5 5. Excited

Shareen itu tipikal orang yang senang berterima kasih, ia tidak mau saja berhutang budi pada orang lain. Apapun yang orang lain berikan kepada Shareen, pasti akan Shareen balas dengan kebaikan lainnya. Mungkin jika dalam sains hal tersebut dinamakan sebagai simbiosis mutualisme, dan Shareen memang selalu menerapkan hal tersebut. Gadis itu memang diajari untuk menjadi orang yang tahu diri.

Seperti saat ini, Shareen mendapatkan segelas vanilla latte dan Bryan akan mendapatkan informasi yang detail. Bukankah hal tersebut adalah salah satu simbiosis mutualisme? Apalagi informasi yang diberikan oleh Shareen adalah informasi paling akurat, terpercaya, dan tidak akan pernah didapatkan di manapun juga. Pokoknya informasi paling mantap di mana-mana.

Usai menghabiskan segelas vanilla latte yang diberikan secara percuma oleh Bryan, lelaki itu terus saja menagih berita mengenai Mikael. Terus saja menagih informasi detail tentang gadis dengan mata sipit bermanik hitam tersebut. Shareen pun mengiyakan. Jelas ia akan menceritakan segalanya.

"Oke, kita mulai dari mana?" tanya Shareen sembari mengibaskan rambutnya, kacamata yang biasa bertengger sempurna di hidung gadis itu, kini kosong. Ya, tidak ada. Entah ke mana perginya kacamata tersebut, Shareen pun tidak mengetahui. Mungkin jatuh saat kemarin pulang dari acara makan malam.

"Dari mana aja, hal awal yang emang mau kamu ceritakan." Bryan membalas, hal tersebut tentunya yang paling utama, bukan? Semuanya pasti akan membahas hal dari yang paling awal.

Evelyn menatap sekeliling, mungkin dengan mencari pencerahan dari sekitar ia dapat mendapatkan ide mulai dari mana, dan selanjutnya akan mengalir begitu saja. Kala melihat manik mata hitam seorang wanita yang tingginya sebelas dua belas dengan Mikael, membuat Shareen langsung menjentikkan jarinya. Ia tahu mulai dari mana!

"Mikaely Andela, gadis dengan mata sipit bermanik hitam, hidung pesek, bibir tipis, rambut cokelat, tingginya gak jauh be—"

"Informasi lebih detail dari Mikael, bukan ciri-ciri tubuhnya, Reen." Bryan memperingatkan, memotong ucapan Shareen yang belum terselesaikan sehingga membuat gadis itu cengengesan.

Merasa malu karena dengan bodohnya Shareen malah menjelaskan bagian tubuh dari Mikael membuat Shareen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Entahlah, otaknya sedang tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Emm, jadi gini. Mikael itu suka banget sama yang namanya coklat batangan, tapi cara makannya dia tuh suka kalau dipotekin. Mikael bukan tipikal orang yang suka dikasih bunga, kecuali kalau bunga bank, nomer satu anak itu mah. Katanya kalau dikasih bunga tuh cepet layu, ntar cintanya juga cepet layu. Tandanya Mikael suka sama sesuatu yang kekal, yang gak layu, yang gak cepet abis, yang bisa dipakai selamanya." Shareen menceritakan semuanya dengan sangat excited. Ia menggebu-gebu dalam menceritakan apa yang terjadi, terkadang menepuk meja, terkadang menepuk pundak Bryan.

Melihat tingkah dari Shareen yang cukup unik membuat Bryan paham, gadis itu adalah gadis periang yang mudah memahami orang terdekatnya. Gadis itu adalah tipikal orang penyayang karena mengetahui semuanya secara mendetail.

"Emm, kalau kayak gitu ... gimana kalau kado coklat?" tanya Bryan setelah menimang banyak hal. Toh juga di dalam benak pria tersebut calon istrinya menyukai coklat batangan, jadi tidak ada salahnya, kan?

Gelengan keras langsung dilayangkan oleh Evelyn. Ia menolak hal tersebut dengan sangat. Tentu saja ide yang diberikan oleh Bryan adalah ide paling tidak kreatif, hanya karena Mikael menyukai coklat batangan, bukan berarti kado yang diberikan kepada gadis itu hanya coklat batangan semua, kan? C'mon, ada banyak hal di dunia ini.

"Seperti yang aku ucapkan tadi, bersifat kekal dan abadi kayak cinta kamu ke dia. Oke kalau misalnya kamu kado coklat batangan alasannya karena dia suka coklat, masuk akal dan bisa dipahami dengan jelas. Tapi coklat itu bisa abis, masa iya kamu beliin coklat ke dia, tapi kamu larang dia buat makan, gak banget, kan?" Bryan mengangguk dengan cepat, apa yang dikatakan oleh Shareen adalah hal yang benar. Meskipun Mikael menyukai coklat, tetapi coklat tidak mungkin bisa disimpan sampai lama. Akan cepat habis.

Otak cerdas Bryan kembali berputar, memikirkan hal apa yang memang harus ia pilih untuk Mikael, ia memang mengenal lama calon istrinya, namun tidak selama Shareen mengenal Mikael. Jadi, sembari mengenal sahabat istrinya, sembari membuat kejutan. Hal yang bagus, bukan?

"Terus kalau gitu apa dong?" tanya Bryan dengan polos. Rautnya nampak depresi karena tidak menemukan satu pun jawaban dari otak cerdasnya itu.

Kepala Bryan sudah berdenyut sakit sekali. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih. Apa yang harus ia ambil untuk hadiah coba? Tidak ada ide apapun.

"Cari sendiri, dong! Masa aku yang harus cariin?" Shareen yang sedang memakan kentang goreng langsung menghentikan kunyahannya. Menatap tajam ke arah Bryan dan kembali menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Ia tidak mau mengucapkan apa yang ada di pikirannya. Biarkan saja Bryan berpikir terlebih dahulu.

Helaan napas panjang yang dilakukan oleh Bryan membuat Shareen kembali melanjutkan aktivitasnya — memakan kentang goreng. Ia memakan dengan cepat, seolah akan ada yang merebut jika tidak dihabiskan segera.

"Gimana kalau baju?" Satu ide kembali muncul di benak Bryan membuat Shareen menghentikan aktivitasnya kembali. Ia menimang sejenak, apakah yang dipikirkan oleh calon suami sahabatnya ini ada hal yang tepat atau bukan.

"Boleh, tapi terlalu mainstream," komentar Shareen. Pedasnya benar-benar melebihi juri di ajang pencarian bakat penyanyi dangdut yang ada di televisi.

Bryan jadi bingung kalau seperti ini caranya. Apa yang harus ia lakukan coba? Berpikir kembali dalam keadaan kepala yang sudah berdenyut sakit seperti ini? Sepertinya ia salah orang untuk meminta pendapat. Meminta pendapat ke Shareen cuma buang-buang uang saja, tidak ada pendapatan lainnya yang ia peroleh.

"Jam tangan." Seolah tahu sedang diratapi uang yang sudah habis oleh Bryan, Shareen langsung mengungkapkan pendapatnya. Ia memberikan pendapat dengan sangat cerdas.

"Kenapa harus jam tangan? Ada apa dengan jam tangan? Bukankah terlalu mainstream juga?" Perkataan Bryan ada benarnya, kan? Jam tangan itu mainstream, terlalu sering jika dijadikan hadiah.

"Jam tangan itu menunjukkan waktu. Cinta itu juga berhubungan dengan waktu. Gampangnya gini aja deh, jam tangan ada di nadi, kalau kamu kasih jam tangan ke Mikael, kamu akan selalu menemani dia berdetak. Kamu selalu menemani setiap pertumbuhan dia. Menemani dia tumbuh menjadi lebih dewasa lagi. Itu sih filosofinya, kalau otak kamu dangkal, maaf ya."

Sialan, ternyata Shareen bukanlah gadis kalem seperti bayangan Bryan, gadis itu justru bermulut lemes dan seperti biang gosip kelas kakap sekali. Sekarang Bryan jauh lebih mengenal Shareen, gadis itu unik dan luar biasa. Kepedulian yang Shareen berikan tidak dalam bentuk ucapan, tapi dengan bentuk pola pikir.

"Sialan! Aku paham kali apa yang kamu omongin. Oke, jadi kita kado jam tangan, ya?"

"Kita? Lo aja kali!"

avataravatar
Next chapter