera bersiap sekarang," katanya sebelum Vanda mengatakan sesuatu yang membuat Sisi menjadi lebih sakit. Sisi langsung membungkuk dengan hormat kepada kakaknya tersebut.

Mata Vanda tertuju pada tumpukan buku di kamar Sisi yang tersusun sembarangan. "Apa yang kamu lakukan dan buku-buku itu? Apakah kamu masih berpikir untuk masuk ke Universitas X? Halah, tidak mungkin dengan otak babimu itu, jadi berhentilah bermimpi Sisi! Hari ini adalah hari ulang tahun Ayah. Kita semua akan menjamu banyak tamu. Apa kamu sudah paham?" tanya Vanda garang.

Sisi hanya mengangguk dengan mata yang nanar, memandangi sosok kakak perempuannya, yang sedemikian berkuasa terhadap dirinya itu.

Next chapter