159 KETULUSAN ARSYA DIUJI

Seorang gadis bergamis hitam berdiri di dekat pusara neneknya. Sedih sekali ditinggalkan oleh orang yang sangat di sayanginya. Seseorang yang telah dianggapnya seperti orangtua sendiri setelah dia tak diinginkan oleh orangtuanya sendiri. Matanya sampai bengkak karena menangis. Dia tahu tidak baik menangisi orang yang sudah meninggal. Tapi bagiamanapun juga rasa sedih karena kehilangan itu ada. Meski dia berusaha tegar, tapi tetap saja rasa sedih itu hadir juga.

"Rara ayo pulang. Matahari sudah mulai tinggi," ya gadis itu adalah Humaira. Arsya yang dengan setia menemani dia sejak semalam, mengajaknya pulang. Karena sudah terasa panas di sana.

"Iya Pak. Maaf bapak jadi ikut menemani saya."

"Tidak apa-apa. Sudah ayo pulang."

"Iya, Pak." Rara berjalan bersama Arsya keluar dari makam.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter