16 Jiwa Raga Tertarik Keluar

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Feng Sujin belum pernah berada dalam posisi seperti ini sebelumnya, dipeluk oleh pria tampan dengan begitu lembut, dia bahkan bisa mencium aromanya dengan sangat jelas.

Dia jelas-jelas mengatakan pada dirinya sendiri untuk bersikap rasional dan tenang, tetapi menghadapi pria yang saat ini sedang memeluknya, Feng Sujin benar-benar merasa seperti tersihir.

Seakan telah terhipnotis, dia seolah-olah telah lupa bagaimana dirinya bisa berada di sini, dan mengapa ini terjadi sekarang.

Feng Sujin membuka mulutnya, "Ki-kita bagaimana bisa di sini? Kita, kita…"

Karena terlalu gugup, dia pun tergagap-gagap dan sulit untuk berbicara.

Sebuah kilatan cahaya seolah melintas di mata Jun Mohan yang menawan dan penuh misteri itu, jari-jarinya yang ramping dan dingin dengan lembut menempel di bibir Feng Sujin, lalu perlahan-lahan menelusuri bentuk bibirnya.

Feng Sujin hanya merasakan adanya ledakan di dalam hatinya, seluruh tubuhnya menjadi panas, pikirannya pun mendadak kosong.

Dia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya sendiri, dia hanya merasa bahwa pria di depannya ini memiliki alis yang seperti lukisan, bibirnya yang menawan seperti sedang tersenyum samar-samar, jiwa raganya seakan tertarik keluar karena begitu terpesona oleh pria ini.

Jun Mohan menunduk dan berkata di telinga Feng Sujin, "Ssst, jangan bersuara, pikirkanlah baik-baik, bagaimana kamu memohon padaku kemarin malam."

Suara Jun Mohan begitu merdu seperti dentingan piano, napas panas yang ada di setiap kata-katanya menyentuh telinga dan leher Feng Sujin, membangkitkan sensasi merinding.

Perasaan aneh ini mampu membuat tubuh Feng Sujin bergetar, aura pasrah yang menyedihkan tersirat dalam tatapan matanya yang tak berdaya.

Dia tidak tahu bahwa ekspresi seperti itu secara tidak sadar akan menggoda orang untuk menindasnya dengan kejam.

Sorot mata Jun Mohan sedikit rumit, saat dia mencoba menekan kegelisahan dan hasrat di dalam tubuhnya, satu tangannya masih mengunci pinggang Feng Sujin dengan kuat.

Feng Sujin tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi tadi malam, dia terus tersihir oleh suara Jun Mohan.

Dia hanya merasa seperti kembang api yang meledak-ledak. Tiba-tiba teringat dengan apa yang terjadi, wajahnya pun tiba-tiba memerah, dia ingin menemukan lubang untuk bersembunyi karena malu.

Hiks hiks… dia tidak ingin dilihat orang lagi, bagaimana dia bisa mengatakan hal-hal seperti itu kemarin malam? Bagaimana dia bisa melakukan hal-hal seperti itu kepada pria di depannya?!

Feng Sujin benar-benar merasa ini mustahil, dia benar-benar tidak bisa menyangka dia bisa menjadi wanita murahan dan mesum seperti itu.

"Ma… maafkan aku… maafkan aku… aku… aku tidak sengaja…"

Jun Mohan menatap Feng Sujin yang akan menangis, dia lalu menaikkan alisnya, "Hanya maaf saja menurutmu sudah cukup?"

Feng Sujin menangis tanpa air mata, tidak peduli seberapa kuat dia di luar, dia masih bodoh dan polos dalam hal ini. Dia mencoba yang terbaik untuk membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Jun Mohan, berharap bisa benar-benar mengubur dirinya sendiri.

"Aku… aku tidak tahu."

Melihat gadis kecil yang meringkuk seperti burung itu, Jun Mohan tersenyum tipis dengan sedikit kehangatan yang terlihat di wajahnya.

Dia menepuk kepala Feng Sujin dengan ringan dan gerakannya sangat lembut, "Ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti itu oleh seorang wanita… uhuk…"

Jun Mohan bicara dan kemudian terbatuk.

Feng Sujin berkata dengan tidak berdaya, "Maaf, aku benar-benar tidak bermaksud demikian. Terima kasih telah menyelamatkanku kemarin malam."

Jun Mohan menghela napas dalam hati. Benar-benar gadis yang bodoh, mungkin dia tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Jun Mohan lagi-lagi menghela napas, "Apa kau tidak berencana untuk membalas budi padaku? Lagi pula aku benar-benar berkorban banyak untuk menyelamatkanmu."

Feng Sujin yang benar-benar sudah tersihir oleh pesona Jun Mohan pun mengedipkan matanya yang besar dengan bingung, dia lalu menggertakkan giginya dan berkata, "Aku… aku tidak punya apa-apa, aku tidak tahu bagaimana membalas budi padamu, tunggu aku… tunggu sampai aku mampu di masa depan…"

…...

avataravatar
Next chapter