webnovel

Deep Talk

Semilir angin malam terasa lebih dingin malam ini, sepertinya, langit akan menurunkan tentara buliran air dari angkasa.

Shone menatap Maria dari samping. "Kau tak perlu melakukannya jika tak ingin." Shone tak mengalihkan pandangannya sampai Maria menjawab.

Maria menenggak wine dengan santai, sambil tetap memandang dingin kedepan. Tak membalas pandangan Shone yang berada disampingnya.

Shone dan Maria. Saat ini mereka duduk bersampingan yang dibatasi oleh meja bundar diatas balkon. Tersedia sebotol red wine dan potongan swiss cheese. Shone, orang yang sangat mengerti bagaimana cara menikmati wine. Wine lebih lezat dinikmati dengan potongan cheese. Karena mengunyah cheese sebelum meminum wine dapat meningkatkan rasa dan aroma dari minuman itu.

"Aku harus melakukannya." Jawab Maria tenang.

Wanita ini memang selalu hadir dengan ketangannya. Rasa tenang yang tak bisa diselami oleh siapapun. Terkecuali, Shone.

"Kenapa? Apa karena nama baik keluarga? Itu menjadi tekanan untuk mu?"

"Keadaan apapun tak bisa menekan ku."

"Lantas? Mengapa kau melakukannya?"

Suasana lenggang, balkon luas itu terasa lebih luas lagi dengan suasana ini. Angin semakin berhembus, tidak terlalu kencang tapi juga tidak sepoi.

"Aku akan berbicara pada ayah." Timpal Shone.

"Tak perlu, karena aku sudah menyetujuinya."

"Kapan?"

"Tadi."

"Apa aku terlambat?"

"Tidak Shone. Kau tahu, meski kau sangat menginginkan sesuatu untuk dimiliki dalam hidupmu, belum tentu hal itu akan bisa kau miliki. Bisa jadi, hal yang sangat tak kau inginkan adalah sesuatu yang seharusnya memang kau miliki."

Beberpa detik Shone terdiam, tak membantah perkataan kakak perempuannya, Maria. Shone Scott, merupakan anak bungsu dari keluarga Scott. Dia selalu menjadi lilin pelindung bagi Maria sedari mereka kecil. Meski Shone lebih muda dari Maria secara umur, dia selalu bertingkah seolah lebih dewasa secara sikap.

Shone memiliki hati yang lembut, lelaki yang hoby melukis ini memilki rasa sensitif yang tinggi terhadap orang-orang disekeliling nya. Apalagi, terhadap Maria.

"Kau menyiksa perasaan mu sendiri Maria."

"Tak ada lagi Shone. Tak ada lagi rasa yang tertinggal setelah hari itu. Semuanya ikut terkubur dalam didasar sana."

Mata dingin itu berubah menjadi gelap dan kelam. Bibir sexy yang selalu mengucapkan kata-kata angkuh kini terlihat bergetar. Menahan, tangis.

Jika dilihat seperti ini, tak ada lagi Maria yang angkuh atau tak terbantahkan. Dia hanya terlihat seperti wanita yang sedang rapuh. Mereka, terlihat seperti dua orang yang berbeda.

Shone terdiam, menatap redup Maria, ikut merasakan apa yang dirasakan kakaknya.

'Setidaknya kau menangis malam ini, lepaskan lah Maria. Karena air mata tak selamanya harus kau tahan dibalik egomu' batin Shone.

***

Perusahaan Goldman B'Group

"Tuan, Nona Maria ingin bertemu." Lapor Belva tak suka.

Kenric yang sedang menandatangani berkas terdiam. Tangannya tak lagi mengukir tinta diatas kertas dengan point-point yang tak terbaca.

"Saya sudah mengatakan padanya kalau tuan tak bisa ditemui karena jadwal tuan yang padat hari ini. Tapi, nona Maria tetap memaksa bertemu. Sudah saya katakan juga jika dia harus membuat janji terlebih dahulu ag…,"

"Biarkan dia masuk." Seka Kenric sambil melanjutkan coretan tanda tangannya.

"Ta…, tapi tuan."

"Kau tak mendengar."

"Baik tuan." Belva menunduk dan berbalik.

Dia menekan tombol otomatis membuka pintu kaca ruangan Kenric. Maria sudah berada tepat didepannya. Dengan mengabaikan Belva, Maria langsung melangkah masuk tanpa dipersilahkan oleh Belva. Mereka nyaris saja bersenggol bahu.

Belva tercengang dalam waktu beberapa detik, mulutnya terbuka lebar matanya terbelalak kesal. Jantungnya berdegup merasakan atmosfer tekanan dari wanita independent yang baru saja melewatinya. Tanpa berbicara Maria bisa membuat orang merasakan tetakanan aura yang sungguh mengintimidasi.

"Cih, angkuh sekali." Gumam Belva kesal sambil melangkah keluar.

Pintu itu otomatis tertutup dengan sendirinya, Belva menyimpan rasa ingin tahu yang besar tentang apa yang dibicarakan Kenric dan Maria. Sebenarnya, dia merasa Maria adalah ancaman baginya.

Maria melangkah pasti dengan kaki jenjangnya, tentu suara khas high heels menguasai ruangan Kenric.

'BRAKK' Maria melempar berkas. Tunggu dulu. Apakah iya itu berkas? Maria dan Kenric tak pernah terlibat atau saling bekerja sama dalam dunia bisnis. Karena perusahaan mereka adalah perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Dengan kata lain, mereka adalah saingan dipasar bisnis.

Apa mungkin, ini adalah berkas dari perusahan Scott L'group? Karena memang perusahaan Scott dan Goldman adalah mitra bisnis yang sudah menahun. Jika diingat-ingat, pada malam pengumuman itu, Diego juga mengumumkan kalau Maria secara resmi telah ditunjuk sebagai ceo Scott L'Group.

Tapi, bukankah Maria sama sekali belum menjalankannya. Jadi, berkas apakah itu?

Kenric menaikkan sebelah alis dan melekukkan bibirnya kebawah. Dia langsung melihat tulisan yang tertulis dicover depan 'PERJANJIAN PERNIKAHAN'.

"Didalam sana sudah tertera semua hal-hal yang tak boleh kau langgar dalam pernikahan ini. Jika kau melewati batas maka kau akan menyesal seumur hidupmu." Tegas Maria memberi tatapan elang pada Kenric.

Kenric masih terpaku dan mencerna keadaan ini. Belum sempat dia menjawab, Maria berbalik dengan cepat. Berjalan menuju keluar ruangan. Tentu, tidak tinggal diam. Kenric, dengan spontan langsung mengejar Maria. Maria sudah berjalan diantara meja karyawan yang berada dilantai ruangan Kenric.

Karyawan menatap kagum dan takut pada Maria. Bisa dibayangkan jika singa sedang melintas di depan kalian, apa yang akan kalian lakukan. Sudah pasti, merondok dibalik semak sambil melirik kegagahannya. Begitupun, yang dilakukan para karyawan, mereka merondok dibalik laptop sambil melirik kagum terhadap kecantikan dan elegansi Maria.

Jas walnut brown dipadu dengan kemeja putih yang dimasukkan kedalam celana high west putih membuat badan tinggi Maria terlihat sempurna.

Tubuh Maria kembali terasa tertarik kebelakang. Kenric, sudah menggemggam pergelangan tangan Maria. Yang dengan pasti saat ini mereka berhadapan, sangat dekat. Rambut panjang bergelombang itu, tentu menyentuh wajah Kenric saat dia dengan spontan manarik Maria untuk berhadapan dengannya.

Kenric sangat bisa merasakan harum tubuh yang khas dari tubuh Maria. Harum yang tak lagi asing dipenciumannya. Karena ini bukan kali pertama dia berada sangat dekat dengan Maria. Dia juga tak memperdulikan kalau saat ini mereka berada diantara para karyawan.

Sontak membuat para karyawan yang melihat pemandangan ini menjadi terkejut, mereka benar-benar menyaksikan dengan kepala yang tegak kali ini. Tak lagi merondok seperti tadi, seolah mereka tak ingin ketinggalan melihat pasangan sempurna ini secara live didepan mata.

"Wahhh…, apa saat ini aku sedang melihat adegan film romance?" celetuk pelan salah satu karyawan. Yabg tertegun melihat Kenric dan Maria.

"Kenapa kau sangat terburu-buru. Aku bahkan belum menyetujui apa yang telah kau tulis dikertas itu." Goda Kenric. Lembut, namun, penuh arti.

"Aku tak perlu persetujuan mu untuk langkah ku." Tegas Maria.

Sekali sentapan, Maria bisa melepaskan tangannya yang dipegang erat oleh Kenric. Dengan sigap, dia diberbalik, berjalan pergi meninggalkan Kenric yang masih terpaku menatapnya. Kenric terus menatap punggung Maria yang semakin menjauh dan tak terlihat. Sekali lagi, mereka saling memandang dari kejauhan dengan arti yang mematikan sebelum pintu lift yang dinaiki Maria tertutup rapat.

Next chapter