17 Membalas Budi dengan Tubuh?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Bulu mata indah Jun Mohan sedikit bergetar, menampilkan sebuah cahaya redup di bawah matanya, "Tidak perlu menunggu nanti, kamu dapat membalas budimu sekarang."

Feng Sujin mengira dia salah dengar, "Apa? Aku tidak punya apa-apa."

"Kamu memiliki dirimu sendiri, bukankah kamu bisa menggunakan tubuhmu untuk balas budi kepadaku? Lagi pula kamu ada di sini, apakah kamu akan berubah pikiran? Atau berencana akan lari dari tanggung jawab?"

Feng Sujin merasakan ledakan petir di atas kepalanya yang membuatnya benar-benar tercengang, "Bukan, aku bukannya tidak ingin bertanggung jawab."

Jun Mohan tersenyum, sorot matanya tampak sangat mempesona, "Kalau begitu anggap saja kamu bersedia, dengan begini maka sudah terselesaikan."

Lima belas menit kemudian, Feng Sujin telah selesai membersihkan dirinya, tetapi dia masih duduk di depan meja dengan linglung sambil melihat surat pendaftaran pernikahan di hadapannya.

Feng Sujin merasa bahwa dia benar-benar disambar petir kali ini.

Dia berkedip beberapa kali dan melihatnya untuk waktu yang lama, ketika memastikan bahwa yang berada di atas meja itu benar-benar sebuah surat pendaftaran pernikahan, jantungnya pun berdegup kencang.

Dia mengangkat kepalanya untuk melihat Jun Mohan, suaranya sedikit bergetar, "Apa ini?"

Jun Mohan berkata dengan sabar dan lembut, "Ini adalah surat pendaftaran pernikahan kita. Aku telah menandatangani milikku, tinggal kamu menandatanganinya, maka surat ini akan berlaku, akta nikah akan segera kamu dapatkan."

Feng Sujin sama sekali tidak mengerti, dia juga tidak bisa memahami apa yang Jun Mohan lakukan, "Mengapa?"

Jun Mohan berkata dengan lembut, "Bukankah kamu baru saja mengatakannya? Kamu siap untuk bertanggung jawab, membalas budi dengan tubuhmu, aku juga sudah siap."

Feng Sujin mengangkat kepalanya dan menatap Jun Mohan dalam-dalam, dia seolah bisa melihat kedalaman jiwanya melalui matanya.

Setelah terdiam cukup lama, Feng Sujin akhirnya menggelengkan kepalanya, "Tidak, ini bukan yang benar-benar kamu inginkan, aku tidak percaya kalau ini sungguhan."

Setelah diam sejenak, Feng Sujin menundukkan kepalanya dan berkata dengan tatapan kosong, "Tuan Jun, kamu sangat luar biasa terlepas dari identitas dan latar belakangmu.

Sedangkan aku, meskipun aku adalah nona dari Keluarga Feng, tapi sebenarnya aku tidak memiliki status, selain itu aku baru saja ditolak menikah oleh Keluarga Lan, aku telah kehilangan reputasiku sejak awal.

Di berita juga dikatakan bahwa Feng Sujin tidak punya sertifikat kelulusan karena telah dikeluarkan dari universitas.

Aku juga memiliki ayah yang sedang terbaring di rumah sakit dan menjalani perawatan, juga seorang adik perempuan yang memiliki keterbelakangan mental.

Aku yang seperti ini benar-benar tidak punya alasan untuk percaya bahwa Tuan Jun ingin menikahiku."

Ketika Feng Sujin mengucapkan kata-kata ini, dia benar-benar seperti menggali lukanya yang berdarah-darah dan meletakkannya di depan Jun Mohan, hatinya terasa pahit dan menyakitkan.

Di saat yang sama, dia selalu merasa rendah diri di depan Jun Mohan, dia juga cukup tahu diri jika dirinya yang seperti ini benar-benar tidak layak untuk bersanding dengan pria di depannya.

Mendengarkan kata-kata Feng Sujin ini, menyebabkan keperihan di hati Jun Mohan.

Dia menghela napas dalam-dalam, lalu meraih tangan Feng Sujin dan meletakkan pena di telapak tangannya, kemudian dia berkata dengan serius sambil menggenggam tangan Feng Sujin, "Baiklah, aku akan mengatakannya dengan serius sekali lagi. Feng Sujin, menikahlah denganku, aku akan mencintaimu dan menyayangimu, juga menjadi suami yang pantas untukmu, melindungimu dari angin dan hujan, kamu hanya perlu menjadi istriku."

Hati Feng Sujin sangat tersentuh ketika dia mendengar kata-kata ini, bibirnya bergetar, dia tidak tahu harus berkata apa.

Seketika ada air yang mengalir dari hidung dan matanya.

Dia adalah orang yang mudah tersentuh, tidak ada yang pernah berbicara dengannya seperti ini.

Tidak ada seorang pun yang pernah berkata untuk mencintainya dan menyayanginya, apalagi melindunginya dari angin dan hujan.

Ibunya meninggal, ayahnya terbaring di rumah sakit dan tidak tahu kapan bisa sadar, dia bersusah payah hidup sambil menjaga adiknya, semua orang di sekitar memintanya untuk melakukan ini dan itu, tidak ada yang mencintainya.

Tetapi hari ini, Jun Mohan mengatakan semua itu dengan suara rendah dan penuh kasih sayang.

Meskipun dia berpikir jika ini semua palsu, tapi dia juga memiliki semacam keinginan untuk menjalani hidup bersama pria ini.

avataravatar
Next chapter