webnovel

Kerugian Perusahaan MEIA GROUP

"Selamat datang tuan muda, aku sangat tersanjung atas kunjungan mu." Sambut Lerie.

Kenric menatapnya dan melanjutkan langkah. Mereka berjalan melewati patung-patung peraga yang dibaluti gaun-gaun mewah. Para pegawai langsung bubar dengan rapi dari barisan penyambutan setelah Lerie memetikan jari (memberi kode).

"Tuan, gaun seperti apa yang kau inginkan? Apakah gaun malam? Aku memiliki koleksi terbaru." Ujar Lerie sambil mengikuti langkah Kenric.

Lerie seorang fashion desiner terbaik dinegara mereka. Diusianya yang hampir mencapai empat puluh lima tahun ia bisa menguasai dunia fashion dengan baik. Bahkan karya-karyanya kerap kali digunakan oleh orang-orang kalangan teratas. Maka tak heran jika ia memiliki butik yang begitu mewah dikawasan gedung Book Golden. Kawasan termewah yang juga merupakan salah satu properti keluarga Goldman.

Penampilan yang nyentrik dengan gestur yang menyerupai wanita membuatnya mudah ditebak jika ia adalah seorang desainer. Tapi, jenggot-jengot tipis yang memenuhi rahang hingga dagunya menegaskan kalau ia sangat tampan jika menjadi lelaki tulen.

Larie mempersilahkan Kenric dan si pemilik suara bariton untuk masuk kedalam ruang kerjanya.

*

"Si gila itu memang berbakat untuk membuat masalah." Ujar Maria sambil membanting pintu mobil.

"Nona, apa kau terganggu dengan perbuatannya?" Tanya Laurent. Baru saja masuk dan menutup pintu mobil.

"Menurutmu?! Kau tidak melihat bagaimana orang-orang memandangku? Dan membicarakan tentang hubungan kami?! Itu sangat menjijikkan," ucap Maria kesal.

"Dengan sengaja dia memesan gerai coklat untuk terlihat manis didepan semua orang."timpal Maria.

Laurent terdiam dan menarik ujung bibir membentuk senyuman tipis. Sementara Maria, masih terlihat kesal dalam diamnya. Laurent menghidupkan mobil dan dengan piawai dia mengeluarkan mobil dari bassmant. Mobil melaju membelah jalan kota. Suasana hening sampai handphone Laurent berbunyi.

"Hallo." Jawab Laurent. Menggunakan handsfree agar konsentrasi menyetir tetap stabil.

"Baik. Siapkan seluruh berkas." Tegas Laurent.

Maria menatap Laurent dari arah spion depan sampai Laurent selesai menerima telepon.

"Maaf nona. Kita harus segera kembali ke kantor. Sedikit ada permasalahan." Lapor Laurent membalas tatapan Maria dari spion.

Tatapan yang mampu menekan siapa saja itu kembali terlahir dari mata huzle Si singa betina. Maria seolah sudah memahami apa yang sedang terjadi. Pasti merupakan kabar yang tidak menyenangkan.

Laurent memakirkan mobil. Dengan sigap Maria keluar dan melangkah menjauh dari mobil menuju lift bassmant yang menghubungkan langsung ke lantai-lantai yang terdapat diperusahannya. Langkah Laurent tidak kalah sigap dari Maria. Tak ada obrolan apapun antara mereka sampai pintu lif terbuka. Mereka berjalan menuju ruang rapat.

Semua pegawai langsung berdiri dari duduknya saat Maria sudah memasuki ruangan. Suara khas hentakkan heels Maria seolah membuat suasana semakin tegang. Rapat mendadak adalah hal yang paling menegangkan. Karena mereka harus melaporkan hal yang paling tidak disukai oleh bos mereka.

Laurent mengambil posisi. Dia berdiri disamping kanan Maria.

"Langsung saja." Tegas Maria pada salah satu pegawainya, Axton.

"Baik nona. Terimakasih." Jawab Axton.

Axton mengambil alih rapat. Dia menekan tombol hitam dibawah meja rapat tepat didepan tempat dia duduk. Seketika kaca meja terbuka dengan sendirinya. Dengan teknologi canggih denah apartemen terbentuk dengan sangat sempurna.

"Moon Swist, terpaksa dihentikan pembangunannya hari ini nona. Kontraktor yang menangani pembelian material melakukan korupsi." Jelas Axton.

"Pembangunan sudah berproses 75 % sampai hari ini. Tapi ada beberapa sisi gedung yang dibangun dengan material yang tidak semestinya. Hingga membuat salah satu pekerja meninggal dunia tertimpa robohan dinding yang tiba-tiba roboh." Timpalnya.

Mata Maria memerah dan dia mengepal tangannya. Perlahan dia menarik nafas, kembali mendengarkan penjelasan Axton.

"Sektor timur gedung mengalami kerusakan yang lebih parah. Tangga yang dibangun sangat rentan untuk ambruk." Axton menjelaskan sambil memperbesar denah lokasi dari miniatur tiga dimensi yang berada didepan mereka semua.

"Atas hal ini, perusahaan mengalami kerugian dengan angka yang sangat besar, nona. Para penanam saham sudah mulai mendengar laporan ini. Dan ada beberapa yang memutuskan untuk mencabut saham mereka."

Suasana lenggang, sementara tak ada jawaban dari Maria. Para pegawai saling menatap dan prihatin.

"Apakah benar hanya ada satu korban?" Tanya Maria. Memecah suasana lenggang.

Perntanyaan yang tak disangkakan oleh para pegawainya.

Axton hanya menatap Maria tanpa menggubris pertanyaannya.

"Kau tak dengar pertanayaan ku?"tegas Maria.

"Hm.. mm… maaf nona." Jawab Axton menunduk.

"Disektor timur bagian lantai sembilan masih ada beberapa pekerja yang terjebak. Tapi, saya sudah mengerahkan bantuan untuk mereka." Jelas Axton.

"Laurent! Siapkan keberangkatan ku. Aku akan berangkat hari ini juga." Perintah Maria.

"Maaf nona, tidakkah sebaiknya kita mencari jalan keluar untuk menangani kerugian ini?" Tanya pegawai bagian pemasaran.

"Betul nona, para penanam saham sudah mencabut saham secara sepihak. Menurut saya, lebih baik nona menemui mereka untuk membicarakan hal ini."

"Apa keuntungan lebih dari segalanya dibanding nyawa korban yang sudah bekerja demi perusahaan ini?!" Tanya Maria tegas.

"Maaf, nona. Biar saya saja yang pergi. Disana terlalu bahaya untukmu."

"Mereka tak pernah memikirkan bahaya atas dirinya demi perusahaan ini. Apakah aku harus menumpang dagu menunggu kabar hanya karena takut bahaya?! Bahaya hanya lahir dari rasa khawatir yang berlebih." Tegas Maria lagi.

"Rapat selesai! Selama kepergianku. Segala urusan perusahaan tentu akan Laurent yang mengurus. Timpal Maria. Dia melangkah pergi meninggalkan ruang rapat.

Axton tak mengalihkan tatapannya sedikit pun sampai Maria keluar dari ruangan.

"Nona," ucap Laurent.

"Biar saya saja yang pergi, kau sebaiknya tetap berada disini." Timpal Laurent.

"Setelah mereka, kini kau meragukan ku?" Jawab Maria sambil memeriksa beberapa berkas diruangannya.

"Tidak begitu nona, hanya saja disana terlalu bahaya. Bangunan bisa roboh kapan pun."

"Itu yang kupikirkan. Jika bangunan itu roboh sebelum kedatangan ku. Maka aku akan merasa gagal sebagai pimpinan. Sudah cukup satu orang yang meregang nyawa." Ucap Maria menatap Laurent.

"Kalau tidak tundalah keberangkatan mu besok. Kau sudah sangat lelah setelah keluar dari kantor majalah Works."

"Maka jawaban ku akan tetap sama." Tegas Maria.

Laurent menarik nafas dalam. Bagaiamana mungkin dia bisa menghentikannya. Jika sudah keinginannya maka tak bisa diubah lagi.

"Urus konpensasi untuk keluarga yang ditinggalkan. Pastikan keluarganya tidak mengalami kesulitan." Timpal Maria.

"Baik nona." Jawab Laurent.

Maria melangkah meninggalkan Laurent diruangannya. Sementara Axton sudah menunggunya tepat didepan pintu ruangan.

"Nona, saya ingin bicara," ucap Axton begitu melihat Maria membuka pintu ruangan.

Laurent melangkah dan mendekati mereka, "saya permisi nona." Ujar Laurent. Kemudian dia keluar ruangan melewati Maria dan axton yang berada dibibir pintu.

Maria kembali melangkah masuk ruangan. Disusul oleh Axton. Dia menatap Axton seoalah memerintahkan untuk langsung berbicara.

"Jika kau datang untuk membicarakan soal keberangkatan ku. Cukup! Itu hanya akan membuang-buang waktu ku." Seka Maria sebelum Axton berbicara.

"Nona, izinkan saya untuk mewakili keberangkatan mu."

"Saya rasa ucapan saya sudah sangat jelas. Tidak ada yang perlu diulang." Tegas Maria. "Silahkan keluar." Timpalnya.

"Tapi, nona…,"

"4 menit 7 detik. Kau sudah membuang waktu ku dalam hitungan tersebut." Tegas Maria sekali lagi. Maria langsung melangkah melewati Axton menuju pintu ruangan.

Next chapter