webnovel

1.Hinar Binar Yang Di Tinggalkan

Mentari mengintip di antara awan yang masih hitam, warna kemerahan menyamarkan warna langit yang masih sedikit gelap di ufuk timur.

Kukuruyukk...kukuruyuk...kukuuruyuk...Kukuruyukk.. suara ayam jago yang berkokok di pagi buta,

^Di sebuah dapur tradisional dengan tungku yang masih terbuat dari tanah liat,

"Nay...aku sama Fatih mau ke Masjid dulu. Qia jangan lupa bantuin bunda ayo cuci muka dulu" ucap Rey yang sedang memakai sandal jepitnya bersiap keluar rumah yang langit nya masih gelap.

Di susul oleh Fatih yang sudah mengenakan peci dan sarung kecilnya berjalan sembari mencium tangan bunda dan memberikan tangan nya untuk di cium oleh Qia (saudara perempuan nya).

"Hati-hati Rey, Fatih jangan sambil cemberut gitu dong" ujar Nay

"Fatih masih mengantuk bunda, dingin pula bunda, Fatih pagi sekali sudah mandi sementara Qia aja belum mandi, enak Qia nggak perlu ke Masjid...huuu..hoaaaah" ucap Fatih sambil menguap.

"Ucapkan apa Fatih kalau menguap" tanya sang ayah

"Kalimat Taawudz ayah" ucap Fatih

"Maka ucapkanlah" perintah sang ayah

"Audzubillahi minasy syaithonirojiim"

"Artinya apa ya Qia" tanya sang bunda

"Aku belindung kepada Allah dali godaan setan yang telkutuk bunda"

"Baik bunda, Fatih sama ayah pergi dulu, assalaamu'alaikum bunda dan Qia" ucap Fatih bergegas

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh" ucap Nay dan Qia serentak menjawab salam.

Selepas kepergian sang suami dan sang putera Nay mengajak Qia untuk berwudhu dan melaksanakan sholat. Mereka biasa melakukan sholat sunnah 2 rakaat sebelum melakukan sholat fardhu shubuh. Setelah itu Nay segera mengajak puterinya ke dapur. Mereka bergegas memasak di kala subuh dan mentari masih malu memancarkan sinarnya.

^Dapur

"Bunda, Qia mau makan di Restaurant saja"

"Qia sayang, mengapa kita harus ke restaurant, sementara kita bisa memasak makanan kita sendiri dirumah" ucap Nay yang sedang menyalakan api di sebuah tungku yang terbuat dari tanah liat

"Tapi Qia mau spageti, mau flied chicken, mau pizza" ucap anak berusia 6 tahun tersebut dengan cemberutnya sambil memberikan beberapa potong kayu kering untuk diberikan kepada sang ibu.

"Hmmm mari ikut bunda ke kebun sayang" ajak Nay sambil meletak kan sebuah panci besar berisi air untuk direbus disebuah tungku dari tanah liat, ia keluar menuju halaman rumah mereka yang berhadapan dengan dapur, sambil membawa keranjang dan gunting sayur

"Baik bunda" ucap Qia yang juga membawa keranjang kecil dan gunting sayur yang kecil seukuran tangan nya.

^Halaman samping rumah

Halaman yang luas berada di sisih kiri rumah dengan desain sederhana seperti rumah di perdesaan pada umumnya tidak terlihat kemewahan sama sekali seperti rumah-rumah di perkotaan. Halaman yang di sulap menjadi sebuah kebun sayur yang sangat asri tersebut memiliki aneka tanaman sayur mayur hingga buah-buahan. Seperti kangkung, bayam, sawi, seledri, daun bawang, kacang panjang, wortel, buncis, dan lain-lain nya. Ada pula singkong, tomat, cabe, bawang bombay, bahkan buah seperti buah naga, buah nangka, buah pepaya, buah mangga dan buah pisang.

Mereka juga memiliki beberapa ekor ayam, merpati dan ikan air tawar. Buah buahan dan sayur mayur memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Kebun dan peternakan buatan itu di buat bersama oleh Vellycia, Dewi, dan Nay di tanah yang subur. Tanah itu sengaja dibeli oleh Rey, Manuel, dan Anggara untuk dibangun 3 buah rumah sederhana dengan desain yang berbeda agar mereka tinggal berdekatan.

Tinggal di sebuah perdesaan di kota Tahu Jawatimur di sebuah lereng gunung yang masih aktif. Ketiga sahabat ini memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka dengan segala kemewahan nya di ibukota dan memilih menetap serta tinggal di sebuah desa yang sangat asri dengan suasana perdesaan dan adat istiadat yang masih sangat kental.

* Kembali ke Cerita*

"Bunda lumah tante Dewi kok masih teltutup, biasanya tante Dewi sudah menyapu halaman?" tanya Qia yang berjalan menggandeng tangan sang bunda

"Ia tante Dewi masih menginap dirumah tante Vellycia karena om Anggara masih di Surabaya bersama om Manuel" jawab Nay

"Adek Athailah ikut om Nuel?" tanya Qia sambil memotong daun seledri dari sebuah pot yang diletak kan di tanah.

"Tidak sayang adek Athailah bersama bundanya dirumah tante Vellycia, Qia tolong kalau sudah selesai petik seledri nya, tolong kamu potong daun bawang beberapa helai ya nak" ujar Nay yang sedang memetik cabai

"Ia bunda, mau masak apa sih hali ini?" tanya Qia

"Sayur sop sayang, nanti bunda goreng kan telur"

"Apa ayam nya sudah beltelul bunda?"

"Tidak sayang, kemarin tetangga kita ibu Siti memberikan telur kepada kita"

"Tante Siti, mengapa tante Siti baik sekali ya bunda membeli kita telul telus?" tanya Qia polos

"Memang kita harus baik dengan tetangga sayang. Kita harus berbagi dengan tetangga kita jikalau kita memiliki sesuatu yang berlebih" jelas Nay singkat

"Sepelti apa bunda contohnya?"

"Seperti Qia kemarin mengantarkan 1 kantong kresek berisi rambutan untk rumah bu RT, karena rambutan dirumah kita sudah berbuah cukup lebat"

"Oh sepelti itu, belalti sama sepelti Naula yang membeyikan pelmen lasa stlowbelly miliknya kepada Qia"

"Nah iya sayang seperti itu, tapi kita melakukan nya harus ikhlas bukan karena kita mengharap kan sebuah imbalan jangan ya sayang, ini adalah cara kita untuk memuliakan tetangga. Yasudah itu airnya pasti sudah mendidih sayang ayok masuk, anak bunda ini waktunya mandi. Bunda mau masak dulu" ucap Nay menggandeng anak nya untuk masuk ke dalam dapur kembali.

"Tapi bunda belum menjawab keinginannya Qia" tanya gadis kecil yang masih cadel tersebut

"Loh emang Qia ingin apa?"

"Qia tidak mau makan sayul sop Qia mau mam Flied chiken, spagheti, hambulgel sepelti yang di beli Nisya kemalin bunda"

"Sayang, lihatlah seledri ini bukankah kamu sendiri yang memetiknya nak, lihatlah juga wortel ini bukankah ini sehat untuk kedua mata Qia, agar nanti mata Qia menjadi mata yang sehat"

"Tapi bunda, Qia sudah lama sekali tidak makan spageti, Qia juga mau bunda"

"Baiklah sayang, nanti bunda akan minta di ajari tante Vellycia untuk membuat spagheti"

"Yeee begitu dong bunda" ucap Qia senang

"Hmmm anak manja, yasudah ayo masuk sayang waktunya mandi cantik"

"Bunda tidak memandikan Qia?" tanya Qia dengan cemberut.

"Sayang kan sudah besar Qia bisa mandi sendiri. Nanti bunda siapkan bak sama air hangatnya sabun dan gosok giginya bunda taruh di samping Qia, handuk nya juga akan bunda gantung di dekat Qia ayo mandi sayang"

"Baik bunda, tapi nanti setelah mandi Qia mau ajak adek Athailah belmain" ucap Qia yang di tuntun oleh Nay masuk ke kamar mandi

"Boleh, tapi habis sarapan dulu, setelah itu belajar dulu, kumpulkan tugas yang di kerjakan semalam, dilaporkan ke ibu guru dulu" ucap Nay

"Bunda ini hali Minggu, sekolahan Qia libul, tugas Qia dilapolkan di hali Senin" ucap Qia menjelaskan ke bundanya

"Oh ia sayang, maaf bunda lupa sayang. Yasudah kamu boleh main sama Athailah tapi dek Athailah nya dijaga jangan dibuat menangis. Yasudah kamu mandi ghi cerewet banget anak gadis bunda ini. Udah bunda masak dulu" Nay pergi meninggalkan Qia di dalam kamar mandi.

"Ia bunda" teriak Qia dari dalam kamar mandi.

Nay yang sudah selesai memotong sayur dan mencuci semua sayuran nya dan menyiapkan bumbu-bumbu. Ia pun memanggil puterinya.

"Sayang sudah selesai belum, ayah sama abang sebentar lagi pulang, sudah belum" teriak Nay dari dalam dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi.

"Sudah bunda" ucap Qia yang kedinginan dengan mengenakan baju handuknya.

"Yasudah ayo ke kamar, bunda kasih minyak angin biar nggak kem..." ucap Nay menghampiri Qia dan menggendong anaknya tersebut

"bung...hehehe bunda Qia sudah besar, kenapa masih di gendong aja. Bunda bunda matahalinya belum muncul tapi Qia nya udah mandi. Belalti matahalinya masih bau acem"

"Hehehe iya, makanya bunda dan ayah membelajari kalian bangun pagi agar bisa sholat shubuh, bangun pagi, olahraga, mandi, ini dan itu. Biar tidak mengantuk, malam nya jangan tidur terlalu larut, usai belajar, nonton televisi sebentar lalu tidur agar pagi sebelum matahari terbit kalian sudah bangun." ucap Nay yang sedang mengusapkan minyak angin ke perut Qia, dan memberikan nya bedak seperti anak kecil pada umumnya. Setelah itu Nay memakaikan baju dan menyisir rambut Qia.

Setelah Qia sudah berbau bedak khas anak kecil. Anak kecil berambut pirang dengan bermata biru menandakan jika ia adalah anak blasteran. Qia menonton Cartoon kesukaan nya di ruang keluarga.

Nay pun sembari membawa handuk basah ia kembali ke dapur dan menjemur handuk basah tersebut di sebuah jemuran terbuat dari bambu kuning yang di taruh dekat kamar mandi. Nay pun kembali memasak seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Disaat semua masakan siap untuk disajikan. Rey bersama Fatih masuk kedalam rumah melalui pintu dapur.

"Assalamu'alaikum" ucap Rey dan Fatih

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh. Wah kok lama banget sih tumben" ucap Nay menghampiri suaminya dan mencium tangan suaminya, serta Fatih mencium tangan bundanya.

"Ia tadi, dijalan bertemu pak RT terus pak RT, nya...." belum selesai Rey berbicara ia berhenti berbicara karena sudah dipotong oleh Fatih

"Bunda..bunda dimana Qia??" tanya Fatih menyela obrolan kedua orangtuanya

"Fatih bukankah ayah sudah sering bilang jika ada orangtua sedang berbicara jangan langsung dipotong, itu tidak sopan" ucap Rey menasehati sang putera

"Baik ayah, Fatih minta maaf" ucap Fatih menyesal sambil menunduk kan kepalanya.

"Yasudah tidak apa-apa. Masuklah ke kamar mu ganti bajumu, lalu ajak adik mu ke ruang makan mari kita makan bersama" ucap Rey

"Baik ayah" ucap Fatih sambil berjalan masuk kedalam rumah.

"Sayang sampai mana tadi?" tanya Rey

"Sampai pak RT ngajak ngobrol" ucap Nay yang sedang menata piring di meja makan.

"Oh ia, itu pak RT kasih tau kalau sebentar lagi ada acara Bersih Desa di Desa kita."

"Bersih Desa itu apa ya sayang" tanya Nay

"Entahlah nanti kalau Anggara dan Manuel sudah pulang kita ajak mereka ber-4 ngobrol"

"Ia nanti siang sayang, karena pagi ini aku mau nyuci dulu. Kamu kan juga kemarin katanya mau lihat ladang tebu bersama pak Surya" kata Nay mengingatkan suaminya agar tidak lupa janji yang sudah dibuatnya bersama seseorang yang di amanahi oleh Rey untuk mengerjakan ladang tebu yang dimiliki oleh Rey.

"Ia sayang, yasudah aku panggil anak-anak dulu mari kita makan bersama. Tolong buatkan Fatih dan Qia susu sayang. Mereka harus dibelajari minum susu di gelas sudah usia 6 tahun masak masih di dot aja." ucap Rey sambil berjalan menghampiri kedua anaknya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Ia sayang" ucap Nay menyalakan kompor gas, sambil membuatkan susu untuk kedua anak nya tersebut.

Beginilah rutinitas rumah tangga Rey dan Nay yang sudah meninggalkan glamournya ibu kota. Mereka memiliki hidup sederhana dengan bersahaja di sebuah desa hidup rukun aman tentram bersama dengan Ke-4 sahabatnya serta anak-anak mereka.

**********^_^***********

Ketenangan yang Ku Cari

Sudah kutinggalkan rutinitas ku yang melelahkan dengan penuh kemewahan namun tidak kudapatkan ketenangan.

Hinar binar tersebut telah lenyap bersama dengan masa lalu yang coba kulupakan.

Hidup dalam sebuah kecemasan dengan ketakutan yang setiap hari kurasakan.

Kini kutinggal kan semua kemewahan itu ku memilih sebuah kesederhanaan yang bisa memberikanku sebuah ketenangan.

Karena yang mahal dan mewah belum berarti membawa ketenangan.

Terimakasih ya Allah telah engkau berikan aku kehidupan yang sangat sangat aku syukuri saat ini.

Sungguh besar nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan keluargaku.

Sungguh terimakasih banyak ya Allah.

Nay

Next chapter