5 Dingin Sampai ke Dalam Hati

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Lan Beichen belum pernah melihat Feng Sujin seperti ini sebelumnya. Saat ini dia tampak begitu dingin dan asing.

Padahal sebelumnya dia selalu sangat lembut dan tidak mudah marah.

Lan Beichen sedikit merasa kacau saat memikirkannya, tetapi dia juga tidak bertanya. Dia kemudian mendongakkan kepala melihat ke arah lantai atas gedung rumah sakit.

"Feng Sujin, kamu dan aku belum melakukan janji pernikahan. Upacara pernikahan itu tidak lebih hanya sebuah upacara dan sudah dibatalkan. Aku harap kamu bisa menerimanya dan tidak terus merasa berat hati."

Feng Sujin merasakan hawa dingin menusuk hatinya, dia bisa dengan jelas merasakan setiap inci di dalam hatinya yang perlahan hancur.

Meskipun bersama dengan Lan Beichen adalah urusan bisnis bagi keluarga Feng, namun dalam dua tahun ini dia juga telah mencurahkan seluruh perasaannya dalam hubungan mereka.

"Lan Beichen, kamu telah meninggalkanku di pesta pernikahan hari ini, dan sekarang kamu mengatakan hal seperti ini? Kamu pergi pasti karena Liu Shiya, kan? Karena dia telah kembali!"

Dia menanyakan itu bukan karena masalah perasaan, tapi karena sikap Lan Beichen yang tidak pantas.

Dia tidak terima, sangat tidak terima dengan semua yang telah dia korbankan selama dua tahun ini.

Begitu Feng Sujin selesai berbicara, wajah Lan Beichen tiba-tiba berubah. Sorot matanya yang dingin menatap tajam Feng Sujin dan berkata, "Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Shiya. Jangan sampai kamu pergi mencarinya dan melakukan sesuatu padanya."

Hah, Shiya, dia memanggilnya dengan begitu akrab, tentu saja karena dia sangat mencintai Liu Shiya sedari awal. Jika demikian, lalu mengapa dia bersama dengan Feng Sujin?

"Lan Beichen, kamu harus memberiku penjelasan."

Lan Beichen sedikit tidak sabar dan sedikit merasa jengkel, dia sendiri tidak tahu harus berkata apa.

Tepat pada saat ini, ponsel Lan Beichen berbunyi. Dia menerima panggilan telepon itu dengan nada bicara yang sangat lembut, "Halo, Shiya… Ya, aku turun ke lantai bawah barusan, aku akan segera naik."

Feng Sujin belum pernah melihat Lan Beichen seperti ini sebelumnya. Lebar senyumnya tadi bahkan mencapai bagian bawah matanya.

Saat ini Feng Sujin baru mengerti bahwa senyuman Lan Beichen yang sebelumnya ditujukan padanya semuanya palsu dan tidak tulus.

Setelah menutup telepon, dia berkata kepada Feng Sujin, "Jika kamu masih ada yang mau dibicarakan, kita bicarakan lain waktu saja. Aku masih ada urusan, jangan berusaha untuk mengganggu."

Lan Beichen berkata sambil berjalan melewati Feng Sujin dan memasuki pintu utama rumah sakit.

Langit baru saja turun hujan, dan angin dingin masih terus bertiup. Meski Feng Sujin telah berganti pakaian, dia masih merasa sangat dingin sampai ke tulangnya, bahkan hatinya juga ikut merasa dingin.

Dia mendongakkan kepalanya memandang langit. Langit dan bumi begitu besar, namun dia selalu merasa bahwa tidak ada tempat yang pantas untuknya.

Suasana di keluarga Feng terasa suram sepanjang hari, tapi dia juga tidak bisa menghamburkan uang untuk menyewa rumah di luar, jadi dia hanya bisa bekerja keras setiap hari, begadang dan kerja lembur.

Dia pulang larut malam dan langsung tidur, bangun pagi-pagi sekali dan berangkat bekerja.

Berita yang disiarkan di televisi besar di jalan adalah tentang kejadian hari ini, Feng Sujin ditinggalkan oleh Lan Beichen.

Banyak orang lewat yang membicarakan berita ini.

"Feng Sujin tidak pantas bersanding dengan Tuan Muda Lan."

"Dengar-dengar Feng Sujin dulu adalah anak yang tidak baik, pendidikannya rendah dan belum lulus kuliah!"

"Entah apa yang sebenarnya terjadi."

Saat mendengarkan orang-orang yang sedang bergosip, dia merasakan getir di dalam hatinya.

Hari ini dia benar-benar sangat sedih dan tidak ingin kembali ke rumah keluarga Feng.

Dia kemudian menelepon rumah keluarga Feng dan memberitahu mereka bahwa dia membawa adiknya berkunjung ke kampung halamannya malam ini.

Setelah itu dia menggandeng adiknya dan berjalan di jalan kecil menuju ke sebuah desa tempatnya dulu tinggal bersama adik perempuannya dan orang tuanya. Keluarga yang berisikan empat orang itu dulunya hidup dengan bahagia.

Kemudian, karena demi merawat ibunya, ayahnya membawa sekeluarga berempat kembali ke rumah keluarga Feng, semenjak itu segalanya berubah.

Dia dan adik perempuannya telah berjalan di sepanjang jalan pedesaan. Saat mencium bau tanah lumpur, suasana hati Feng Sujin menjadi jauh lebih baik.

Bahkan Feng Sufei juga bisa tersenyum bahagia, seolah-olah dia masih mengingat kenangan beberapa tahun yang lalu, "Kakak, kita pulang, kita pulang…"

…...

Ye Xing mengantar Jun Mohan ke pedesaan untuk memeriksa lokasi.

Di tengah perjalanan, dia secara tidak sengaja menoleh dan melihat Nona Feng di pinggir jalan.

Dia lalu melihat spion mobil dan melirik Tuan Muda Jun yang sedang memejamkan matanya di kursi belakang. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya bicara, "Tuan Muda Jun, ada Nona Feng."

avataravatar
Next chapter